Ngatasin Bawahan Yang Sulit Diatur

Anda punya anak buah yang sulit diatur? Nyebelin banget ya. Kerjaan sendiri saja sudah banyak. Eh ini ada yang bikin ribet pula. Padahal mestinya anak buah itu membuat urusan atasan jadi lebih lancar. Ini malah bikin susah. Apakah kita keluarin saja dia ya?
 
Well, nggak sesederhana itu mengeluarkan orang. Meskipun hanya memindahkannya ke team lain. Jika di team kita sudah bermasalah, maka team lain juga belum tentu mau menerimanya kan? Maka solusinya, bukan mengusir dia dari team kita. Jadi gimana dong?
 
Menggunakan otoritas sebagai atasan menjadi pilihan banyak orang. Dia bawahan, jadi HARUS mau menerima perintah atasan. Ampuhkah cara itu? Kadang-kadang iya. Tapi, cara otokratik seperti itu tidak menghasilkan kepatuhan dan kesediaan untuk bekerja sama dalam jangka panjang. Orang hanya mau bekerja dengan baik, jika selalu diawasi; atau diberi ancaman.
Jika demikian, adakah cara yang lebih baik? Tentu. Jika ingin membangun loyalitas yang sesungguhnya, maka kita mesti bisa membangun hubungan yang baik dengan anak buah. Tidak berarti harus selalu ramah, jika memang pantas marah misalnya; ya marah saja. Hubungan yang baik itu lahir dari pemahaman dan pengertian satu sama lain. Jika kita paham mengapa seseorang sulit diatur, misalnya. Maka kita paham pula akar masalahnya. Dari sana, kita bisa menemukan solusinya.
 
Contoh. Ada seorang atasan yang nggak dituruti oleh salah satu anak buahnya. Padahal, yang lain sih oke-oke saja. Setelah ditelaah, ternyata penyebab utamanya adalah; anak buahnya itu orang dengan tipe analitikal formal. Dia tidak nyaman dengan gaya atasannya yang 'informal'. Pake 'elo-gue' juga kalau bicara dengan staffnya. Ketika sang atasan mengubah gaya komunikasinya 'khusus' dengan anak buah yang satu ini menjadi lebih formal, ternyata responnya menjadi lebih baik.
 
Apakah ada aspek penting lainnya? Ada. Yang pertama tadi, seorang atasan mesti memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Selain gaya atau teknik komunikasi, faktor penting yang kedua adalah; seorang atasan mesti memiliki kredibilitas yang baik. Tak seorang pun mau menurut kepada orang yang tidak kredibel bukan? Seorang atasan, mesti membangun dan menjaga agar kredibilitas dirinya baik dimata anak buah. Jika tidak, maka mereka tidak punya alasan untuk menuruti apa yang dia katakan.
 
Lalu, bagaimana cara membangun kredibilitas itu? Nah pertanyaan ini membawa kita kepada faktor penting yang ketiga yaitu; seorang atasan mesti mampu menjaga kepercayaan. Rasulullah SAW sejak kecil disebut oleh kaum Quraisy sebagai Al-Amin. Artinya orang yang bisa dipercaya. Dengan sifat bisa dipercaya itu, beliau mampu menyatukan suku-suku Arab yang gemar berselisih. Padahal waktu itu, beliau masih kecil. Belum diangkat menjadi Nabi. Apalagi Rasul. Kalau kita bisa menjaga kepercayaan dimata anak buah, maka mereka akan respek pada kita.
 
Faktor penting yang keempat adalah seorang atasan mesti memiliki kemampuan aktual dalam pekerjaan. Paling nggak enak kan kalau disuruh-suruh sama orang yang nggak lebih ngerti dari kita. Jika anak buah menganggap kita blo'on, maka mereka nggak berselera nurutin kita. Maka, ada area for improvement yang mesti kita lakukan sebagai seorang atasan. Artinya, belajar lagi dong. Biar paham proses kerja setiap elemen yang menjadi tanggungjawab kita.
 
Faktor penting yang kelima adalah seorang atasan harus memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah. Pekerjaan, tidak lepas dari beragam persoalan. Anak buah kita, kadang tidak punya kemampuan atau kewenangan untuk mengambil keputusan dalam memecahkan masalah itu. Mereka perlu kita. Dan jika mereka tahu bahwa Anda piawai melakukannya, mereka akan senang berada dibawah kepemimpinan Anda.
 
Coba diperhatikan lagi, faktor penting manakah yang sudah Anda miliki. Dan mana yang belum. Lalu latihlah diri sendiri supaya memiliki kelima-limanya. Namun, jangan juga lupa berdoa kepada Allah, memohon agar anak buah menurut kepada Anda. Karena, Allah kan Tuhannya manusia. Dan Dia kuasa membolak-balik hati setiap pribadi. In sya Allah, akan menjadi lebih mudah bagi kita untuk memimpin anak buah. Dengan seijin Allah.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
 
Catatan kaki:
Jangan buru-buru menuduh anak buah sebagai ‘difficult people’ kalau kita belum mampu untuk mengelola mereka. Mawas dirilah terlebih dahulu. Jangan-jangan, ada hal-hal tertentu yang mesti kita perbaiki, sebelum mampu memimpin mereka dengan lebih baik lagi.

Artikel yang tidak boleh dilewatkan di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar