Pic. Source: pictures88.com |
Salah satu area di mana kita sering kali membuat pilihan secara tidak sadar
adalah saat memberi salam kepada orang lain. Apakah dialog berikut rasanya
tidak asing bagi Anda?
Jim: "Hai, Bob. Apa kabar?"
Bob: "Hai, Jim. Aku baik-baik saja. Kabarmu bagaimana?"
Jim: "Baik."
Bob: "Baguslah. "
Sudah pasti tidak ada yang salah dengan percakapan yang umum terjadi di
antara dua orang di atas. Percakapan seperti ini mungkin diulang jutaan kali
setiap hari dan biasanya dalam suasana akrab. Namun, terkadang ini dilakukan tanpa berpikir sama sekali dan telah menjadi semacam ritual standar pemberian salam bagi kita. Apakah kita sungguh-sungguh ingin mengetahui bagaimana keadaan orang lain itu, atau kita hanya ingin mendengar mereka menjawab "baik" sehingga kita bisa meneruskan apa yang sedang kita lakukan?
Dalam sebagian besar kasus, pilihan terakhirlah jawabannya.
Beberapa tahun lalu, saya menyimpulkan bahwa setiap pemberian salam memiliki paling tidak empat kesempatan yang menakjubkan:
(1) untuk menjadi sedikit lebih imajinatif dan kreatif,
(2) untuk mendapat kesenangan,
(3) untuk meningkatkan semangat orang lain
(4) mungkin untuk meningkatkan semangat kita sendiri.
Selama mengajar di SMA, saya memiliki sekitar 170 orang murid.
Dalam periode itu terdapat jabat tangan, pelukan, tos, beradu jari, dan
beragam cara yang dipilih murid-murid untuk member salam kepada saya. Dan
setiap salam diberikan dengan pertukaran verbal yang hangat. Memulai
pelajaran dengan cara ini sungguh membikin semangat.
Pada awal setiap tahun ajaran, saya akan mendapat salam standar, "Apa
kabar?" dari sekita 90% murid saya. Tetapi mereka tidak akan mendapat
jawaban "Baik" yang standar dari saya. Saya memiliki variasi jawaban, dan
jawaban favorit saya adalah, "Well, kabar saya baik. Tetapi karena kamu
semua ada bersama saya, saya merasa lebih baik!" Karena tidak disangka-sangka, biasanya jawaban ini mengundang tawa. Dan karena saya tulus menyanyangi para remaja itu dan benar-benar gembira melihat mereka, jawaban saya juga mencerahkan hari mereka. Situasinya menguntungkan kami semua.
Saya pun memiliki variasi pertanyaan yang saya ajukan kepada mereka ketika
kami saling member salam. Saya mencoba menghindari perkataan standar "Apa kabar?" dan "Bagaimana keadaanmu?" Sebaliknya, saya menanyakan
pertanyaan-pertanya an "SP" , yang saya ajarkan pula kepada mereka. "SP"
artinya "strategically positive-secara strategis positif" . Artinya,pertanyaannya spesifik dan akan selalu mendatangkan jawaban yang positif dan spesifik. Berikut ini contoh pertanyaan-pertanya an SP:
- Siapa yang ingin kau beri ucapan terima kasih? Mengapa?
- Apa yang menyemangatimu sampai sejauh ini?
- Apakah pencapaian terbaikmu hari ini?
- Apakah tujuan penting yang kamu miliki?
- Siapa teman baikmu? Mengapa?
Secara keseluruhan, para murid dan saya mengembangkan lebih dari seratus
pertanyaan. Kami mencapai sejumlah hal: pertanyaan-pertanya an itu membuat orang lain merasa penting; jawabannya selalu mengarah ke lebih banyak lagi pertanyaan yang baik, dan percakapan yang mengikutinya selalu merupakan pembicaraan yang positif dan riang. Cara yang sederhana, tapi bermanfaat.
Bagaimana kita memberi salam kepada orang lain merupakan sebuah pilihan.
Salam yang baik membuat hubungan menjadi lebih baik, meningkatkan energy, dan menambah kegembiraan.
TIGA PILIHAN YANG MEMPENGARUHI KATA-KATA KITA
1. Nada Suara
Apa yang engkau katakan sepenting sikapmu saat mengucapkannya.
Bahasa yang engkau gunakan sepenting nada suaramu ketika mengungkapkannya.
(AWANAMA)
Banyak psikolog sosial mengklaim bahwa 40% komunikasi verbal kita dibuat
melalu nada suara. Pada waktu tertentu, persentase ini bahkan lebih tinggi.
Tinggi-rendahnya suara adalah inti dari semua yang kita ucapkan-nada inilah
yang memberikan perasaan ke dalam kata-kata kita. Ada banyak sekali riset
yang mendukung hal ini, tetapi hasilnya dapat diringkas menjadi sesuatu yang
telah kita ketahui: nada suara dapat sepenting, bahkan lebih penting sari
kata-kata yang kita gunakan. Keduanya adalah pilihan.
Kita dapat memilih untuk menyimpan kata-kata yang baik dalam hati kita dan
kita dapat memilih untuk mengatakan semua yang bersifat meneguhkan hidup
kepada orang lain. Tetapi bersama dengan pilihan-pilihan itu, kita perlu
membuat satu pilihan lain-bagaimana kita hendak menyampaikan pesan kita. Di sinilah empati masuk, yang merupakan salah satu unsure dari komunikasi yang efektif. Ketika kita mampu menempatkan diri pada posisi orang yang kita ajak bicara, kita sudah menjalin hubungan yang biak. Empati membatu kita untuk memilih nada yang tepat.
Pic. Source: ciricara.com |
Tubuh kita sedang "berbicara". (DAVID WEST)
Para psikolog yang sama, yang mengatakan kepada kita bahwa nada suara kita merupakan 40% atau lebih dari komunikasi kita, menyatakan bahwa persentase bahasa tubuh bahkan lebih tinggi lagi. Mereka mengatakan bahwa kita sering menggunakan tubuh untuk mengespresikan lebih dari separuh yang harus kita ucapkan. Bahasa tubuh mungkin tidak sepopuler ketika satu seri buku tentang bahasa tubuh diterbitkan pada tahun 1970-an, namun para pakar komunikasi sepakat bahwa tubuh kita memiliki banyak hal untuk "diucapkan". Mereka pun menyarankan bahwa bila kita ingin menjadi komunikator yang efektif, kita harus secara khusus sadar akan ekspresi wajah kita dan tahu bagaimana menggunakan tangan kita.
Saya belajar pada awal karier mengajar saya, dan kemudian sebagai seorang
pembicara, bahwa penyampaian sama pentingnya dengan isi dari penyampaian itu. Dalam kenyataannya, bila nada dan bahasa tubuh tidak benar, pesan tidak akan kena sasaran. Inilah pilihan-pilihan yang juga kita buat setiap kali kita berbicara dengan orang lain. Senyuman isyarat yang ramah adalah teman terbaik bagi kata-kata yang baik.
3. Sentuhan
Bila Anda ingin bertambah dekat dengan mereka di sekitar Anda, sadari
kekuatan komunikasi yang Anda genggam dalam tangan Anda. (ALAN LOY MCGINNIS)
California memiliki reputasi karena memiliki banyak sekali Generasi Baru,
orang-orang yang peka-perasaan terutama terhadap kontak fisik. Tetapi,
jangan masukkan saya sebagai salah satu dari mereka. Saya sering menyentuh orang-orang saat saya berbicara dengan mereka, tetapi hal ini tidak berhubungan dengan tempat di mana saya tinggal. Sentuhan yang lembut atau pelukan yang penuh kasih, dilakukan dalam suasana yang tepat, dapat menjadi cara yang kuat untuk menguatkan kata-kata kita. Sama seperti pilihan nada yang tepat dapat membuat kata-kata baik kita menjadi lebih lembut, pilihan sentuhan yang tepat dapat membuat kata-kata itu lebih hangat.
Cukup lama kulit dianggap tidak lebih dari penutup tubuh. Tetapi, riset
ekstensif dalam bidang biologi maupun psikologi telah mengajar kita secara
berbeda. Alan Loy McGinnis, pengarang dan ahli terapi keluarga, mengatakan,
"Lebih dari setengah juta serat sensori mengalir dari kulit melalui urat
saraf tulang belakang ke otak. Sebagai sebuah sistem sensori, serat-serat
sensori ini merupakan organ tubuh terpenting."
Inilah alasan utama mengapa sentuhan lembut menjadi bagian dari terapi. Sentuhan dapat merangsang orang yang haus akan kasih sayang. McGinnis menambahkan bahwa "ketika menjadi ekspresi yang tulus dari kasih sayang Anda, sentuhan dapat membawa Anda lebih dekat pada orang lain daripada yang dapat dilakukan oleh seribu kata".
Pikirkan apa yang dapat dilakukan oleh perpaduan kata yang baik, nada yang
lembut, serta sentuhan yang lembut.
PILIHAN LAIN-TERKADANG DIAM ADALAH EMAS
Orang bijaksana berbicara karena mereka memiliki sesuatu untuk disampaikan.
Orang bodoh berbicara karena mereka harus mengatakan sesuatu. (PLATO)
Lebih baik dian dan dianggap bodoh daripada bicara dan ketahuan bodohnya.
(ABRAHAM LINCOLN)
Sepertinya kedua pria ini telah memberitahukan semua hal yang perlu kita
pikirkan. Terkadang tidak berkata apa-apa adalah keputusan paling bijaksana.
Sudah berapa kali kita angkat bicara tanpa berpikir, dan kemudian
menyesalinya kemudian? Itu karena sebagian besar dari kita tidak menerima
instruksi dan latihan yang cukup dalam berkomunikasi, yang dapat mengajar
kita untuk berhenti sejenak secara reflex, mendengarkan dengan penuh
perhatian, mengembangkan empati, dan berpikir sebelum bicara. Namun
demikian, kita dapat memperlajari berbagai keterampilan penting ini dalam
beragam cara: buku dan kaset tentang keterampilan berkomunikasi, pelatihan
khusus, mata kuliah-mata kuliah di universitas, dan yang terbaik dari
semuanya-mentor yang baik. Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir terlebih dahulu (memiliki kata-kata dengan lebih hati-hati) adalah langkah pertama menuju keterampilan verbal yang lebih baik.
Kebijaksanaan datang dalam sepuluh bagian, Sembilan di antaranya adalah
diam. Yang kesepuluh adalah ketangkasan berbahasa.
(PERIBAHASA SKOTLANDIA)
Sumber: Positive Words, Powerful Results; Oliver Wendell Holmes
------------ --------- --------- --------- ---------
C&G Training Network
Tidak ada komentar:
Posting Komentar