Sumpah palapa yang diucapkan Mahapatih Gajah Mada tercantum
dalam catatan sejarah. Dan sang maha patih, memegang teguh sumpah itu hingga
dia bisa menunaikannya. Orang-orang yang konsekuen tidak sembarangan mengumbar
sumpah.
Sebab, mereka tahu bahwa sumpah itu pantang dilanggar. Dan
jika seseorang bersumpah, biasanya kita menjadikan sumpah itu sebagai pegangan
bagi sebuah kepercayaan. Bagaimana seandainya yang bersumpah itu adalah Tuhan?
Guru mengaji saya disurau dulu menyampaikan sebuah petikan dari kitab suci yang
menyatakan bahwa Tuhan bersumpah demi waktu. Lho, mengapa kok Tuhan bersumpah
demi waktu?
Dalam sebuah penerbangan international, kami berhenti untuk
transit selama dua jam disebuah bandara. Para penumpang memanfaatkan waktu 2
jam itu untuk urusan masing-masing. Ada yang mampir ke toko buku. Ada yang
mejeng di cafe. Dan, tentu saja ada yang belanja belanji. Satu jam lima puluh
lima menit kemudian seluruh penumpang sudah kembali berada di pesawat untuk
meneruskan perjalanan.
Setidaknya begitulah yang dipikirkan orang-orang. Namun,
tidak demikian halnya dengan data yang ada dalam catatan awak kabin. Sehingga
pilot mengumkan bahwa pintu pesawat belum bisa ditutup karena masih menunggu 2
orang penumpang yang belum kembali.
Para penumpang lain tidak terlampau peduli dengan pengumuman
itu karena toh masih ada waktu 5 menit untuk terbang. Namun, ketika lima menit
kemudian penumpang yang ditunggu itu belum juga kembali, mulai ada yang
menggerutu.
Sepuluh menit sesudah itu; mereka tidak kunjung muncul juga.
Sudah ada yang mulai marah. Dan sekitar lima belas menit kemudian dari arah
depan terdengar suara berisik. Oh, rupanya penumpang yang ditunggu-tunggu itu
sudah masuk kedalam pesawat. Kedua tangan mereka menggenggan beragam barang
belanjaan. Dan, ketika mereka melintasi gang menuju ketempat duduknya mereka
berkata sambil cengar-cengir; "Walaaah pada nungguin..., sory sory
ya...hihihi. ...." mendengar cekikikannya, orang tahu bahwa mereka sama
sekali tidak menyesal. Dalam hati saya berbisik; "duh, ternyata mereka
orang Indonesia... ...."
Dari jaket seragam yang dikenakannya, kita bisa tahu bahwa
mereka berangkat dalam rombongan. Dan ketika mereka sampai ke kursi bersama
rombongannya, Temannya menegur;"kemana aja sih elo? Penumpang laen udah
pada kesel tuch...."
Salah satu orang yang telat itu menjawab;"tapi kita
ditunguin kaaaann....hihihi.
" Hati saya kembali menjerit. Ingin rasanya telinga ini
mendengar penumpang berkebangsaan lain berkata;"Tenang saja mas, kami
semua tidak mengerti apa yang bangsa anda katakan..... "
Diruang meeting sebuah kantor di Jakarta; seorang
penyelenggara rapat duduk menunggu. Lalu muncul seorang direktur. "Lho,
yang lain pada kemanan nih?"
"Masih belum pada datang Pak," jawabnya.
"Wah, kalau begitu saya balik ke ruangan dulu. Kalau
yang lain sudah datang, kasih tahu saya." Lalu beliau keluar dari ruang
meeting.
Setelah itu, direktur lain datang. Mengajukan pertanyaan
yang sama. Lalu pergi lagi. Direktur lainnya lagi datang. Bertanya lagi. Dan
pergi lagi. Akhirnya, penanggung jawab rapat yang terbilang paling yunior itu
hanya bisa mengurut dada.
Pada kesempatan lain, ada rapat sebuah lembaga pelayanan
masyarakat. Para tokoh diundang untuk hadir membicarakan kepentingan masyarakat.
Diundangan tertera rapat dimulai jam 19.30 WIB. Anehnya, tepat pada jam itu
ditempat rapat baru ada 2 orang manusia aneh. Walhasil, rapat dimulai jam
sembilan malam. Dan diisi perdebatan seru hingga larut malam.
Dua minggu kemudian, rapat lanjutan dilakukan. Seperti
biasa, diundangan ditulis rapat dimulai jam 19.30 WIB. Kali ini, prestasi
dicapai dengan lebih baik, karena rapat sudah berhasil dimulai pada jam 20.30
WIB. Lalu, salah seorang peserta rapat yang sok sibuk, dan pura-pura menghargai
waktu angkat bicara. "Bapak pimpinan rapat," katanya. "Saya
sangat menghargai rapat ini..." katanya.
Seluruh mata memandang tajam kearahnya. "Karena,"
orang itu melanjutkan. "Rapat kali ini lebih baik dari rapat sebelumnya.
Jika rapat sebelumnya kita molor satu setengah jam dari jadwal, namun rapat
kali ini hanya molor satu jam saja." Semua orang memelototinya seperti
melihat alien yang baru mendarat di kebun jagung orang.
"Saya berharap semoga rapat mendatang bisa terlambat
setengah jam. Dan rapat-rapat selanjutnya, bisa terlambat enol
menit......" Sang alien mengakhiri pidatonya. Setelah itu, terdengar
tertawaan nyaris seperti di panggung pentas srimulat. Setelah argumen ini dan
itu keluar, sang Alien akhirnya menyadari bahwa kata-katanya tidak bisa
mengubah keadaan.
Ketiga peristiwa yang saya ceritakan itu adalah kisah-kisah
nyata yang sungguh-sungguh terjadi didunia ini. Hanya saja, saya sedikit menyamarkannya supaya tidak menyinggung kepentingan siapapun. Tapi, jika saya
mengingat peristiwa-peristiwa itu; saya jadi mulai lebih mengerti; mengapa
Tuhan bersumpah atas nama waktu. Mungkin saja kita tidak akan mengerti
sepenuhnya mengapa Tuhan melakukan itu. Tapi, setidaknya itu menunjukkan bahwa
Tuhan pun sangat prihatin dengan bagaiman cara kita menghargai waktu. Dan
menghargai orang-orang yang menghargai waktu.
Penulis: Dadang Kadarusman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar