Menu

Sudah Siapkah Anak Buah Anda?

Kalender baru sudah dimulai. Dalam konteks perusahaan, itu berarti tahun buku baru berisi misi baru, target baru, budget baru dan strategy-strategy baru. Mungkin tidak seluruhnya baru, karena ada beberapa hal yang sama dengan tahun sebelumnya. Namun, pasti ada banyak hal baru karena jika seluruhnya sama, maka perusahaan akan jalan ditempat. Oleh karenanya, saya meyakini bahwa team Anda; punya beberapa hal baru yang mesti dilaksanakan ditahun baru ini. Pertanyaannya adalah; apakah anak buah Anda sudah siap untuk mengemban tanggungjawab yang baru itu?

Banyak pimpinan yang mengira bahwa anak buahnya secara otomatis memahami tantangan-tantangan baru ditahun baru. Dan tahu, bagaimana cara menghadapinya. Kan sudah di briefing. Semua sudah mengerti sehingga diharapkan bisa langsung berlari. Ohoho. Coba simak apa yang terjadi dalam Anual Business Meeting di kantor Anda. Acaranya 2 atau 3 hari. Isinya meeting marathon dari pagi sampai malam. Sedangkan anak buah Anda duduk manis mendengarkan pidato demi pidato. Ehm, apakah mereka memperhatikan pidato itu? Sejauh yang saya tahu, pegal linu lahir dan batin loh selama mengikuti acara seperti itu.  

Maka mustahil para anak buah itu paham misi dan tanggungjawab barunya tanpa usaha tambahan dari atasannya. Memang, gampangnya sih tutup mata aja. Toh mereka sudah ikut meeting tahunan. Salah mereka sendiri kalau nggak ngerti. Tinggal dikasih sanksi aja kan? Duh, bahaya banget jika sebagai pimpinan unit punya pemikiran seperti itu. Karena setiap ketidaksiapan anak buah, berarti resiko bagi kinerja kita. Bukankah pencapaian unit kerja yang kita pimpin merupakan resultan dari kinerja mereka baik secara individual maupun kelompok? Jadi sangat penting bagi Anda untuk memastikan kesiapan setiap individu di unit kerja Anda untuk berjuang bersama Anda.

Bayangkan Anda maju ke pertempuran bersama seluruh prajurit yang Anda pimpin. Ditengah sengitnya pertempuran itu, Anda baru menyadari bahwa ternyata banyak prajurit yang belum siap sehingga mereka keteteran lalu kocar kacir nggak karuan. Anda mau mundur ke belakang untuk melakukan persiapan? Telat. Bakal hancur lebur Anda punya pasukan kan? Dibantai lawan yang lebih siap memasuki medan perang itu. Kira-kira begitulah anak buah kita dalam menjalankan tanggungjawab bisnis yang kita emban. Meskipun punya jabatan, pada dasarnya kita ini kan prajuritnya perusahaan. Yang mesti berjuang, bersama prajurit-prajurit lain yang kita pimpin.

Maka mengevaluasi kesiapan anak buah diawal tahun ini sangat penting. Tidak berarti menunda pertempuran. Karena begitu memasuki hari pertama kerja ditahun baru, timer dan skorernya sudah otomatis berjalan kan. Namun dengan begitu, kita bisa melakukan tindakan untuk membantu anak buah mengatasi hambatan dan tantangan yang menghadang selama 12 bulan kedepan. Tindakan apa yang mesti Anda lakukan bersama mereka? Mungkin coaching. Mungkin briefing lebih intensif. Mungkin terjun ke lapangan. Mungkin mengubah pola kerja. Memperbaiki lingkungan kerja. Atau...

Ada banyak kemungkinan lainnya. Termasuk kemungkinan diperlukannya pelatihan buat anak buah Anda. Lucu jika target-target perusahaan meningkat terus, tapi pembekalan buat prajurit terhenti. Justru karena semakin beratnya tantangan yang bakal mereka hadapi ditahun ini maka mereka mesti mendapat lebih banyak pembekalan. Jika tidak, maka semakin lama; mereka akan semakin lamban. Dan diakhir tahun, Anda dipaksa untuk menelan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan menejemen. Amit-amit, kan?

Dang, diperusahaan ini HRD-nya pasif!” Saya sudah cukup sering mendengar pernyataan serupa itu. ”Boro-boro mikirin pelatihan buat karyawan, mereka cuman sibuk urusan administrasi doang”. Memang sih, HR di banyak perusahaan masih berkutat pada urusan payrol, hubungan industial, dan isyu ini itu yang sifatnya administrasi sedangkan fungsi pengembangan SDM-nya masih tertatih-tatih. Bagaimana jika Anda bekerja diperusahaan yang begitu juga? Begini:

Anda. Adalah pimpinan bagi unit kerja Anda. Orang yang berkepentingan langsung dengan kualitas anak buah Anda. Maka, Anda tidak boleh lagi bergantung kepada departemen lain – termasuk personalia – untuk mendidik dan mengembangkan anak buah Anda. Mesti Anda sendiri yang bertanggungjawab langsung soal itu. Mungkin ada beberapa aspek yang bisa Anda tangani sendiri. Becuase, every manager is a human resources manager loh. Saya paham kalau pekerjaan Anda banyak dan waktu Anda terbatas. Maka disamping hal-hal yang bisa Anda lakukan sendiri, ada hal yang butuh bantuan dari pihak lain.

Tak masalah. Selama Anda paham kebutuhan itu. Yang perlu Anda lakukan adalah memperjuangkan kepada menejmen untuk mendapatkan bantuan yang Anda perlukan. Anda yang mesti mendorong HRD dan Pimpinan yang lebih tinggi supaya lebih aware dengan pentingnya program-program pengembangan SDM. Jangan takut dibilang bawel, jika Anda terus gigih memperjuangkannya. Karena itu hak Anda. Hak anak buah Anda. Dan hak perusahaan juga untuk mendapatkan kualitas SDM yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Jika tidak, maka perusahaan akan kalah bersaing dengan perusahaan lain.

So my friend. Mumpung tahun buku yang baru ini baru saja dimulai. Sebelum Anda meniup peluit komando memerintahkan anak buat Anda untuk ”MAJUUUUUUU!” , sebaiknya periksa dulu. Sampai sejauh mana kesiapan mereka. Pengetahuan mereka. Keterampilan mereka. Sikap mereka. Sudah memadaikah? Jika sudah, tiuplah peluit itu agar unit kerja Anda maju dengan kekuatan penuh. Tapi, jika ada hal-hal yang masih mesti diperbaiki; jangan menunda-nunda untuk melakukannya. Karena Anda, adalah pimpinannya. Dan Anda memiliki tanggungjawab sekaligus kewenangan, untuk memberi mereka bekal yang cukup agar bisa mewujudkan tugas yang diberikan oleh perusahaan. Anda perlu bantuan? Tenang. Anda tidak sendirian. Ada banyak sumber yang bisa Anda minta bantuan kan?

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman

Catatan kaki:
Ada banyak pimpinan yang sepanjang tahun selalu stress karena anak buahnya tidak mampu memberikan kinerja bagus. Mereka tahu itu. Tapi tidak mengambil tindakan apa-apa untuk memperbaikinya. Meniru mereka, berarti memilih penderitaan yang sama.

Artikel yang tidak boleh dilewatkan di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar