Catatan Kepala: ”Fakta bahwa kita diizinkan masuk ke kantor merupakan sebuah anugerah tak ternilai. Sedangkan bagaimana kita menjalani aktivitas kerja merupakan gambaran rasa syukur kita atas anugerah itu.”
Bisakah Anda membayangkan bagaimana seandainya pagi ini satpam kantor menghentikan Anda didepan pintu kantor. Lalu mengatakan; “Maaf, Anda sudah tidak punya akses lagi ke kantor ini….” Pertanyaannya serem banget ya? Bergantung bagaimana Anda menilianya sih. Jika mau fokus pada seramnya, ya bikin seram. Tapi jika berfokus pada awareness alias kesadaran, maka bukan keseraman yang kita dapatkan. Melain rasa syukur tentang betapa besarnya anugerah bisa masuk kantor yang hari ini kita dapatkan. Bukankah tidak semua orang diizinkan masuk kedalam kantor Anda?
Lega sekali rasanya bisa kembali memiliki akses ke blog saya www.dadangkadarusman.com. Selama lebih dari seminggu sebelumnya saya tidak bisa login. Selama ini, saya sering merasa bahwa memang sudah seharusnya blog itu menerima saya kapan saja mau masuk kedalamnya. Namun ternyata, saya tidak bisa selamanya memiliki priviledge itu. Sebagai orang kantoran, kita juga sering merasa bahwa sudah selayaknya kantor tempat kita bekerja itu memberi kita akses kapan saja kita ingin memasukinya. Namun ternyata; kita tidak benar-benar memiliki keistimewaan itu. Sehingga boleh jadi, ada suatu hari dimana kita tidak lagi boleh memasukinya. Maka sepatutnya kita gunakan kesempatan itu sebaik-baiknya, untuk menunjukkan bahwa kita memang layak memperoleh kepercayaan itu selama mungkin. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar mengoptimalkan kesempatan itu, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
1. Menyadari jika kita ini seperti bertamu.
Hanya dimasa-masa awal saja kita merasa betapa bernilainya pekerjaan kita. Bertahun-tahun kemudian, ego kita tumbuh lebih besar dari kesadaran kita atas diri sendiri. Apalagi ketika orang-orang menyebut kita sebagai karyawan senior. Wuih…, rasanya kita ini paling pantas dihargai dan disanjung. Maklum, karyawan senior. Apa lagi kalau kita sudah punya jabatan. Gua ini boss. Padahal, kita ini bukan pemilik kantor. Sebenarnya disana kita hanya bertamu. Sama seperti orang lain pada umumnya. Sebagai tamu, kita terikat kepada berbagai aturan dan kepatutan. Dan sebagai tamu, kita bisa dipersilakan pulang jika berperilaku tidak sesuai dengan tata krama atau ketentuan yang diterapkan oleh sang tuan rumah. Maka ketika sadar akan posisi sebagai tamu, kita bisa lebih mawas diri selama berada di kantor.
2. Memelihara rasa syukur.
Diluar sana, ada ribuan atau jutaan orang yang sangat menginginkan kesempatan seperti Anda. Boleh masuk ke kantor itu. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Dan mendapatkan penghasilan setiap bulan. Diawal-awal karir, rasa syukur itu seolah memenuhi udara yang kita hirup. Sehingga semua yang kita dapatkan dari kantor terasa sekali nikmatnya. Bertahun-tahun kemudian, kita merasa semuanya sudah terlalu biasa. Sudah menjadi hambar. Lalu keseharian kerja kita berubah menjadi sebuah rutinitas yang membosankan. Dulu, kita memasuki kantor dengan antusias. Sekarang kita melakukannya dengan perasaan terpaksa. Dulu, kita betah sekali setiap kali berada didalamnya. Sekarang, ingin cepat-cepat pulang saja. Jika itu yang Anda rasakan, Anda perlu memeriksa; apakah masih ada rasa syukur didalam dada Anda?. Jika rasa syukur itu terus terpelihara, niscaya kenikmatannya tetap terasa.
3. Menyadarinya sebagai anugerah.
Tidak semua orang boleh masuk ke kantor kita. Pagi ini, kita memasukinya tanpa ada yang bertanya; ‘siapa Anda?’. Maka fakta bahwa pagi ini kita boleh memasukinya adalah sebuah anugerah yang sangat besar. Sayangnya, anugerah itu sering tertutupi oleh ketidakpuasan kita tentang ini dan itu. Terhalang penghasilan. Bukan soal besar atau kecilnya. Tapi, sesuai atau tidaknya dengan yang kita harapkan. Terhalang beban kerja. Bukan soal berat atau ringannya. Tapi, tidak sepadan dengan imbalan. Terhalang orang perlakuan atasan. Kemacetan jalan. Kebijakan perusahaan. Suasana kerja yang buruk dan sikut-sikutan. Semuanya sangat menyebalkan. Karena perhatian kita terfokus kepada hal-hal yang membuai hati terasa gerah, maka kita tidak lagi menyadarinya pekerjaan itu sebagai sebuah anugerah. Selama menyadari anugerah itu, kita bisa berkerja dengan penuh gairah.
4. Menjaga keindahan dan kenyamanannya.
Kantor itu berada di kawasan elit. Gedung menjulang, dengan fasilitas kelas atas. Namun, ketika memasuki bagian dalamnya; tumpukan kardus berjejer disepanjang koridor. Kertas berserakan diatas meja kerja. Remah-remah sisa makanan berceceran diatas karpet. Setiap orang saling mengomentari tentang betapa berantakannya kubikal teman sebelahnya. Konsultan tata ruang kantor pun disewa. Lalu menentukan hanya 9 item benda yang boleh berada disetiap kubikal meja kerja. Semua orang kesal, hingga hasil kerja konsultan yang mahal itu pun menjadi tidak berharga. Apanya yang salah? Sikap mereka sendiri terhadap ruang kerjanya. Tidak seorang pun bisa menata meja kerja, selain orang yang setiap hari menggunakannya. Maka tidak masuk akal jika mengharapkan office boy yang melakukannya untuk kita. Karena kitalah yang paling bertanggungjawab untuk menjaga keindahan dan kenyamanannya.
5. Menjaga hubungan dengan rekan kerja.
Sebagus apapun desain interior kantor Anda, tidak akan terasa nyaman jika hubungan dengan orang-orang didalamnya tidak bagus. Banyak orang yang tidak saling bertegur sapa, padahal berada di ruangan yang hanya dipisahkan oleh sekat tipis setinggi satu setengah meter saja. Padahal jika berhasil membangun hubungan baik dengan teman-teman, kita bisa menjalani semua tantangan dan kesulitan dalam pekerjaan dengan menyenangkan. Bila ada orang yang senantiasa bersedia menolong. Ada sahabat untuk saling berbagi. Ada kolega yang siap untuk mengulurkan bantuan. Perasaan tentram, pasti bersemayam didalam hati. Mengapa? Karena orang-orang yang mempunyai hubungan baik dengan kita selama dikantor, berperan seperti udara sejuk yang membuat hidup kita terasa nyaman dan melegakan. Namun, keadaan seperti itu hanya akan terwujud jika kita bersedia menjaga hubungan dengan mereka.
Bekerja bukanlah semata-mata mendapatkan nafkah. Bekerja juga adalah tentang menikmati hidup. Sebab pekerjaan yang dilalui dengan mengorbankan kenikmatan hidup akan sangat menyiksa. Bekerja juga adalah soal membangun persahabatan. Sebab bekerja dalam lingkungan yang tidak bersahabat sungguh membuat perasaan tertekan. Lebih dari itu, bekerja juga adalah manifestasi rasa syukur kita atas anugerah yang Tuhan berikan melalui sedemikian sempurnanya penciptaan diri kita. Malu kita, jika dengan kesempurnaan anugerah yang sudah Tuhan berikan ini; kita tidak menghasilkan kinerja yang layak dibanggakan. Maka melalui cara kita bekerja. Dan kualitas hasil kerja yang kita hasilkan. Kita menunjukkan kepada Sang Pencipta. Bahwa Dia, telah memberikan penciptaan yang sempurna kepada orang yang tepat. Sehingga setiap kali hari berganti malam, kita boleh bergumam; “Tuhan, sudah kutunaikan tugasku hari ini dengan sebaik-baiknya. Kiranya Engkau berkenan memberikan anugerah yang lebih baik esok hari….”
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
Training ”Natural Intelligence Leadership”
Catatan Kaki:
Rasa syukur seseorang terhadap pekerjaannya terlihat sekali dari bagaimana caranya dia menjalani aktivitas kerjanya sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar