Menu

Memutus Mata Rantai Kepemimpinan Yang Buruk

Coba sekali lagi perhatikan gaya kepemimpinan Anda. Apakah cara Anda memimpin anak buah kurang lebih seperti cara atasan Anda memimpin Anda? Ataukah Anda memimpin mereka dengan cara Anda sendiri? 

Kebanyakan orang sih, memimpin dengan cara yang nyaris mirip seperti para atasan mereka. Karena setiap pemimpin adalah produk yang dihasilkan dari proses pengkaderan oleh atasannya, dengan gaya dan cara mereka. Maka wajar jika cara pemimpin baru memimpin itu mirip dengan cara para pemimpin sebelumnya. Anda melihat fenomena yang sama?

Analisis Neraca Rugi Laba Karir Kita

Untuk kesekian kalinya saya bertemu dengan seseorang yang berhenti bekerja dengan alasan klasik; ‘gajinya tidak sesuai’. Lalu memilih untuk ‘menanti’ pekerjaan lain. Dulu saya mengira jika hal itu hanya terjadi pada karyawan level UMR. 

Namun ternyata tidak, karena ada juga professional kelas menengah yang lebih suka ‘tidak bekerja’ daripada dibayar ‘tidak tinggi’. Orang yang sampai mengambil keputusan ekstrim seperti itu memang tidak terlalu banyak. 

Namun, ada banyak orang yang ‘punya pikiran’ sama, hanya saja tidak sampai berhenti bekerja. Ada yang karena belum mendapatkan pekerjaan lainnya. Dan ada juga yang memang tidak kepikiran untuk pindah, sehingga hanya bisa mengeluh saja.

Kunci Tenteram Hati Saat Bekerja

Pic. Source: www.breathoflifedaily.com
Lah, mana bisa tenteram hati kalau kerja di kota besar seperti Jakarta. Justru orang bilang kalau kerja di Jakarta itu seteresss. Di jalanan macet. Dikantor sikut-sikutan. Pelanggan juga banyak maunya. Emangnya di kota lain selain Jakarta situasinya lebih baik gitu? Soal jarak tempuh ke kantor lebih singkat sih iyya. Tapi soal lainnya, apakah lebih bisa membuat hati kita tenteram? Nggak juga. Kalau dipikir-pikir sih, yaa plus-minus ajalah. Ada kurangnya, dan ada pula lebihnya. Artinya, bobot tantangannya kira-kira sebandinglah. Terus bagaimana dong caranya untuk bisa tenteram hati?

Meminta Tanpa Pernah Kecewa

Pic. Source: sholatyuk.wordpress.com 
Kata orang, jika ingin sesuatu maka mintalah. Jika tidak meminta, maka kita tidak akan mendapatkannya. Saya sependapat sekali soal itu. Khususnya, jika diletakkan dalam konteks usaha. Artinya, kita meminta dan berusaha untuk meraihnya. Masalahnya, kita sudah meminta dan berusaha sedemikian gigihnya. Tetapi lah kok belum juga terwujud permintaan kita. Anda tidak perlu punya data statistik rumit untuk mengakui bahwa hanya sebagian kecil dari permintaan kita yang bisa terwujud kan?  Makanya, banyak orang yang kecewa karena meminta dan tidak ada hasilnya. Saya penasaran; apakah kita bisa meminta tanpa pernah kecewa? Jika bisa, saya ingin sekali mengetahui caranya. Anda sudah tahu?

Sungguh Beruntung Orang Yang Selalu Sibuk

Pic. Source: thetimediet.org
Di tengah orang-orang yang percaya bahwa ‘tidak semua keterampilan harus dikerahkan’, saya justru selalu ingin mengajak teman-teman untuk mengerahkan semua keterampilan yang dimilikinya dalam pekerjaan. Teman saya bilang; “Emangnya elo digaji berapa? Bodo aja elo kalau kerja habis-habisan kayak gitu.” 

Mungkin teman saya benar. Tetapi, berdasarkan yang saya alami; justru dengan mengerahkan seluruh kemampuan diri dalam pekerjaan itulah saya mendapatkan manfaat optimal dalam proses belajar mengembangkan diri melalui universitas pekerjaan. Tapi katanya, ngapain membuat diri sendiri sibuk seperti itu? Mendingan nyantai aja kaleee… Jelas sekali jika teman saya ini, belum memahami betapa besarnya keuntungan menjadi orang sibuk.