Menu

Perlukah Menjadi Yang Terbaik?

Menurut pendapat Anda, perlu nggak menjadi yang terbaik itu? Simpan jawaban Anda.  Kemudian, coba ingat lagi tentang seseorang yang Anda kenal yang lebih sukses atau dibayar lebih mahal dari Anda; padahal Anda merasa bahwa orang itu tidak lebih baik dari Anda. Bahkan, Anda mungkin lebih baik dari pada orang itu. Tapi, pencapaian dia bisa melampaui Anda. Jawaban Anda tadi, masih berlaku nggak?

Di kampus dulu, Anda tahu mahasiswa-mahasiswa jeniusnya siapa. IPK mereka tinggi-tinggi tanpa harus mencontek ketika ujian. Setelah beberapa puluh tahun berlalu; apakah mereka yang paling sukses dalam perjalanan karirnya? Saya yakin Anda tahu jawabannya. Tidak selalu demikian kan?

Di tivi, Anda mungkin sering melihat orang yang sebenarnya cuman gitu-gitu aja sih. Tapi kok bisa tenar banget. Muncul diacara ini itu. Manggung disana sini. Padahal, masih banyak orang lain seprofesi dirinya yang lebih baik dari dia. Tapi, perjalanan karirnya lebih kinclong bin cemerlang melampaui orang-orang yang jauh lebih baik itu. Lalu, menjadi yang terbaik itu perlu atau tidak?

Saya berkeyakinan bahwa menjadi yang terbaik tetap perlu. Jika bisa menjadi yang terbaik, kenapa tidak kan? Tapi, untuk meraih pencapaian tinggi dalam hidup ternyata; tidak harus menjadi yang terbaik. Nyatanya, kesuksesan mereka yang melampaui kita itu bukan karena mereka lebih baik dari kita kok. Lalu apa dong? Nasib baik? Mungkin. Tapi kita percaya bahwa Tuhan adil kepada setiap hamba. Jadi, nasib kita sebenarnya bisa sama baiknya dengan dia kan?

Karena dibantu orang lain? Mungkin. Tapi, bantuan dari orang lain kan bisa kita usahakan juga. Kenapa mereka bisa mendapat bantuan sedangkan kita tidak? Kita suka tergoda mengatakan mereka pilih kasih. Padahal, orang bisa mengasihi orang lain yang mereka kenal kan? Jika kita kalah dikenal dari orang itu, maka ’sang pengasih’ ya pilih bantu dia dong. Masa mendahulukan kita yang nggak dikenalnya. Tak ada urusan kalaupun Anda lebih baik dari orang itu. Selama dia memenuhi kebutuhan standar, nggak masalah kan?

Ada banyak pandangan minor lainnya dalam diri kita ketika melihat orang yang tidak lebih baik dari kita lebih sukses, lebih beruntung, lebih maju, dan lebih berjaya dari kita. Dan perhatikan, selama kita mengikuti bisikan hati penuh prasangka itu; maka kita tidak akan pernah menemukan apa yang sesungguhnya menjadi hambatan bagi diri kita. Benar, menjadi yang terbaik itu perlu. Tapi, apa gunanya menjadi yang terbaik jika tidak paham cara memanfaatkan keunggulan itu?

Selain karena sikap negatif itu, kualifikasi tinggi kita menjadi tidak berguna juga karena kita terlampau hitung-hitungan soal imbalan. Atasan paling males urusan sama orang yang doyan hitung-hitungan. Meskipun mereka juga sadar sih sebenarnya bahwa orang yang lebih baik, layak dibayar lebih banyak. Namun tetep saja sebel sama tukang hitung-hitungan mah.

Tidak kooperatif, sering juga menjadi penghambat kesusesan seseorang. Anda mungkin punya kualifikasi tertinggi di team. Tapi tidak kooperatif dengan anggota team lain, misalnya. Hati-hati loh. Pengambil keputusan mungkin lebih menyukai orang yang kemampuannya standar, tapi kooperatif.

Jelas banget kalau kualifikasi teknis saja tidaklah cukup untuk membangun karir dan membuat pencapaian tinggi. Ada banyak faktor lain yang saling berkaitan satu sama lain.  Jadi, memang perlu kok untuk menjadi yang terbaik itu. Namun, lebih perlu lagi untuk melengkapi diri dengan hal-hal non teknis lainnya. Karena orang yang kemampuannya biasa-biasa saja bisa lebih berhasil dibanding mereka yang hanya mengandalkan keterampilan kerja semata.

Artinya, setelah berhasil membangun keahlian kerja yang baik; Anda tidak boleh berhenti meningkatkan diri. Lihat, faktor apa lagi yang mesti Anda bangun atau perbaiki. Nggak usah malu bertanya atau belajar dari orang yang lebih muda. Pertimbangkan juga untuk bergabung dengan forum-forum keilmuan jika ada. Membaca tulisan yang bagus. Atau ikut training. Apa sajalah. Jangan sampai merasa sudah menjadi yang terbaik. Padahal sebenarnya tidak. Tanyakan kepada atasan jika ada program dari perusahaan yang bisa membantu Anda melakukan perbaikan. Atau usulkan, jika memang belum ada program pelatihan yang Anda inginkan. Ready? Let’s do it.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman 

Catatan kaki:
Bekerja itu ternyata tidak hanya semata tentang menyelesaikan pekerjaan. Melainkan soal bagaimana kita berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Ketika keterampilan kerja kita sudah sama-sama memadai, maka orang yang paling mampu membangun hubungan dengan orang lain adalah yang paling sukses diantara kita.

Baca artikel-artikel terbaik yang tidak boleh dilewatkan di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar