Menu

Menikmati Persaingan Sengit

Dalam hidup dan dalam karir, selalu ada persaingan. Sehingga disadari atau tidak, setiap hari kita bersaing satu sama lain. Jika para pesaing Anda semakin banyak DAN semakin bagus, maka menurut Anda; itu pertanda baik atau buruk?

Buruk dong. Karena kehadiran pesaing yang lebih banyak menyebabkan lebih banyak lawan yang harus dikalahkan. Dan kehadiran pesaing yang lebih bagus, mengancam kita dengan kekalahan. Betul begitu ya?

Betul. Jika kita memandang persaingan hanya sebatas soal saling mengalahkan. Tapi jika kita memandang persaingan sebagai 'opportunity to grow', maka justru semakin banyak pesaing yang bagus menyebabkan hidup semakin menggairahkan.

Marah Tidak Pada Tempatnya

Anda pernah marah nggak? Ada kalanya, marah itu diperlukan. Khususnya ketika menghadapi situasi kritis atau orang yang luar biasa ndablek. Maka marah itu baik, jika dilakukan dengan tepat. Tapi marah menjadi tidak baik jika dilakukan tidak pada tempatnya.
 
Contohnya, kemarahan Ibu Risma di Surabaya, menghasilkan banyak perbaikan. Tapi pemimpin lain yang sering marah tidak pada tempatnya, malah tidak punya wibawa sama sekali. Kalau pemimpin yang kelemar-kelemer, gak bisa marah? Diremehkan anak buah.
 
Kemarahan juga mesti jelas kemana arahnya. Marah yang tidak jelas, hanya

Menikmati Liburan

Alhamdulillah, legaaa rasanya bangun pagi ini. Sabtu sendu dalam balutan mendung. Matahari sembunyi dibalik udara dingin. Seolah semesta sengaja memasang latar perlahan agar roda kehidupan mengurangi kecepatan putarnya. Hari ini, libur.

Bagi para pengelana senin sampai jumat, hari sabtu dan minggu menjadi hari yang dinantikan. Apalagi jika pekerjaan sedang banyak. Baru bisa tidur diatas jam 12. Subuh mesti pergi lagi. Dan baru kembali saat hari sudah hampir berganti. Hari libur, adalah anugerah.

Kita, Nggak Kalah Bagus Dari Bule

Kalau pernah bekerja di lingkungan yang ada bulenya, tentu Anda tahu bahwa; orang bule tidak selalu memiliki kemampuan kerja yang lebih baik dibandingkan kita. Meskipun dibayar lebih tinggi dari kita.
 
Bahwa tidak semua orang kita bagus, itu benar. Tapi ketika bisa mendidik diri dengan baik, kita nggak kalah bagus dari bule. Malah bisa lebih bagus dari mereka. Kadang, ketemu juga dengan bule yang sama sekali nggak bisa diandalkan selain casciscusnya dan necisnya.
 
Ada bule bagus? Oh, tentu. Yang bagus banget juga. Dan kita beruntung jika bisa kerja bareng mereka. Karena kita bisa bertumbuh untuk jadi bagus juga. Minimal, kita bisa sebagus mereka.

Orang Dewasa Yang Sok Nyuruh Belajar!

Hari 'Pendidikan Nasional' biasanya menjadi hari dimana para orang dewasa belaga sok tahu. Mungkin Anda termasuk salah satunya. Mau bukti? Baiklah.
 
Anda doyan menasihati anak-anak tentang betapa pentingnya pendidikan, iya kan?. Kita menuntut anak-anak agar bersungguh-sungguh belajarnya. Demi masa depan mereka sendiri.
 
Bagaimana kalau ada yang menasihatkan bahwa justru Andalah yang mesti bersungguh-sungguh belajar. Memang, belajar itu penting buat anak Anda. Tapi lebih penting lagi buat orang tua seperti Anda. Saya juga. Kita.

Menikmati Jabatan

Salah satu indikasi karir bagus adalah kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan untuk memimpin orang atau gugus tugas tertentu. Ketika Anda diangkat untuk menjadi pimpinan unit kerja - sekecil apapun unit kerja itu - maka itu menunjukkan bahwa karir Anda punya prospek yang baik dimasa depan.
 
Tetapi, apakah menjadi pimpinan itu lebih enak dibandingkan menjadi staff? Idealnya ya demikian. Kenyataannya, tidak selalu begitu. Faktanya, banyak orang yang semakin tidak bisa menikmati kehidupan profesionalnya justru ketika karirnya semakin menanjak naik.

Berhati-hati Dalam Berhutang

Dalam setiap upacara pemakaman, wakil keluarga selalu mengatakan;"Jika masih ada urusan utang-piutang dengan almarhum, mohon menghubungi kerluarga untuk menyelesaikannya..."
 
Kenapa soal hutang itu sedemikian pentingnya? Karena dalam iman kita, hutang yang tidak dibayar dibawa mati keakhirat nanti. 
 
Lalu, apakah kita tidak boleh berhutang? Gak ada yang larang. Tapi mesti disesuaikan dengan kemampuan untuk melunasinya. Dan mesti pantes aja dengan kondisi dan kebutuhannya. Kalau nggak sanggup bayar, sudahlah; gunakan apa yang ada saja. Kalau nggak penting-penting banget; ngapain berhutang.

Atasan Tak Membantu Karir Anak Buah

Di sela-sela coffee break, cukup sering peserta pelatihan di kelas saya curcol. Katanya, mereka tidak bisa berkembang di perusahaan karena atasan mereka tidak mempunyai kesungguhan untuk mengembangkan anak buahnya. Saya bertanya balik kepada mereka; "Siapa orang yang paling berkepentingan terhadap karir Anda?"
"Ya saya sendiri dong pak." Katanya.
"Nah, jika sadar bahwa karir Anda itu penting bagi diri Anda sendiri. Mengapa kita mesti mengandalkan orang lain, meskipun dia itu atasan kita?"

Tanggungjawab Kepemimpinan Pribadi

Situasi paling buruk bagi sebuah kapal adalah ketika kapal itu dilayarkan oleh nakoda yang buruk. Keadaan paling buruk bagi sebuah pesawat adalah ketika pesawat itu diterbangkan oleh pilot yang buruk. Kehidupan paling buruk bagi rakyat sebuah negara adalah ketika Negara itu dipimpin oleh Presiden yang buruk. Dan, jalan hidup paling buruk bagi setiap insan adalah ketika dia mengarahkan dirinya sendiri ke jalan yang buruk.

Ngatasin Bawahan Yang Sulit Diatur

Anda punya anak buah yang sulit diatur? Nyebelin banget ya. Kerjaan sendiri saja sudah banyak. Eh ini ada yang bikin ribet pula. Padahal mestinya anak buah itu membuat urusan atasan jadi lebih lancar. Ini malah bikin susah. Apakah kita keluarin saja dia ya?
 
Well, nggak sesederhana itu mengeluarkan orang. Meskipun hanya memindahkannya ke team lain. Jika di team kita sudah bermasalah, maka team lain juga belum tentu mau menerimanya kan? Maka solusinya, bukan mengusir dia dari team kita. Jadi gimana dong?
 
Menggunakan otoritas sebagai atasan menjadi pilihan banyak orang. Dia bawahan, jadi HARUS mau menerima perintah atasan. Ampuhkah cara itu? Kadang-kadang iya. Tapi, cara otokratik seperti itu tidak menghasilkan kepatuhan dan kesediaan untuk bekerja sama dalam jangka panjang. Orang hanya mau bekerja dengan baik, jika selalu diawasi; atau diberi ancaman.

Kenapa Anak Buah Tidak Percaya Atasannya?

Kita tahu bahwa trust atau kepercayaan merupakan salah satu elemen penting dalam kepemimpinan. Tanpa kepercayaan, jangan harep deh kepemimpinan kita bakal efektif. Masalahnya, kita sering menghadapi fakta bahwa banyak sekali anak buah yang tidak mempercayai atasannya. Maka bisa dibayangkan, betapa amburadulnya hasil kepemimpinan di unit kerja seperti itu. Kalau anak buah Anda, percaya nggak kepada Anda?
 
Kita, boleh saja mengklaim bahwa anak buah pada percaya pada kita. Tapi, tidak mudah loh untuk membuktikan jika hal itu bukan sekedar klaim semata. Mestinya, hal itu tercermin pada pola hubungan dengan anak buah, serta perilaku kerja mereka. Contoh, jika mereka masih melakukan kesalahan atau tindakan yang kurang pas ketika tidak sedang kita awasi; maka itu menunjukkan bahwa kinerja bagus mereka selama ini bukan karena mereka percaya dan bisa dipercaya. Melainkan karena Anda tongkrongi.

Menjadi Ahli Itu Perintah Nabi

Berapa lama Anda sudah bekerja sebagai seorang profesional? Oke. Apakah Anda sudah mempunyai keahlian yang bisa diandalkan? Untuk karir Anda. Untuk hidup Anda. Untuk menunjukkan bahwa Anda adalah seorang professional yang benar-benar ahli dibidangnya. Perhatikan bagaimana para ahli dihargai oleh perusahaan. Dihormati oleh teman. Mendapatkan imbalan yang pantas dan memuaskan.
 
Memang hanya dengan menjadi seorang ahli yang mumpuni saja kita bakal dinilai tinggi. Jika tidak, maka kita hanya akan menjadi pegawai biasa-biasa saja. Seperti kebanyakan orang lainnya. Yang tidak memiliki nilai tambah apa-apa. Dan bayaran kita juga, sekedarnya saja.

Bikin Kantor Mau Bayar Lebih

Kalau ada perusahaan yang mau mempekerjakan Anda, dan Anda nggak butuh-butuh banget pindah; maka Anda bisa belaga jual mahal. Betul ya. Minta ini dan itu. Kalau oke, mau pindah. Kalau nggak, ya udah. Ogah. Nothing to loose kok.
 
Terus, seberapa sering ada perusahaan yang menawarkan bayaran lebih tinggi pada Anda? Jarang ya. Ada sih kadang-kadang perusahaan yang ngebet. Tapi paling satu atau dua jumlahnya. Itu juga nggak tiap tahun ada. Jarang banget deh pokoknya. Apa lagi jaman wehedyan kayak sekarang, yang ada kitanya yang ngarep. Tapi yang diharepin nggak kunjung datang.

Hak Tubuh Kita

Sudah berapa lama tubuh itu melayani Anda? Tentu sudah sejak lahir ya. Tinggal hitung berapa umur kita. Selama itu pula tubuh bekerja untuk kita. Pertanyaan; apakah Anda sudah memenuhi haknya? Tubuh kita kan punya hak juga. Untuk kita layani. Bukan sekedar melayani kita.

Makanan, iyalah sudah kita berikan. Makanya tiap hari kita makan. Tapi waktu Anda makan, apakah memang sedang memberi tubuh apa yang menjadi haknya? Ataukah sekedar mengikuti kegemaran untuk 'mengunyah'.

Pake Otakmu Dong!

Seandainya ada orang yang mengatakan kepada Anda: “Pake otakmu dong!” Bagaimana perasaan Anda? Tersinggung sih nggak ya. Cuman pengen nonjok aja…hahaha. Tapi kalau direnungkan lagi, ada benarnya juga ya. Kita kan diciptakan Tuhan dengan kelebihan otak itu. Jadi, kenapa mesti tersinggung kalau ada orang yang menyuruh kita pake otak. Iya sih, tapi tetep aja nggak enak. Kalau dibilangin begitu sama orang lain nggak enak, maka ada baiknya kita sendirilah yang bilang. Kan nggak perlu tersinggung kalau yang ngomong kita sendiri. Ayo, mulai sekarang katakan pada diri Anda; “Pake Otakmu Dong!”

Orang Baik Dan Orang Buruk

Selain berdasarkan jenis kelamin, manusia bisa dibagi menjadi 2 kelompok yaitu; orang baik dan orang buruk. Hal itu, didasarkan pada tingkah lakunya. Orang yang bertingkah laku baik, masuk kelompok baik. Orang yang gemar menipu, merenggut hak orang lain, mengambil sesuatu yang bukan miliknya, masuk kelompok orang buruk.
 
Anda, termasuk kelompok yang mana? Orang baik dong. Kata siapa? Kata kita sendiri. Namun, apakah orang lain punya pendapat yang sama soal itu? Jika kebanyakan orang yang berinteraksi dengan kita menyatakan yang sebaliknya, maka mungkin klaim kita tidak benar-benar akurat.

Kantor Yang Tidak Memuaskan

Anda, puas nggak dengan apa yang perusahaan berikan? Alhamdulillah, jika disana Anda sudah mendapatkan kepuasan. Berarti, Anda bisa menjalani pekerjaan dengan hati senang. Tapi kalau Anda merasa perusahaan tidak memberikan imbalan atau reward yang memuaskan, maka Anda; tidak sendirian. Bahkan, survey yang dirilis lembaga menejmen global mengindikasan bahwa mayoritas karyawan tidak merasa puas dengan apa yang didapatkannya dari perusahaan. Jadi, kita tenang sajalah ya.

Proses Transformasi Perusahaan

Banyak perusahaan yang gagal dalam melakukan proses transformasi. Programnya sudah bagus. Presentasi dan town hall meeting kerap dilakukan. Roadshow menejmen puncak sudah diselenggarakan. Namun, angin perubahan yang dicanangkan perusahaan itu perlahan-lahan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Banyak perusahaan yang mengalami hal itu. Menurut pendapat Anda, mengapa bisa begitu?
 
Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Namun, salah satu faktor paling berpengaruh adalah karena proses perubahan di perusahaan sering hanya diserahkan sebagai pekerjaan tambahan orang-orang tertentu saja. Beberapa orang ditunjuk untuk menjalankannya. Dikasih gelar Agent of Change, lalu

Inisiatif Talenta Hebat

Pagi ini saya mendapatkan undangan webinar tentang talent development. Talent searching tepatnya. Poin pentingnya adalah bahwa saat ini, sungguh tidak mudah untuk mendapatkan talenta yang benar-benar bagus buat perusahaan. Di seluruh dunia, kita mengalami kekurangan ‘pasokan’ talenta hebat.
 
Angkatan kerja memang banyak. Jumlah pelamar kerja bejibun. Yang tebar CV kesana kemari juga melimpah. Tapi talenta yang benar-benar bagus? Hmmmh, nggak gampang menemukannya.

Menghapus Jejak Perilaku Kita

Salah satu berkah menjadi orang beriman adalah; tidak menindas ketika memiliki kekuasaan, dan tidak pesimis ketika menjadi orang yang lemah. Karena, setiap perbuatan kita bakal dicatat. Dan dimintai pertanggungjawaban. Tapi, ada kalanya kita sedemikian frustrasinya dengan penindasan yang dilakukan oleh orang lain. Sehingga kita bertanya; benarkan Tuhan akan menunjukkan keadilan?
 
Di zaman penuh kekacauan kita tahu bahwa orang-orang dzalim punya banyak cara untuk menutupi keburukan. Membayar pengacara kawakan. Bahkan

Mengatasi Penolakan Penugasan

Punya anak buah, tidak selalu membuat segala sesuatunya menjadi lebih mudah. Kadang-kadang, justru menyulitkan dan menjadi hambatan bagi atasan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
 
Tengok misalnya ketika Anda menugaskan sesuatu kepada anak buah. Apakah mereka meresponnya secara positif dan bisa segera mengerjakannya? Atau masih harus Anda tongkrongin supaya mereka mau melakukannya?
 
Ketika anak buah tidak bekerja sesuai dengan harapan, maka atasan mendapat beban tambahan, yaitu; 'mengurusi' bawahan. Padahal, urusan pekerjaan pun sudah menyita waktu dan bertumpuk-tumpuknya minta ampun. Maka bagi sebagian atasan, mengerjakan sendiri segalanya sering lebih mudah daripada mengharapkan kerjasama dan dukungan dari anak buahnya.

Siapa Yang Salah?

Hubungan kita dengan orang lain, tidak selamanya mulus. Kadang ada gesekan atau ketidakselarasan. Bahkan, bisa sampai bertengkar segala. Anda misalnya, apakah saat ini sedang bermasalah dengan seseorang? Yang salah siapa? Dia atau Anda.
 
Hampir bisa dipastikan kalau Anda mengira bahwa yang salah itu dia, bukan Anda. Lucunya, mungkin dia pun menilai bahwa yang salah itu Anda, bukan dia. Makanya, sampai sekarang masalah itu masih berlanjut. Meskipun kejadiannya sudah bertahun-tahun lalu.

Dua Sifat Yang Ditakuti Oleh Kemiskinan

Jika Anda diberi pilihan untuk menjadi miskin atau kaya raya, pilih mana? Kita sudah tahu jawabannya. Pilih kaya dong. Makanya gampang banget kalau kita dirayu soal kekayaan. Semakin mudah caranya, semakin pengen. Maaf, apakah tadi saya mengatakan ‘semakin mudah’? Iya. Bukan semakin baik ya. Semakin mudah.
 
Padahal, kita tahu bahwa hal yang mudah tidak selalu benar. Dan hal benar pun tidak selalu mudah. Bahkan, sering lebih sulit. Apalagi dalam keadaan serba mahal seperti sekarang ini. Ditambah dengan gaya hidup berupa kebiasaan mengumbar keinginan membeli barang-barang berbandrol tinggi. Siapa juga yang mau bersusah payah jika ada cara yang mudah kan?

Keledai Dan Bunglon

Meskipun sudah sangat jarang melihatnya, namun saya yakin Anda mengetahui keledai dan bunglon kan? Keledai, serumpun dengan kuda. Sedangkan bunglon sebangsa dengan cicak dan buaya.
 
Salah satu sifat keledai yang dikenal adalah, kalau maunya nggak diikuti sering sulit diarahkan. Datarik dari depan, dia mandek aja. Didorong dari belakang, dia pun mematung. Keledai sering digunakan untuk mewakili sifat-sifat 'ndablek'. Membangkang. Dan nggak nurut.

Orang Bagus Dibayar Buruk

Kemarin kita sudah membahas tentang cara meningkatkan nilai diri kita. Intinya, semakin banyak manfaat yang bisa kita kontribusikan, maka semakin tinggi nilai diri kita. Lalu, kalau sudah berkontribusi lebih banyak daripada orang lain; tapi reward dari perusahaan tetap saja masih nggak seberapa. Mesti gimana lagi coba?
Penting untuk menilai secara obyektif apakah kita sudah dibayar secara wajar atau tidak. Jangan sampai subyektivitas kita menutupi anugerah yang telah kita terima. Apakah kita yang 'merasa' dibayar tak wajar, ataukah kita menuntut lebih banyak dari yang layak kita terima.