Anda punya atasan? Kalau status Anda karyawan, tentu ya. Meskipun posisi Anda sudah tinggi sekali, Anda punya atasan yang lebih tinggi lagi. Lalu, atasan Anda itu memperlakukan Anda dengan cara yang baik atau tidak? Beruntung jika demikian. Karena sejauh yang saya ketahui; tidak semua atasan tahu bagaimana memperlakukan anak buahnya dengan patut. Misalnya, ada saja yang kata-katanya itu menyakiti anak buahnya. Ada juga atasan yang doyan banget mencari-cari kesalahan. Ada atasan yang suka mengadu kepada atasannya lagi. Ada atasan yang suka menjelek-jelekkan anak buahnya didepan anak buahnya yang lain. Dan bahkan, ada atasan yang tidak menganggap anak buahnya sebagai manusia yang layak diperlakukan secara manusiawi. Kalau Anda punya atasan seperti itu, bagaimana?
Di toilet atau diwarung kopi. Saya cukup sering mencuri-curi pendengaran. Nggak sengaja mencuri dengar sih. Karena pada dasarnya saya tidak begitu suka mencampuri urusan orang lain. Tapi kalau berada di suatu tempat kecil dan sekelompok orang membicarakan sesuatu ya mau tidak mau saya dengar juga kan. Topik pembicaraan paling banyak adalah soal perlakuan atasannya yang kelewatan. Melalui email dan pesan-pewan di gadget pun saya cukup sering mendapatkan pertanyaan soal atasan berperilaku buruk ini. Mungkin ada yang mengira jika saya bisa memberikan solusinya. Padahal, belum tentu juga kan.
Makin lama, makin banyak kasus serupa yang saya temui. Dari orang yang berbeda. Dari kota dan perusahaan yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa atasan yang perilakunya buruk itu banyak juga jumlahnya. Oleh karena itu, Anda pun berpeluang ketemu dengan atasan seperti itu. Meskipun mungkin atasan Anda yang sekarang baik-baik saja. Namun, tidak tertutup kemungkinan kelak Anda pun mengalami hal yang serupa. Oleh karenanya, semua orang yang bertatus sebagai bawahan perlu mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi atasan buruk itu.
Sebenarnya saya punya jawaban standar untuk pertanyaan seperti itu. Intinya sih bersabar saja. Saya juga sadar bahwa jawaban itu tidak bisa memuaskan setiap orang. Masak sih jawabannya hanya ‘sabar’ doang? Begitu beberapa teman mempertanyakan. Yaa, jika ada solusi yang lainnya sih silakan saja. Namun, apapun solusinya tidak perlu membuat kita keluar dari koridor sabar itu. Dengan cara apa kita menghadapi interaksi yang tidak menyenangkan dengan orang lain jika bukan dengan sabar? Kata kuncinya memang ‘sabar’ itu kok.
Hanya saja, sebelum menerapkan ‘kesabaran’ itu, kita juga mesti memahami bahwa; “Sabar itu tidak berarti pasrah saja menerima keadaan itu. Sabar itu bukan pasif. Justru sabar, berarti mengambil tindakan yang sepatutnya untuk menyikapi situasi yang kita hadapi”. Keliru, jika kita mengartikan sabar sebagai ketidakberdayaan. Orang yang sabar itu, dicirikan oleh ketenangannya dalam menghadapi situasi atau perlakuan yang tidak menyenangkan. Namun dalam tenang itu, dia mencari jalan terbaik untuk menyelesaikannya.
Boleh jadi, yang tidak Anda sukai dari atasan itu hanyalah soal ‘cara’ dia mengungkapkan kebenaran. Misalnya, kita ini memang tidak berdisiplin. Lalu atasan Anda marah-marah karena ketidakdisiplinan kita. Atau kita ini melakukan kesalahan, dan atasan kita marah besar karena kesalahan itu. Kita tidak suka cara marahnya, kan? Bukan tidak suka pada kebenaran yang dikatakannya. Maka orang sabar, berarti dia bersedia menerima kenyataan bahwa dirinya salah, dan dia memahami mengapa atasannya sampai marah besar begitu. Justru, kita mesti bersyukur punya atasan yang sangat tegas mengingatkan kita atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Mestinya kita berucap Alhamdulillah, dan berterimakasih kepada atasan itu.
Boleh jadi juga, atasan kita memang ngaco banget. Emang orangnya aja yang tidak puas kalau tidak memojokkan anak buahnya. Ada atasan yang seperti itu? Banyak. Menimpakan kesalahan kepada anak buahnya, juga bisa mereka lakukan. Kenapa rupanya? Masyalah buat eloh? Atasan seperti ini, mestinya tidak jadi masalah buat kita. Kenapa? Karena, jika memang itu sudah menjadi karakter buruk pribadinya; maka semua orang dikantor pun sudah pada tahu keburukan itu. Jadi, kalau dia ‘ember bocor’ dengan kekurangan-kekurangan anak buahnya sebenarnya semua orang juga sudah tahu kalau dia itu sedang mencoreng moreng wajahnya sendiri. Jadi, citra kita sebenarnya baik-baik saja kok. Alhamdulillah deh, kita tidak seperti apa yang dikatakannya. Anggap angin lalu saja kali omelannya.
“Tapi, sakit hati ini tauk!” Mungkin Anda kepingin sekali mengumpat begitu. Boleh. Tapi tolong jawab pertanyaan ini; yang mengijinkan hati Anda merasa sakit itu siapa? Atasan Anda, ataukah diri Anda sendiri?. Dan camkan ini; “Orang lain bisa melakukan apa saja pada kita. Namun jika kita tidak membiarkan hati ini tersakiti, maka kata-kata kasar, ataupun perlakuan buruk orang lain tidak akan sampai melukai hati kita.” Kita, akan tetap tenteram sentosa dan merasa lega didalam dada. Kita disini kan mencari nafkah. Itu juga paling cuman dapat beberapa juta rupiah saja. Kenapa mesti pake sakit hati segala? Jika kita sudah bekerja dengan baik. Berperilaku yang baik. Maka yakinlah, kita ini orang baik. Hanya saja, kita tidak punya atasan yang cukup baik.
“Iyya, tapi kenapa sih selaluuuu gue yang disalahin!” Anda juga boleh bilang begitu sama saya. Toh tidak ada resiko apa-apa. Aman. Karena saya paham benar, bahwa ada atasan yang hanya ‘buruk perilaku’ kepada orang-orang tertentu saja. Kepada orang lain baik. Tapi kepada orang tertentu kelakuannya nyebelin banget. Jangan terlampau kaget deh. Kenapa? Karena, ada sebuah rahasia yang perlu Anda pahami. Perhatikan ini; “Seorang atasan yang buruk perilakunya, akan kapok kalau perlakuan buruknya tidak mempan”. Artinya, perlakuan buruknya itu tidak akan diulangi kepada orang-orang yang tidak terpengaruh.
Yaa… anggap saja ini semacam respon alami psikologis. Kalau Anda cuek bebek dengan perlakuan buruk atasan Anda, maka dia tidak akan mau terus menerus memperlakukan Anda dengan buruk. Tapi. Kenapa dia terus melakukannya kepada Anda? Itu karena selama ini, Anda ‘kena’ sama perlakuan buruknya. Jadi, mulai sekarang; jangan memperlihatkan kepadanya jika Anda sakit hati karena pelakuannya. Tunjukkanlah kepadanya, bahwa apa yang dia katakan dan lakukan kepada Anda dengan buruk itu sama sekali GAK NGARUH pada Anda. Insya Allah, dia pun akan berhenti berbuat yang buruk pada Anda. Biarin dia tengsin sendirian. Ini lho, makna sabar yang lainnya dalam menghadapi atasan yang buruk itu.
Bagaimana, sudah cukup strategi untuk menghadapi atasan yang buruk? Belum? Oh, baiklah. Jika Anda merasa belum cukup. Saya berikan satu teknik lagi. Begini. Belajar untuk menjadikan diri Anda sebagai karyawan yang paling bagus dikantor itu ya. Lho, kok begini solusinya?. Iyya. Jadilah karyawan yang paling bagus di kantor Anda. Karena, jika Anda berhasil melakukannya; maka, langit dan bumi pun tahu persis bahwa Anda lebih baik dari atasan Anda yang buruk perilaku itu. Itu pertama.
Kedua, jika Anda benar-benar sudah menjadi karyawan yang punya kualifikasi tinggi sekali. Ngapain Anda mesti menghabiskan masa-masa produktif Anda dengan atasan seperti itu. Carilah peluang lain yang lebih baik bagi Anda. Mungkin di departemen lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan atasan Anda yang buruk itu. Atau… mungkin di perusahaan lain yang lebih baik kondisinya dari perusahaan Anda sekarang. Namun…., jika itu terjadi pada Anda; lakukanlah dengan cara yang elegan. Supaya Anda, tetap meninggalkan kesan yang menawan. Dan nama baik Anda tetap terjaga selamanya disana. Bukankah tidak ada yang tahu masa depan kita? Boleh jadi, 5 tahun kemudian Anda di rekrut kembali kesana, untuk posisi yang lebih tinggi dari atasan Anda yang buruk itu kan? Mana tahulah kita? Tapi, hal itu sangat mungkin sekali kan.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
Catatan Kaki:
Kalau Anda gundah oleh perkataan dan perlakuan buruk atasan, maka itu artinya Anda bisa dipermainkan. Tapi kalau Anda tenang saja. Dan tetap fokus pada kinerja. Serta terus meningkatkan kualitas diri Anda. Maka itu artinya Anda menjadi tuan bagi diri Anda sendiri. Dan atasan buruk Anda itu, tidak bisa menyentuh Anda lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar