Menikmati Liburan

Alhamdulillah, legaaa rasanya bangun pagi ini. Sabtu sendu dalam balutan mendung. Matahari sembunyi dibalik udara dingin. Seolah semesta sengaja memasang latar perlahan agar roda kehidupan mengurangi kecepatan putarnya. Hari ini, libur.

Bagi para pengelana senin sampai jumat, hari sabtu dan minggu menjadi hari yang dinantikan. Apalagi jika pekerjaan sedang banyak. Baru bisa tidur diatas jam 12. Subuh mesti pergi lagi. Dan baru kembali saat hari sudah hampir berganti. Hari libur, adalah anugerah.

Para pekerja sering mengira, bahwa dirinya dituntut kerja lebih keras dari para pengusaha. Padahal, tidak begitu faktanya. Sejauh yang saya tahu, disaat para pekerja libur; para pengusaha belum berhenti berjuang. Mereka tidak libur, bahkan ketika orang kebanyakan sedang menikmatinya.

Lihat misalnya ketika Anda liburan. Para pengusaha terus berkarya dengan menyediakan sarana transportasi. Restoran. Toko suvenir. Dan segala sesuatu yang memanjakan para pekerja yang tengah liburan. And you know what? You spend your money to pay all those things. 
Para pengusaha itu bekerja lebih banyak dan lebih lama dari para pekerja. Dan sebagai imbalannya, mereka mendapatkan income lebih besar dari orang kebanyakan.  

Apakah ada yang salah dengan itu? Tidak. Itu adalah gambaran nyata bagaimana roda kehidupan kita berjalan. Kesadaran atas fakta itu mestinya menambah rasa syukur kita, bahwa kita; masih diberi kekuatan untuk menjalani lekuk liuknya roda kehidupan.

Sudah sih bersyukur mah. Tapi rasa syukur itu masih sering dikalahkan oleh perasaan bahwa kehidupan orang lain lebih baik dari kita. Belum tentu. Toh kita juga tidak tahu kok, seperti apa kehidupan mereka sesungguhnya. 

Bahkan boleh jadi, orang yang kita kira kehidupannya lebih baik dari kita itu justru mengira kehidupan kita lebih baik dari dirinya. Akhirnya kita terpenjara dalam prasangka masing-masing. 

Dan dalam penjara itu, kita membayangkan betapa enaknya kehidupan orang lain hingga lupa untuk mengoptimalkan nilai dan makna hidup yang sudah kita miliki. 

Bagaimana mungkin bisa kita nikmati hidup ini jika demikian kan? Kenikmatan hidup, hanya bisa dirasakan jika kita bersedia berpijak pada kenyataan. Jika kita biarkan pikiran melanglang buana keatas awan, kita hanya menelan angan-angan. Bukan kenyataan.

My friend, mari kita nikmati apapun yang sudah berhasil kita raih. Segala hal yang sudah Allah anugerahkan pada kita.    Apapun adanya, alhamdulillah saja. Agar kerasa lezatnya. Dari rasa lezat itu, tumbuh rasa syukur. Dari syukur, timbul kebahagiaan. Dalam bahagia, kita berjuang tak kenal lelah. 

Dari perjuangan itu kita memeperoleh lebih banyak lagi. Lebih nikmat lagi. Lebih lezat lagi. Lebih syukur lagi. Lebih bahagia lagi. Lebih gigih lagi. Sehingga semakin hari kehidupan kita menjadi semakin membaik lagi. Insya Allah.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar