Menu

Menabrak Tembok

Bukan makna sebenarnya. Melainkan kiasan. Tapi intinya sih sama. Yaitu: bonyok. Jadi kalau ada yang maksa nabrak tembok, berarti kecerdasan orang itu agak gimana...gitu.

Dikantor kita, banyak banget temboknya. Biasanya berwujud birokrasi, atau orang-orang yang punya jabatan tinggi. Sering kesal kita dibuatnya. Dan karena tidak sanggup bersabar, maka kita tergoda untuk melabraknya. Runtuhkah tembok itu? Tidak. Justru kitalah yang benjot.

Ketika Anda kesal dengan kebijakan perusahaan, misalnya. Atau Anda sebal dengan atasan. Lalu Anda melawannya, maka kemungkinan besar Anda kalah. Kita, sudah cukup banyak melihat orang-orang yang terpental karena memaksakan diri untuk menabrak tembok. Maka menirunya, sungguh tak elok.

Lalu, apakah kita mesti berdiam diri ketika berhadapan dengan tembok birokrasi dan atasan yang lupa diri? Tidak. Jika kita yakin punya ide yang lebih baik. Maju saja. Namun, 'cara menembus' tembok itu yang mesti kita perhatikan baik-baik.

Lalu, tahukah Anda gimana caranya melewati tembok yang tidak bisa ditembus? Anda benar. Temukan pintunya. Dan masuk atau keluarlah lewat pintu itu.

Dalam dunia kerja, pintu itu bisa jadi berupa prosedur alias SOP atau tata cara. Maka mengikutinya, memungkinkan kita melewati tembok itu tanpa harus menabraknya. Taat prosedur, merupakan salah satu cara menembusnya.

Bisa juga keahlian kita. Orang yang ahli, biasanya memiliki nilai tawar yang tinggi. Khususnya mereka yang memiliki 2 jenis keahlian. Satu, keahlian teknis. Dan dua, keahlian dalam mengelola dan membangun hubungan dengan orang lain. Orang yang memiliki 2 jenis keahlian itu, sangat sulit untuk diabaikan. Keberadaannya, selalu dibutuhkan.

Anda, sudah memiliki 2 jenis keahlian itu atau belum? Jika belum, maka Anda perlu mengasahnya sekarang. Cara terbaik untuk melakukannya adalah; banyak-banyak mempraktekkan ditempat kerja. Practice makes perfect. Semakin sering praktek, semakin mahir.

Tapi, praktek tanpa didasari ilmu juga hanya buang waktu. Maka sebelum praktek, mesti kita miliki ilmunya dulu. Bisa kita dapatkan melalui buku. Atau belajar dari kolega kerja yang sudah mengetahuinya lebih dulu.

Ada kalanya, ilmu itu dimiliki oleh orang di luar perusahaan. Khususnya mereka yang mengkhususkan diri dalam bidang itu. Maka jangan ragu untuk berguru. Mengusulkan kepada kantor untuk mengundangnya bisa jadi alternatif yang baik. Supaya proses belajarnya bisa dilakukan bersama seluruh kolega. Sehingga semua lebih mampu menembus tembok, tanpa harus kita yang bonyok.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman

Catatan kaki:
Disebut pintu masuk, karena lewat situlah mestinya kita kalau mau masuk. Disebut pintu keluar, karena lewat sanalah harusnya kita melintas jika hendak keluar. Bukan menabrak temboknya.

Baca artikel-artikel terbaik yang tidak boleh dilewatkan di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar