Inisiatif Talenta Hebat

Pagi ini saya mendapatkan undangan webinar tentang talent development. Talent searching tepatnya. Poin pentingnya adalah bahwa saat ini, sungguh tidak mudah untuk mendapatkan talenta yang benar-benar bagus buat perusahaan. Di seluruh dunia, kita mengalami kekurangan ‘pasokan’ talenta hebat.
 
Angkatan kerja memang banyak. Jumlah pelamar kerja bejibun. Yang tebar CV kesana kemari juga melimpah. Tapi talenta yang benar-benar bagus? Hmmmh, nggak gampang menemukannya.
Saya pribadi setuju soal itu. Sulit banget dapat karyawan bagus sekarang. Kebanyakan karyawan sekarang mah pengen kerja gampang tapi gaji gede. Masuk kantor telat melulu. Kalau urusan pulang, pada dulu-duluan. Kalau diminta untuk tinggal sedikit lebih lama, manyun berat seolah mengabarkan pada dunia bahwa ‘gue kagak iklas kerja kayak gini’. Kalau dikasih tugas sulit dikit, gampang mengeluh.
 
Hey, jangan tersinggung. Saya mengatakan ini untuk menunjukkan kepada Anda betapa terbuka luasnya peluang untuk menjadi karyawan yang hebat. Karena soal talenta hebat ini; demandnya tinggi, tapi supplynya sedikit sekali. Di zaman ini, talenta hebat tengah dicari. Dan berharga tinggi.
 
Lantas, bagaimana caranya agar bisa menjadi talenta hebat yang langka itu? Mulai dari sikap proaktif dalam mengambil inisiatif, sehingga mampu melakukan sesuatu yang bernilai, tanpa mesti disuruh oleh orang lain.
 
Ilustrasi soal ini ada dalam The Mentalist episode terbaru. FBI tengah dipusingkan dengan kaburnya Patrick Jane. Agen Cho yang ditugasi mengawasinya lewat pantauan satelit sedang memelototi layar komputer ketika seorang pria lugu menghampirinya.
 
"Kamu siapa?" Tanya Cho.
"Analys IT junior, Wylie..." Jawabnya.
"Kamu mau apa kesini?" Ketus Cho.
"Emh, saya bertugas untuk mensupport kantor dengan system IT," gugupnya.
 
"Nape emang?" Kejar Cho.
"Tapi kan saya punya waktu istirahat siang." Polosnya.
"Terus, masalah buat eloh?" Cho benar-benar tidak peduli.
 
"Lihatlah apa yang saya lakukan ketika istirahat siang tadi..." Serunya sambil menyodorkan komputer tipisnya.
 
Cho terperanjat melihatnya. Lalu dia bergegas melaporkannya kepada direktur. Beliau sama terpesonanya. Lalu, "Siapa yang berhasil melakukan pelacakan ini?" Katanya.
 
"Analis Junior Wylie..." Jawab Cho.
"Siapa analis junior Wylie?" Tanya Direktur.
 
Cho menunjuk lelaki culun yang berdiri di seberang ruangan. "Siapa yang menyuruh kamu melakukan pelacakan ini?" Tanya direktur.
 
"Ehm, tidak ada pak," jawabnya. "Saya melakukannya atas kemauan saya sendiri waktu istirahat siang tadi," jelasnya.
 
Direktur memanggil asistennya. Lalu, "Sediakan meja dan kursi buat analis junior Wylie..." Katanya. Sejak saat itu, analis junior Wylie menjadi bagian dari team elit yang dipimpin langsung oleh direktur.
 
Lihatlah. Betapa inisiatif pribadi mampu menunjukkan apakah seseorang itu talenta hebat, atau sekedar salah satu kerumunan orang-orang biasa yang menunggu nasib. Bahkan seorang pegawai yunior pun bisa melesat sangat cepat. Melampaui para seniornya yang bergerak lambat alias lelet.
 
Inisiatiflah yang bisa meruntuhkan kutukan berupa atasan yang enggan memberikan pelatihan. Inisiatif juga yang menenggelamkan kebosanan rutinitas di berbagai ruang dan gedung perkantoran. Inisiatiflah yang membedakan antara karyawan beneran, dengan pegawai yang jiwanya nyaris seperti setengah zombie.
 
Perhatikanlah orang-orang di sekitar Anda. Di industri manapun. Dalam keadaan apapun. Orang-orang yang memiliki inisiatif untuk bertindak secara positif, menghasilkan lebih banyak buah karya. Mendapatkan lebih banyak manfaat. Dan memperoleh peluang lebih besar untuk berkembang melampaui kebanyakan orang.
 
Anda, di kantor termasuk orang yang suka mengambil inisiatif melakukan pekerjaan dan aktivitas produktif? Atau seperti kebanyakan orang lainnya yang cuman nunggu disuruh-suruh? Atau, seperti orang lainnya lagi yang menghindari penugasan menantang dengan berbagai alasan? Jawabannya, menentukan masa depan karir Anda.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!

Catatan kaki:
Sebenarnya, setiap orang memiliki talentanya masing-masing. Namun, kebanyakan orang membiarkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya itu mati suri. Ada yang karena memang malas. Ada yang merasa tidak diperhatikan. Merasa tidak digaji besar. Merasa sudah cukup berkontribusi. Dan merasa lainnya sehingga menyia-nyiakan talenta itu menjadi pilihan mereka. Sayang banget kan?

Artikel yang tidak boleh dilewatkan di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar