Menikmati Persaingan Sengit

Dalam hidup dan dalam karir, selalu ada persaingan. Sehingga disadari atau tidak, setiap hari kita bersaing satu sama lain. Jika para pesaing Anda semakin banyak DAN semakin bagus, maka menurut Anda; itu pertanda baik atau buruk?

Buruk dong. Karena kehadiran pesaing yang lebih banyak menyebabkan lebih banyak lawan yang harus dikalahkan. Dan kehadiran pesaing yang lebih bagus, mengancam kita dengan kekalahan. Betul begitu ya?

Betul. Jika kita memandang persaingan hanya sebatas soal saling mengalahkan. Tapi jika kita memandang persaingan sebagai 'opportunity to grow', maka justru semakin banyak pesaing yang bagus menyebabkan hidup semakin menggairahkan.

Marah Tidak Pada Tempatnya

Anda pernah marah nggak? Ada kalanya, marah itu diperlukan. Khususnya ketika menghadapi situasi kritis atau orang yang luar biasa ndablek. Maka marah itu baik, jika dilakukan dengan tepat. Tapi marah menjadi tidak baik jika dilakukan tidak pada tempatnya.
 
Contohnya, kemarahan Ibu Risma di Surabaya, menghasilkan banyak perbaikan. Tapi pemimpin lain yang sering marah tidak pada tempatnya, malah tidak punya wibawa sama sekali. Kalau pemimpin yang kelemar-kelemer, gak bisa marah? Diremehkan anak buah.
 
Kemarahan juga mesti jelas kemana arahnya. Marah yang tidak jelas, hanya

Menikmati Liburan

Alhamdulillah, legaaa rasanya bangun pagi ini. Sabtu sendu dalam balutan mendung. Matahari sembunyi dibalik udara dingin. Seolah semesta sengaja memasang latar perlahan agar roda kehidupan mengurangi kecepatan putarnya. Hari ini, libur.

Bagi para pengelana senin sampai jumat, hari sabtu dan minggu menjadi hari yang dinantikan. Apalagi jika pekerjaan sedang banyak. Baru bisa tidur diatas jam 12. Subuh mesti pergi lagi. Dan baru kembali saat hari sudah hampir berganti. Hari libur, adalah anugerah.

Kita, Nggak Kalah Bagus Dari Bule

Kalau pernah bekerja di lingkungan yang ada bulenya, tentu Anda tahu bahwa; orang bule tidak selalu memiliki kemampuan kerja yang lebih baik dibandingkan kita. Meskipun dibayar lebih tinggi dari kita.
 
Bahwa tidak semua orang kita bagus, itu benar. Tapi ketika bisa mendidik diri dengan baik, kita nggak kalah bagus dari bule. Malah bisa lebih bagus dari mereka. Kadang, ketemu juga dengan bule yang sama sekali nggak bisa diandalkan selain casciscusnya dan necisnya.
 
Ada bule bagus? Oh, tentu. Yang bagus banget juga. Dan kita beruntung jika bisa kerja bareng mereka. Karena kita bisa bertumbuh untuk jadi bagus juga. Minimal, kita bisa sebagus mereka.

Orang Dewasa Yang Sok Nyuruh Belajar!

Hari 'Pendidikan Nasional' biasanya menjadi hari dimana para orang dewasa belaga sok tahu. Mungkin Anda termasuk salah satunya. Mau bukti? Baiklah.
 
Anda doyan menasihati anak-anak tentang betapa pentingnya pendidikan, iya kan?. Kita menuntut anak-anak agar bersungguh-sungguh belajarnya. Demi masa depan mereka sendiri.
 
Bagaimana kalau ada yang menasihatkan bahwa justru Andalah yang mesti bersungguh-sungguh belajar. Memang, belajar itu penting buat anak Anda. Tapi lebih penting lagi buat orang tua seperti Anda. Saya juga. Kita.

Menikmati Jabatan

Salah satu indikasi karir bagus adalah kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan untuk memimpin orang atau gugus tugas tertentu. Ketika Anda diangkat untuk menjadi pimpinan unit kerja - sekecil apapun unit kerja itu - maka itu menunjukkan bahwa karir Anda punya prospek yang baik dimasa depan.
 
Tetapi, apakah menjadi pimpinan itu lebih enak dibandingkan menjadi staff? Idealnya ya demikian. Kenyataannya, tidak selalu begitu. Faktanya, banyak orang yang semakin tidak bisa menikmati kehidupan profesionalnya justru ketika karirnya semakin menanjak naik.

Berhati-hati Dalam Berhutang

Dalam setiap upacara pemakaman, wakil keluarga selalu mengatakan;"Jika masih ada urusan utang-piutang dengan almarhum, mohon menghubungi kerluarga untuk menyelesaikannya..."
 
Kenapa soal hutang itu sedemikian pentingnya? Karena dalam iman kita, hutang yang tidak dibayar dibawa mati keakhirat nanti. 
 
Lalu, apakah kita tidak boleh berhutang? Gak ada yang larang. Tapi mesti disesuaikan dengan kemampuan untuk melunasinya. Dan mesti pantes aja dengan kondisi dan kebutuhannya. Kalau nggak sanggup bayar, sudahlah; gunakan apa yang ada saja. Kalau nggak penting-penting banget; ngapain berhutang.

Atasan Tak Membantu Karir Anak Buah

Di sela-sela coffee break, cukup sering peserta pelatihan di kelas saya curcol. Katanya, mereka tidak bisa berkembang di perusahaan karena atasan mereka tidak mempunyai kesungguhan untuk mengembangkan anak buahnya. Saya bertanya balik kepada mereka; "Siapa orang yang paling berkepentingan terhadap karir Anda?"
"Ya saya sendiri dong pak." Katanya.
"Nah, jika sadar bahwa karir Anda itu penting bagi diri Anda sendiri. Mengapa kita mesti mengandalkan orang lain, meskipun dia itu atasan kita?"

Tanggungjawab Kepemimpinan Pribadi

Situasi paling buruk bagi sebuah kapal adalah ketika kapal itu dilayarkan oleh nakoda yang buruk. Keadaan paling buruk bagi sebuah pesawat adalah ketika pesawat itu diterbangkan oleh pilot yang buruk. Kehidupan paling buruk bagi rakyat sebuah negara adalah ketika Negara itu dipimpin oleh Presiden yang buruk. Dan, jalan hidup paling buruk bagi setiap insan adalah ketika dia mengarahkan dirinya sendiri ke jalan yang buruk.

Ngatasin Bawahan Yang Sulit Diatur

Anda punya anak buah yang sulit diatur? Nyebelin banget ya. Kerjaan sendiri saja sudah banyak. Eh ini ada yang bikin ribet pula. Padahal mestinya anak buah itu membuat urusan atasan jadi lebih lancar. Ini malah bikin susah. Apakah kita keluarin saja dia ya?
 
Well, nggak sesederhana itu mengeluarkan orang. Meskipun hanya memindahkannya ke team lain. Jika di team kita sudah bermasalah, maka team lain juga belum tentu mau menerimanya kan? Maka solusinya, bukan mengusir dia dari team kita. Jadi gimana dong?
 
Menggunakan otoritas sebagai atasan menjadi pilihan banyak orang. Dia bawahan, jadi HARUS mau menerima perintah atasan. Ampuhkah cara itu? Kadang-kadang iya. Tapi, cara otokratik seperti itu tidak menghasilkan kepatuhan dan kesediaan untuk bekerja sama dalam jangka panjang. Orang hanya mau bekerja dengan baik, jika selalu diawasi; atau diberi ancaman.

Kenapa Anak Buah Tidak Percaya Atasannya?

Kita tahu bahwa trust atau kepercayaan merupakan salah satu elemen penting dalam kepemimpinan. Tanpa kepercayaan, jangan harep deh kepemimpinan kita bakal efektif. Masalahnya, kita sering menghadapi fakta bahwa banyak sekali anak buah yang tidak mempercayai atasannya. Maka bisa dibayangkan, betapa amburadulnya hasil kepemimpinan di unit kerja seperti itu. Kalau anak buah Anda, percaya nggak kepada Anda?
 
Kita, boleh saja mengklaim bahwa anak buah pada percaya pada kita. Tapi, tidak mudah loh untuk membuktikan jika hal itu bukan sekedar klaim semata. Mestinya, hal itu tercermin pada pola hubungan dengan anak buah, serta perilaku kerja mereka. Contoh, jika mereka masih melakukan kesalahan atau tindakan yang kurang pas ketika tidak sedang kita awasi; maka itu menunjukkan bahwa kinerja bagus mereka selama ini bukan karena mereka percaya dan bisa dipercaya. Melainkan karena Anda tongkrongi.

Menjadi Ahli Itu Perintah Nabi

Berapa lama Anda sudah bekerja sebagai seorang profesional? Oke. Apakah Anda sudah mempunyai keahlian yang bisa diandalkan? Untuk karir Anda. Untuk hidup Anda. Untuk menunjukkan bahwa Anda adalah seorang professional yang benar-benar ahli dibidangnya. Perhatikan bagaimana para ahli dihargai oleh perusahaan. Dihormati oleh teman. Mendapatkan imbalan yang pantas dan memuaskan.
 
Memang hanya dengan menjadi seorang ahli yang mumpuni saja kita bakal dinilai tinggi. Jika tidak, maka kita hanya akan menjadi pegawai biasa-biasa saja. Seperti kebanyakan orang lainnya. Yang tidak memiliki nilai tambah apa-apa. Dan bayaran kita juga, sekedarnya saja.

Bikin Kantor Mau Bayar Lebih

Kalau ada perusahaan yang mau mempekerjakan Anda, dan Anda nggak butuh-butuh banget pindah; maka Anda bisa belaga jual mahal. Betul ya. Minta ini dan itu. Kalau oke, mau pindah. Kalau nggak, ya udah. Ogah. Nothing to loose kok.
 
Terus, seberapa sering ada perusahaan yang menawarkan bayaran lebih tinggi pada Anda? Jarang ya. Ada sih kadang-kadang perusahaan yang ngebet. Tapi paling satu atau dua jumlahnya. Itu juga nggak tiap tahun ada. Jarang banget deh pokoknya. Apa lagi jaman wehedyan kayak sekarang, yang ada kitanya yang ngarep. Tapi yang diharepin nggak kunjung datang.

Hak Tubuh Kita

Sudah berapa lama tubuh itu melayani Anda? Tentu sudah sejak lahir ya. Tinggal hitung berapa umur kita. Selama itu pula tubuh bekerja untuk kita. Pertanyaan; apakah Anda sudah memenuhi haknya? Tubuh kita kan punya hak juga. Untuk kita layani. Bukan sekedar melayani kita.

Makanan, iyalah sudah kita berikan. Makanya tiap hari kita makan. Tapi waktu Anda makan, apakah memang sedang memberi tubuh apa yang menjadi haknya? Ataukah sekedar mengikuti kegemaran untuk 'mengunyah'.

Pake Otakmu Dong!

Seandainya ada orang yang mengatakan kepada Anda: “Pake otakmu dong!” Bagaimana perasaan Anda? Tersinggung sih nggak ya. Cuman pengen nonjok aja…hahaha. Tapi kalau direnungkan lagi, ada benarnya juga ya. Kita kan diciptakan Tuhan dengan kelebihan otak itu. Jadi, kenapa mesti tersinggung kalau ada orang yang menyuruh kita pake otak. Iya sih, tapi tetep aja nggak enak. Kalau dibilangin begitu sama orang lain nggak enak, maka ada baiknya kita sendirilah yang bilang. Kan nggak perlu tersinggung kalau yang ngomong kita sendiri. Ayo, mulai sekarang katakan pada diri Anda; “Pake Otakmu Dong!”

Orang Baik Dan Orang Buruk

Selain berdasarkan jenis kelamin, manusia bisa dibagi menjadi 2 kelompok yaitu; orang baik dan orang buruk. Hal itu, didasarkan pada tingkah lakunya. Orang yang bertingkah laku baik, masuk kelompok baik. Orang yang gemar menipu, merenggut hak orang lain, mengambil sesuatu yang bukan miliknya, masuk kelompok orang buruk.
 
Anda, termasuk kelompok yang mana? Orang baik dong. Kata siapa? Kata kita sendiri. Namun, apakah orang lain punya pendapat yang sama soal itu? Jika kebanyakan orang yang berinteraksi dengan kita menyatakan yang sebaliknya, maka mungkin klaim kita tidak benar-benar akurat.

Kantor Yang Tidak Memuaskan

Anda, puas nggak dengan apa yang perusahaan berikan? Alhamdulillah, jika disana Anda sudah mendapatkan kepuasan. Berarti, Anda bisa menjalani pekerjaan dengan hati senang. Tapi kalau Anda merasa perusahaan tidak memberikan imbalan atau reward yang memuaskan, maka Anda; tidak sendirian. Bahkan, survey yang dirilis lembaga menejmen global mengindikasan bahwa mayoritas karyawan tidak merasa puas dengan apa yang didapatkannya dari perusahaan. Jadi, kita tenang sajalah ya.

Proses Transformasi Perusahaan

Banyak perusahaan yang gagal dalam melakukan proses transformasi. Programnya sudah bagus. Presentasi dan town hall meeting kerap dilakukan. Roadshow menejmen puncak sudah diselenggarakan. Namun, angin perubahan yang dicanangkan perusahaan itu perlahan-lahan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Banyak perusahaan yang mengalami hal itu. Menurut pendapat Anda, mengapa bisa begitu?
 
Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Namun, salah satu faktor paling berpengaruh adalah karena proses perubahan di perusahaan sering hanya diserahkan sebagai pekerjaan tambahan orang-orang tertentu saja. Beberapa orang ditunjuk untuk menjalankannya. Dikasih gelar Agent of Change, lalu

Inisiatif Talenta Hebat

Pagi ini saya mendapatkan undangan webinar tentang talent development. Talent searching tepatnya. Poin pentingnya adalah bahwa saat ini, sungguh tidak mudah untuk mendapatkan talenta yang benar-benar bagus buat perusahaan. Di seluruh dunia, kita mengalami kekurangan ‘pasokan’ talenta hebat.
 
Angkatan kerja memang banyak. Jumlah pelamar kerja bejibun. Yang tebar CV kesana kemari juga melimpah. Tapi talenta yang benar-benar bagus? Hmmmh, nggak gampang menemukannya.

Menghapus Jejak Perilaku Kita

Salah satu berkah menjadi orang beriman adalah; tidak menindas ketika memiliki kekuasaan, dan tidak pesimis ketika menjadi orang yang lemah. Karena, setiap perbuatan kita bakal dicatat. Dan dimintai pertanggungjawaban. Tapi, ada kalanya kita sedemikian frustrasinya dengan penindasan yang dilakukan oleh orang lain. Sehingga kita bertanya; benarkan Tuhan akan menunjukkan keadilan?
 
Di zaman penuh kekacauan kita tahu bahwa orang-orang dzalim punya banyak cara untuk menutupi keburukan. Membayar pengacara kawakan. Bahkan

Mengatasi Penolakan Penugasan

Punya anak buah, tidak selalu membuat segala sesuatunya menjadi lebih mudah. Kadang-kadang, justru menyulitkan dan menjadi hambatan bagi atasan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
 
Tengok misalnya ketika Anda menugaskan sesuatu kepada anak buah. Apakah mereka meresponnya secara positif dan bisa segera mengerjakannya? Atau masih harus Anda tongkrongin supaya mereka mau melakukannya?
 
Ketika anak buah tidak bekerja sesuai dengan harapan, maka atasan mendapat beban tambahan, yaitu; 'mengurusi' bawahan. Padahal, urusan pekerjaan pun sudah menyita waktu dan bertumpuk-tumpuknya minta ampun. Maka bagi sebagian atasan, mengerjakan sendiri segalanya sering lebih mudah daripada mengharapkan kerjasama dan dukungan dari anak buahnya.

Siapa Yang Salah?

Hubungan kita dengan orang lain, tidak selamanya mulus. Kadang ada gesekan atau ketidakselarasan. Bahkan, bisa sampai bertengkar segala. Anda misalnya, apakah saat ini sedang bermasalah dengan seseorang? Yang salah siapa? Dia atau Anda.
 
Hampir bisa dipastikan kalau Anda mengira bahwa yang salah itu dia, bukan Anda. Lucunya, mungkin dia pun menilai bahwa yang salah itu Anda, bukan dia. Makanya, sampai sekarang masalah itu masih berlanjut. Meskipun kejadiannya sudah bertahun-tahun lalu.

Dua Sifat Yang Ditakuti Oleh Kemiskinan

Jika Anda diberi pilihan untuk menjadi miskin atau kaya raya, pilih mana? Kita sudah tahu jawabannya. Pilih kaya dong. Makanya gampang banget kalau kita dirayu soal kekayaan. Semakin mudah caranya, semakin pengen. Maaf, apakah tadi saya mengatakan ‘semakin mudah’? Iya. Bukan semakin baik ya. Semakin mudah.
 
Padahal, kita tahu bahwa hal yang mudah tidak selalu benar. Dan hal benar pun tidak selalu mudah. Bahkan, sering lebih sulit. Apalagi dalam keadaan serba mahal seperti sekarang ini. Ditambah dengan gaya hidup berupa kebiasaan mengumbar keinginan membeli barang-barang berbandrol tinggi. Siapa juga yang mau bersusah payah jika ada cara yang mudah kan?

Keledai Dan Bunglon

Meskipun sudah sangat jarang melihatnya, namun saya yakin Anda mengetahui keledai dan bunglon kan? Keledai, serumpun dengan kuda. Sedangkan bunglon sebangsa dengan cicak dan buaya.
 
Salah satu sifat keledai yang dikenal adalah, kalau maunya nggak diikuti sering sulit diarahkan. Datarik dari depan, dia mandek aja. Didorong dari belakang, dia pun mematung. Keledai sering digunakan untuk mewakili sifat-sifat 'ndablek'. Membangkang. Dan nggak nurut.

Orang Bagus Dibayar Buruk

Kemarin kita sudah membahas tentang cara meningkatkan nilai diri kita. Intinya, semakin banyak manfaat yang bisa kita kontribusikan, maka semakin tinggi nilai diri kita. Lalu, kalau sudah berkontribusi lebih banyak daripada orang lain; tapi reward dari perusahaan tetap saja masih nggak seberapa. Mesti gimana lagi coba?
Penting untuk menilai secara obyektif apakah kita sudah dibayar secara wajar atau tidak. Jangan sampai subyektivitas kita menutupi anugerah yang telah kita terima. Apakah kita yang 'merasa' dibayar tak wajar, ataukah kita menuntut lebih banyak dari yang layak kita terima.

Meningkatkan Nilai Diri Sendiri

Di kantor, Anda dihargai tinggi atau tidak? Bagaimana ya cara mengetahuinya? Gampang ya. Tinggal dilihat saja angka yang tertulis dalam slip gaji kita. Makin tinggi angkanya, makin dihargai kita disana. Kalau sebaliknya, ya tinggal disimpulkan sendiri saja. Betul begitu kan ya? Kayaknya sih betul. Tapi sebenarnya tidak. Gaji, sama sekali tidak mencerminkan nilai diri kita. Ada orang yang nilainya tinggi, tapi digaji rendah. Dan ada pula yang nilainya rendah tapi digaji tinggi. Emangnya salah kalau nilai diri kita diukur dengan uang? Tidak sih. Tapi, mungkin itu bukan alat ukur yang akurat.

WHY Anak Buah Melakukan Kesalahan?

Salah satu penyebab rendahnya kinerja atasan adalah terjadinya kesalahan anak buah. Logis, karena anak buah yang melakukan kesalahan menimbulkan masalah yang akhirnya mempengaruhi aspek atau fungsi-fungsi lain dalam unit kerja itu. Kinerja atasan pun jadi terganggu. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Salahin saja anak buah.
"Nggak salah sih kalau menyalahkan yang salah. Kalau anak buah yang salah, ya salahin aja dia. Kan dia yang salah."

Menuding Orang Lain

Untuk setiap kejadian yang kita alami. Pasti ada yang bertanggungjawab kan? Kita boleh menuntut pertanggungjawaban darinya. Sayangnya, kita sering mengira bahwa orang lain atau pihak lain lebih bertanggungjawab atas kekacauan hidup kita dibanding diri kita sendiri. Sehingga kita, gampang menuding orang lain.
Contoh aktualnya nih. Orang yang sehari-hari hidup di Jakarta tentu tahu bahwa tahun ini, curah hujan tidak separah tahun-tahun sebelumnya. Ketinggian air di berbagai bendungan pengontrol juga normal. Tapi kenape Jakarta bisa banjir?

Menandai Hasil Karya Kita

Kalau ada orang yang mengklaim hasil kerja keras Anda, kesal nggak? Iya dong. Hampir di setiap kantor ada tukang klaim begitu. Memang bisa sabar sih. Tapi kalo begitu terus, nggak ada gunanya kerja keras kan? Toh si tukang klaim itu yang bakal dapat kreditnya.
Kebayang kan ruginya kita kalau begitu. Padahal kita ini rajin, pinter, dan terampil. Tapi hasil karya kita suka diembat orang lain. Lebih rugi lagi ketika kita memutuskan untuk berhenti. Memang, orang itu nggak dapat apa-apa lagi. Tapi kita menjadi seperti mati suri. Terkubur dalam-dalam semua talenta yang kita miliki.

Punya Jabatan Itu Enak

Anda tahu nggak, kalau mempunyai jabatan itu enak banget. Kalau Anda nggak tahu, mungkin belum merasakannya saja. Tapi bener kok, enak banget. Dihormati. Digaji tinggi. Dikasih fasilitas kelas atas. Plus bonus dan bermacam tunjangan. Faktanya, orang berpangkat selalu mendapat lebih banyak. Makin tinggi jabatan, makin banyak bagian.
Makanya kita ngebet banget sama jabatan. Nggak soal mau pimpinan lembaga pemerintah kek. Mau swasta kek. Pokoknya kalau punya jabatan mah enak. Yang penting naek pangkat deh.

Pekerjaan Dengan Imbalan Memuaskan

Anda, sudah puas belum dengan imbalan yang Anda dapatkan? Kalau gajinya dinaikin 2x lipat puas kali ya? Iya dong. Tapi puasnya cuman sebentar. Nanti juga bakal nggak puas lagi. Cobain aja. Jadi gimana dong biar kita puas dengan imbalan pekerjaan yang kita dapatkan?
Selagi asyik bekerja pagi ini, tiba-tiba lampu mati. Padahal sedang banyak tugas yang mesti diselesaikan. Batere laptop pas habis pula. Kalau listrik mati, tivi flat di rumah Anda bisa hidup nggak? Mesin canggih di kantor Anda bisa beroperasi? Nggak bisa ya. Karena listrik; laksana nyawa bagi benda-benda.

Asyik, Hari Ini Gajian!

Hari ini, sudah gajian kan? Alhamdulillah. Lumayanlah, rekening tabungan sudah ada isinya lagi. Bukan rekening tabungan kalee. Kan cuman buat numpang lewat doang. Toh pas jam makan siang nanti kita pada soan ke ATM. Mentransfer kesana kemari. Dan baru berhenti, kalau saldonya sudah menipis lagi.

Ga apa-apalah. Tetep alhamdulillah saja. Toh masih jauh lebih baik daripada nggak punya penghasilan kan. Minimal setiap tanggal segini kita merasa lega meski hanya untuk beberapa saat.

Sumber Ketenteraman

Ketenteraman. Itulah salah satu hal yang kita dambakan. Meskipun banyak uang misalnya, tapi hati gundah. Kita tidak merasa nyaman. Walau uang hanya punya secukupnya saja, tapi hati tenteram; maka kita bisa menikmati hidup. Lantas bagaimana cara mendapatkan ketenteraman itu?

Bayangkan kejadian ditengah malam. Hujan deras turun dengan lebatnya. Petir menyambar bersama dentumnya yang membuat hati bergetar. Ternyata genteng rumah bocor sehingga air merembesi langit-langit. Rasa tenteram kita mulai terusik.

Tapi kalau atap berfungsi baik – diguyur hujan badai sekalipun – kita tenang-tenang saja. Itu menunjukkan bahwa, keberadaan pelindung diatas kita itu loh

Mencapai Level Mengagumkan

Di antara sekitar 7 milyar penduduk bumi, ada nggak seseorang yang Anda kagumi? Kayaknya ada ya. Banyak malah. Pertanyaannya adalah; dari 7 milyar orang itu, ada nggak yang mengagumi Anda? Jangan-jangan, kita kagum kepada banyak orang tapi tak seorang pun yang kagum kepada kita ya. Emangnya penting banget gitu kekaguman orang itu? Iyya. Karena, hal itu berhubungan dengan peran yang kita mainkan dalam interaksi dengan orang lain. Bukankah hidup kita sangat bergantung pada interaksi itu? Nggak ada yang bisa hidup sendirian kan?

Belasan tahun lalu, saya punya teman sekantor yang pernah menjadi salesman mobil. Dia bercerita tentang mobil

Anugerah Tak Terduga Dalam Karir

Orang bilang, segala sesuatu harus diperjuangkan. Betul ya? Tapi kenapa kok ada orang yang selalu beruntung dalam hidupnya? Nggak berjuang keras, namun apa yang diperebutkan kebanyakan orang malah dengan gampangnya menclok dipundak seseorang yang adem ayem.

Salah satu contoh menarik soal ini baru saja terjadi. Anda tentu tahu bahwa calon tunggal Kapolri yang diajukan Presiden sudah disetujui DPR. Namun, KPK punya keputusan yang berbeda. Sehingga Presiden menunda pengangkatannya.

Saat Berangkat Ke Tempat Kerja

Pagi ini, Anda berangkat ke kantor dengan antusias nggak? Jika merasa males banget, berarti Anda nggak suka tuch kerja disitu. Jika merasa biasa-biasa aja, maka Anda hanya menjalani rutinitas.

Kalau Anda antusias, apakah itu menandakan bahwa Anda menyukai pekerjaan itu? Belum tentu ya. Lagi seneng sama seseorang juga bisa membuat Anda semangat. Mau ketemu gebetan gitu loh.

Karyawan Yang Disia-siakan

Banyak karyawan yang merasa disia-siakan oleh perusahaan. "Kami tidak dihargai," katanya.

Pertanyaannya adalah; Jika kantor tidak menghargai kita; apakah masih butuh bersikap baik dan membangun loyalitas, menjaga reputasi, plus kompetensi?

Saya bilang 'iya'. Kualitas pribadi kita, tidak boleh luntur hanya gara-gara perusahaan menyia-nyiakan kita. Kalau kita jadi buruk, maka ya memang seperti itulah aslinya kita kan?

Hal Menyebalkan Di Kantor

Kantor, kadang menjadi tempat yang sangat mengesalkan. Meski nggak kepengen, ada saja kejadian yang membuat hati jadi dongkol. Mulai dari teman yang menimpakan beban pekerjaan. Atasan yang nyari-nyari kesalahan. Pelanggan yang ngomel-ngomel tanpa alasan.

Normal, jika hal-hal semacam itu terjadi dikantor Anda. Soalnya, kantor bukanlah tempat dimana segala sesuatunya berada dibawah kendali kita. Yang penting, jangan sampai kekesalan itu tinggal terlalu lama didalam hati. Sebentar saja keselnya. Habis itu, plong lagi.

Does Size Truly Not Matter?

Alhamdulillah, liburan sudah berakhir. Lho, kok alhamdulillah sih? Bukankah makin lama libur makin asyik? You tell me deh; apakah memang demikian.

Bagi kebanyakan orang, libur kepanjangan itu sudah nggak mengasyikan lagi. Memang, kita sering merindukan waktu untuk libur. Berhenti sejenak dari rutinitas kerja. Tapi, nggak mesti panjang-panjang kalee. Size doesn't mater kok ternyata. Or does mater?

Ketika Semua Orang Pada Males

Apa yang Anda lakukan ketika semua orang dikantor Anda pada males? Ya ikutan males juga ya. Ngapain juga semangat sendirian? Bisa babak belur kita. Kerja lebih banyak dari orang lain. Padahal bayarannya belum tentu lebih gede. Jadi, kalau teman-teman pada males. Kita kompakan males juga dong. Kalau teman-temannya pada semangat; Anda ikut semangat apa nggak? Ya tergantung. Bayaran kita bagus nggak. Kalau bayaran mereka lebih gede, ya wajar dong mereka lebih rajin. Glek!

Jejak Eksistensi Kita

Saya dan Anda, ada. Lalu, apa ya dampak dari keberadaan kita ini? Apakah kita hanya sekedar lewat begitu saja dimuka bumi ini? Ataukah ada misi yang mesti kita emban?

Jika eksistensi kita tidak berdampak apa-apa, maka nilai diri kita; jauh lebih rendah dari angin. Kita tidak tahu wujud angin itu seperti apa. Tapi dampak dari keberadaannya kerasa sekali.

Saya sedang berada di pedalaman hutan Kalimantan ketika tiba-tiba angin puting beliung mengamuk. Banyak pohon yang tumbang. Dan atap mess karyawan beterbangan.

Menabrak Tembok

Bukan makna sebenarnya. Melainkan kiasan. Tapi intinya sih sama. Yaitu: bonyok. Jadi kalau ada yang maksa nabrak tembok, berarti kecerdasan orang itu agak gimana...gitu.

Dikantor kita, banyak banget temboknya. Biasanya berwujud birokrasi, atau orang-orang yang punya jabatan tinggi. Sering kesal kita dibuatnya. Dan karena tidak sanggup bersabar, maka kita tergoda untuk melabraknya. Runtuhkah tembok itu? Tidak. Justru kitalah yang benjot.

Biar Seneng Rasanya Kerja Di Situ

Anda seneng nggak, kerja disitu? Kalau saya boleh sok tahu, pada dasarnya kita nggak suka bekerja ditempat kita kerja sekarang. Namun karena butuh, ya mau tidak mau dijalani saja.

Normal? Normal banget. Karena, kebanyakan orang tidak bekerja di 'the best place to work for'. Kantor kita, belum masuk kategori 'tempat kerja terbaik'. Di dunia ini, hanya beberapa gelintir perusahaan saja yang menyandang gelar itu. Selebihnya, merupakan tempat kerja yang tidak ideal.

Menyiapkan Kenangan Buat Masa Pensiun

Anda bekerja di perusahaan sendiri atau milik orang lain? Kalau Anda seorang pekerja, berarti Anda akan pensiun kan? Lalu, kebanggaan atau kepuasan batin apa sih yang bisa Anda dapatkan setelah pensiun? Dana pensiun yang Anda terima, belum tentu membuat Anda bangga. Apa yang bisa dibanggakan dari uang pensiun kan? Jumlahnya juga nggak sampai hitungan triliun. Jadi, mesti ada hal lain yang bisa membuat kita bangga selepas pensiun. Apa?

Mari bercita-cita bahwa pada saat pensiun kita semua telah menjadi atasan.

Kepengen Dibayar Mahal

Kalau tahu penghasilan orang lain, Anda suka kepengen nggak? Ya nggak dong ya, jika penghasilan mereka lebih kecil. Tapi kalau penghasilan mereka besar banget, mungkin kepengen juga kali.

Memang, namanya mahal itu relatif. Mungkin 5juta, 10juta, 20juta, 40juta, 50juta, berapa? Intinya sih lebih tinggi dari bayaran yang diterima orang pada umumnya. Dan faktanya, ada orang-orang yang dibayar jauh diatas rata-rata kan?

Wajar, kalau kita ingin dibayar tinggi seperti mereka. Soalnya, berapapun Anda dibayar hari ini, ada loh orang lain yang seprofesi dengan Anda dapat dapat bayaran lebih tinggi dari Anda. Percaya deh.

Menghindari Kemunduran

Hanya ada satu kemunduran yang kita anggap baik dimuka bumi ini. Anda ingat apa itu? Kemunduran ketika kita hendak memarkir mobil. Kemunduran lainnya, tidak kita sukai sama sekali. Kemunduran, tidak selalu terjadi karena kita berjalan mundur. Kita diam pun bisa berarti kemunduran, jika pesaing-pesaing kita bergerak kedepan. Kita bergerak kedepan pun masih bisa mengalami kemunduran, jika para pesaing bergerak lebih cepat dari kita. Jadi, apa sebenarnya penyebab terjadinya kemunduran yang kita alami? Ada dua.

Kemampuan Yang Berguna

Sekalipun Anda orang yang serba bisa misalnya, pasti ada sesuatu yang tidak bisa Anda lakukan kan? Benar. Karena, ada banyak hal diluar jangkauan kemampuan kita.

Sebenarnya tidak masalah sih. Toh, kita tidak harus mampu melakukan segala hal untuk mendapatkan kehidupan yang baik. Cukup bisa melakukan apa yang kita butuhkan saja kan sudah memadai.

Dekat Dengan Boss Besar

Seberapa dekat Anda dengan boss besar? Kalau jabatan Anda belum tinggi tentu tidak terlampau dekat dong ya. Kecuali jika Anda sekretarisnya. Tapi, tahukah Anda bahwa untuk bisa dekat dengan boss Anda nggak mesti jadi boss dulu?

Justru dengan dekat pada boss besar, maka peluang Anda untuk punya karir bagus menjadi terbuka lebih lebar.

"Halah, itu namanya carmuk dong Dang!"

Perlukah Menjadi Yang Terbaik?

Menurut pendapat Anda, perlu nggak menjadi yang terbaik itu? Simpan jawaban Anda.  Kemudian, coba ingat lagi tentang seseorang yang Anda kenal yang lebih sukses atau dibayar lebih mahal dari Anda; padahal Anda merasa bahwa orang itu tidak lebih baik dari Anda. Bahkan, Anda mungkin lebih baik dari pada orang itu. Tapi, pencapaian dia bisa melampaui Anda. Jawaban Anda tadi, masih berlaku nggak?

Di kampus dulu, Anda tahu mahasiswa-mahasiswa jeniusnya siapa. IPK mereka tinggi-tinggi tanpa harus mencontek ketika ujian. Setelah beberapa puluh tahun berlalu; apakah mereka yang paling sukses dalam perjalanan karirnya? Saya yakin Anda tahu jawabannya. Tidak selalu demikian kan?

Mengambil Peran Secara Aktif

Siapa sih yang tidak gelisah soal materi di zaman ini? Tengok saja misalnya harga sayuran dan kebutuhan sehari-hari. Bikin nyesek banget kan? Kalau yang gajinya sebatas UMR sih sudah pasti mengira mereka yang bergaji sepuluh juta bisa bernafas lega. Nyatanya, orang bergaji sepuluh juta merasa mesti gajian belasan juta dulu baru bisa tenang. Yang gajinya belasan juta, katanya butuh mendapatkan puluhan juta dulu untuk bisa tenteram. Dan sshhts… – jangan bilang siapa-siapa ya – meski gaji sudah puluhan juta juga ternyata gaya hidup ikut melambung tinggi ke udara. Mungkin kudu mendapatkan ratusan juta sebulan kali ya? Tapi, konon yang dibayar ratusan juta juga masih punya banyak utang di bank. Jadi, siapa yang tidak gelisah soal materi dizaman ini?