Ketenteraman. Itulah salah satu hal yang kita dambakan. Meskipun banyak uang misalnya, tapi hati gundah. Kita tidak merasa nyaman. Walau uang hanya punya secukupnya saja, tapi hati tenteram; maka kita bisa menikmati hidup. Lantas bagaimana cara mendapatkan ketenteraman itu?
Bayangkan kejadian ditengah malam. Hujan deras turun dengan lebatnya. Petir menyambar bersama dentumnya yang membuat hati bergetar. Ternyata genteng rumah bocor sehingga air merembesi langit-langit. Rasa tenteram kita mulai terusik.
Tapi kalau atap berfungsi baik – diguyur hujan badai sekalipun – kita tenang-tenang saja. Itu menunjukkan bahwa, keberadaan pelindung diatas kita itu loh
yang membuat kita tenteram. Ketika merasa ada yang melindungi, kita tenteram.
Masalahnya, sumber kecemasan kita bukan hanya hujan dan panas. Ada banyak hal lain yang membuat kita cemas. Atap rumah, tidak bisa menjadi pelindungnya. Lantas, apa pelindung kita dari segala kecemasan itu?
Seperti atap tinggi, kita bisa berlindung pada orang-orang yang memiliki posisi yang tinggi. Jika punya saudara pejabat atau orang berpangkat, Anda terlindungi kan? Begitulah faktanya di zaman ini.
Tetapi bahkan orang-orang yang berkedudukan tinggi pun masih diserang oleh beragam kecemasan. Mereka sendiri pun belum tentu sudah tenteram kok. Termasuk para penguasa sekalipun. Sehingga kepada mereka, kita tidak bisa berharap banyak.
Malahan, semakin tinggi posisi seseorang, mungkin semakin tinggi pula tingkat kecemasan yang mereka alami. Boleh jadi, mereka punya lebih banyak hal untuk dicemaskan dibandingkan orang biasa seperti kita.
Lalu kepada siapa kita mencari perlindungan jika demikian? Kepada Penguasa yang sesungguhnya tentunya. Dan karena tak ada satu pun mahluk yang benar-benar berkuasa, maka tempat berlindung kita pasti bukan mereka. Lantas kepada siapa berlindung kita?
"Alaaa bidzikrillaahi tathma-innul quluub..." Hanya dengan berdzikir kepada Allah saja yang bisa membuat hatimu menjadi tenteram.
Kita hanya akan merasa tenteram jika berdzikir kepada Allah. Dan kita hanya akan berdzikir jika memiliki iman. Maka beruntunglah orang yang beriman, karena dia memiliki pelindung dalam hidupnya. Ketika Sang Maha Pelindung itu melindunginya, maka tidak ada lagi kecemasan dalam hatinya. Dan hidupnya berada dalam ketenteraman.
Dalam tingkatan itu, dia tidak lagi bergantung kepada siapapun selain Allah. Sejalan dengan wiridnya: "Hasbunallah wani'mal wakiiil. Ni'mal maula wani'man-Nashiir". Cukuplah Allah sebagai pelindungku.
Maka dimudahkan-Nya segala urusannya. Dan terbebaslah dia dari segala kecemasan. Karena dengan keimanan itu dia meyakini Allah selalu menjaganya. Dan memberi jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapinya. Sehingga, tenteramlah; rasa hatinya.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Catatan kaki:
Ketenteraman kita tidak selalu berkorelasi dengan materi yang kita miliki. Sudah serba punya pun tidak dijamin bakal tenteram. Karena, ketenteraman yang sesungguhnya tidak bisa didapat melalui pemenuhan materi semata. Melainkan dari kedekatan kita kepada Sang Maha Kuasa.
Bayangkan kejadian ditengah malam. Hujan deras turun dengan lebatnya. Petir menyambar bersama dentumnya yang membuat hati bergetar. Ternyata genteng rumah bocor sehingga air merembesi langit-langit. Rasa tenteram kita mulai terusik.
Tapi kalau atap berfungsi baik – diguyur hujan badai sekalipun – kita tenang-tenang saja. Itu menunjukkan bahwa, keberadaan pelindung diatas kita itu loh
yang membuat kita tenteram. Ketika merasa ada yang melindungi, kita tenteram.
Masalahnya, sumber kecemasan kita bukan hanya hujan dan panas. Ada banyak hal lain yang membuat kita cemas. Atap rumah, tidak bisa menjadi pelindungnya. Lantas, apa pelindung kita dari segala kecemasan itu?
Seperti atap tinggi, kita bisa berlindung pada orang-orang yang memiliki posisi yang tinggi. Jika punya saudara pejabat atau orang berpangkat, Anda terlindungi kan? Begitulah faktanya di zaman ini.
Tetapi bahkan orang-orang yang berkedudukan tinggi pun masih diserang oleh beragam kecemasan. Mereka sendiri pun belum tentu sudah tenteram kok. Termasuk para penguasa sekalipun. Sehingga kepada mereka, kita tidak bisa berharap banyak.
Malahan, semakin tinggi posisi seseorang, mungkin semakin tinggi pula tingkat kecemasan yang mereka alami. Boleh jadi, mereka punya lebih banyak hal untuk dicemaskan dibandingkan orang biasa seperti kita.
Lalu kepada siapa kita mencari perlindungan jika demikian? Kepada Penguasa yang sesungguhnya tentunya. Dan karena tak ada satu pun mahluk yang benar-benar berkuasa, maka tempat berlindung kita pasti bukan mereka. Lantas kepada siapa berlindung kita?
"Alaaa bidzikrillaahi tathma-innul quluub..." Hanya dengan berdzikir kepada Allah saja yang bisa membuat hatimu menjadi tenteram.
Kita hanya akan merasa tenteram jika berdzikir kepada Allah. Dan kita hanya akan berdzikir jika memiliki iman. Maka beruntunglah orang yang beriman, karena dia memiliki pelindung dalam hidupnya. Ketika Sang Maha Pelindung itu melindunginya, maka tidak ada lagi kecemasan dalam hatinya. Dan hidupnya berada dalam ketenteraman.
Dalam tingkatan itu, dia tidak lagi bergantung kepada siapapun selain Allah. Sejalan dengan wiridnya: "Hasbunallah wani'mal wakiiil. Ni'mal maula wani'man-Nashiir". Cukuplah Allah sebagai pelindungku.
Maka dimudahkan-Nya segala urusannya. Dan terbebaslah dia dari segala kecemasan. Karena dengan keimanan itu dia meyakini Allah selalu menjaganya. Dan memberi jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapinya. Sehingga, tenteramlah; rasa hatinya.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Catatan kaki:
Ketenteraman kita tidak selalu berkorelasi dengan materi yang kita miliki. Sudah serba punya pun tidak dijamin bakal tenteram. Karena, ketenteraman yang sesungguhnya tidak bisa didapat melalui pemenuhan materi semata. Melainkan dari kedekatan kita kepada Sang Maha Kuasa.
Baca artikel-artikel terbaik yang tidak boleh dilewatkan di bawah ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar