Keledai Dan Bunglon

Meskipun sudah sangat jarang melihatnya, namun saya yakin Anda mengetahui keledai dan bunglon kan? Keledai, serumpun dengan kuda. Sedangkan bunglon sebangsa dengan cicak dan buaya.
 
Salah satu sifat keledai yang dikenal adalah, kalau maunya nggak diikuti sering sulit diarahkan. Datarik dari depan, dia mandek aja. Didorong dari belakang, dia pun mematung. Keledai sering digunakan untuk mewakili sifat-sifat 'ndablek'. Membangkang. Dan nggak nurut.
Bunglon. Kita tahu betul kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tinggal di lingkungan mana saja, secara sukarela dia mengubah warna tubuhnya sehingga matching banget dengan lingkungan barunya.
 
Kalau perilaku kedua hewan itu diaplikasikan dalam konteks 'agility' atau adaptability, menurut pendapat Anda; hewan mana yang paling baik? Tentu bunglon ya. Karena dia mau dan mampu menyesuaikan dirinya dengan tuntutan perubahan. Keledai, mesti dicambuk. bunglon, nggak disuruh juga mau berubah sesuai tuntutan lingkungannya.
 
Perusahaan yang dinamis, selalu melakukan perubahan. Konsekuensinya, karyawan yang bekerja disana dituntut untuk 'agile' atau lentur, sehingga proses perubahan berjalan dengan baik, tanpa paksaan. Kalau dipaksa, pasti nggak sepenuh hati kan. Dan tentu, tidak optimal hasilnya.
 
Jika dikantor Anda ada perubahan, sikap Anda lebih mendekati sifat keledai atau bunglon? Coba deh sesekali di renungkan. Lalu, diperhatikan sikap mana yang lebih banyak manfaatnya.
 
Yang jelas, orang yang merespon perubahan seperti keledai, biasanya berontak dan akhirnya mesti dicambuk. Orang yang bersikap seperti bunglon, lebih adaftif dan nggak perlu disentil. Lalu, sikap mana yang lebih baik?
 
MINIMAL seperti bunglon. Mengapa saya sebut minimal? Karena, bagaimana pun juga, kita manusia bukan bunglon. Kalau bunglon, hanya cari aman doang. Makanya, dalam menyesuaikan diri; dia tidak berbuat apa-apa terhadap lingkungan. Pasrah saja dia. Dan, ikut saja kemana arah perubahan membawanya.
 
Kalau manusia, beda. Kita dianugerahi akal dan kalbu. Dengan keduanya, kita bukan sekedar mampu menyesuaikan diri, melainkan 'melakukan sesuatu' untuk mengubah lingkungan. Artinya, proses adaptasi manusia bukan kepasrahan apa adanya seperti bunglon. Melainkan keikutsertaan kita secara proaktif dalam proses perubahan itu sendiri.
 
Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi obyek ketika perusahaan melakukan perubahan. Melainkan subyek yang turut menentukan keberhasilannya. Dan menentukan pula dampaknya bagi diri kita sendiri. Jadi, jika perusahaan melakukan perubahan; Anda bersikap seperti keledai atau bunglon? Tidak. Kita memilih bersikap layaknya manusia. Begitu kan?
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!

Artikel yang tidak boleh dilewatkan di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar