Kantor Yang Tidak Memuaskan

Anda, puas nggak dengan apa yang perusahaan berikan? Alhamdulillah, jika disana Anda sudah mendapatkan kepuasan. Berarti, Anda bisa menjalani pekerjaan dengan hati senang. Tapi kalau Anda merasa perusahaan tidak memberikan imbalan atau reward yang memuaskan, maka Anda; tidak sendirian. Bahkan, survey yang dirilis lembaga menejmen global mengindikasan bahwa mayoritas karyawan tidak merasa puas dengan apa yang didapatkannya dari perusahaan. Jadi, kita tenang sajalah ya.
Lihat saja, orang lain pada nyantai kan? Hey, kalau orang rame-rame pada tidak puas, tidak berarti kita boleh ikutan nyantai. Justru hal itu menunjukkan bahwa kita terbawa oleh pusaran arus kebanyakan orang. Kalau demikian sikap kita, maka kita hanya menjadi bagian dari kerumunan. Dan kerumunan, bukanlah jenis manusia yang memainkan peran signifikan. Karena, kerumunan cenderung menanti nasib sambil mengharapkan Tuhan menurunkan keajaiban.
Kalau nggak boleh tenang-tenang saja, berarti mesti stress? Nggak juga. Tidak tenang itu, tidak berarti stress kok. Lagian, kalau Anda mempelajari tentang stress management; Anda tentu tahu bahwa manusia justru membutuhkan stress hingga level tertentu supaya terdorong untuk bertindak secara all-out. Lihat saja orang-orang yang nyantai-nyantai doang. Mereka cenderung menggunakan sedikit dari energy yang dimilikinya kan? Sebaliknya, orang yang berada dalam tekanan cenderung lebih gesit.
Nggak usah ngomongin orang lain deh. Kita juga sama. Kalau kondisi kantor lagi adem ayem kita cenderung lengah sehingga lebih banyak procrastinating alias menunda-nunda pekerjaan. Begitu waktu sudah mepet, adrenalin mengalir ke sekujur tubuh kita dan kita langsung focus untuk menyelesaikan pekerjaan. Masih ingat ketika sedang dikejar-kejar deadline? Ingat waktu boss besar meminta tugas Anda dipercepat? Itu adalah saat-saat dimana fungsi tubuh Anda paling efisien, kan?

Bekerja di perusahaan yang tidak memberi kepuasan itu mesti mendorong Anda untuk menjadi professional yang lebih handal. Jika tidak, maka sampai kapanpun kehidupan kerja Anda ya bakal begitu-begitu saja. Percaya deh, nasib karir kita nggak berubah menjadi baik hanya dengan menunggu keberuntungan. Mending kalau keberuntungan itu datang. Kalau tidak? Keburu pensiun kaleeee…
Tuhan juga nggak bakal serta merta menurunkan keajaiban. Emang sih, Dia kuasa untuk melakukannya. Tapi Tuhan sendiri juga kan menentukan hukum alam. Dia, nggak mungkin melanggar hukum yang sudah ditentukannya sendiri. Misalnya, dalam Al-Qur’an Dia menyatakan bahwa; “Setiap orang mendapatkan hasil dari apa yang diusahakannya.” Masa orang yang usahanya sedikit Tuhan kasih banyak, sedangkan yang usahanya banyak dikasih sedikit. Kan nggak mungkin.
Saya tahulah, kalau Anda menyangkal pernyataan saya. Kenyataannya, ada orang-orang yang kerjanya sedikit hasilnya banyak. Misalnya, boss jarang kelihatan kerja. Gajinya gede. Fasilitasnya fantastis. Lah iyya, kita melihat orang itu sekarang. Tapi menihilkan perjuangan beratnya dulu sebelum sampai ke posisi itu. Dia bukannya kerja sedikit dikasih banyak. Tapi, dari kerja kerasnya belasan bahkan puluhan tahun lalu itu; hasilnya semakin mateng sekarang.
Ibarat kata, Anda baru menanam benihnya. Pohon yang dia tanam tinggal memanen buahnya. Kalau Anda berhasil merawat pohon yang Anda tanam sekarang itu, kelak Anda akan panen besar seperti dia. Dan ketika saat itu tiba, maka Anda akan paham bahwa itu adalah reward yang pantas Anda dapatkan dari kerja keras, dedikasi, dan kegigihan Anda dimasa lalu.
So, dimana posisi Anda sekarang? Masih dibawah? Gajinya pasti rendahlah. Dan bisa dipastikan jika Anda tidak merasa puas dengan apa yang diberikan oleh perusahaan. Wajar, jika merasa demikian. Yang nggak wajar adalah, perasaan tidak puas itu berefek buruk pada sikap Anda, pada perilaku Anda, dan pada kinerja Anda. Masa depan Anda dipertaruhkan jika demikian. Anda mesti meniru orang-orang yang sekarang kerja dikit dibayar banyak itu; gimana mereka berjuang dulu. Mereka menikmati hasilnya sekarang, sebagai buah dari masa lalu. Anda, menanam kerja kerasnya sekarang. In sya Allah giliran mendapatkan kepuasannya kelak dimasa depan.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!

Catatan kaki:
Kepuasan itu bisa bersifat objektif. Tapi kebanyakan sih subyektif. Artinya, kita menilainya dari kaca mata kita sendiri. Tanpa mempertimbangkan sudut pandang lain yang memungkinkan kita memandang segala sesuatunya dengan lebih jernih.


Artikel yang tidak boleh dilewatkan di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar