Dua Sifat Yang Ditakuti Oleh Kemiskinan

Jika Anda diberi pilihan untuk menjadi miskin atau kaya raya, pilih mana? Kita sudah tahu jawabannya. Pilih kaya dong. Makanya gampang banget kalau kita dirayu soal kekayaan. Semakin mudah caranya, semakin pengen. Maaf, apakah tadi saya mengatakan ‘semakin mudah’? Iya. Bukan semakin baik ya. Semakin mudah.
 
Padahal, kita tahu bahwa hal yang mudah tidak selalu benar. Dan hal benar pun tidak selalu mudah. Bahkan, sering lebih sulit. Apalagi dalam keadaan serba mahal seperti sekarang ini. Ditambah dengan gaya hidup berupa kebiasaan mengumbar keinginan membeli barang-barang berbandrol tinggi. Siapa juga yang mau bersusah payah jika ada cara yang mudah kan?
Ada kok orang yang mau bersusah payah demi mempertahankan dirinya dijalur yang benar. Siapakah orang itu? Dia adalah orang yang meyakini pertemuan dengan Tuhannya nanti. Yaitu orang yang yakin bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dan ada sidang pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang kita lakukan.
 
Jika realitas profesi yang kita pilih tidak memungkinkan kaya raya; kita menempuh jalan pintas apa tidak? Bila kita terus konsisten menjaga diri dalam kebenaran, maka itu artinya kita termasuk orang yang takut kepada Allah.
 
Lantas, apakah demi takut kepada Allah itu kita mesti mengorbankan kenikmatan hidup? Ih, nggak banget. Allah, nggak bakal membiarkan hamba yang benar-benar takut kepada-Nya kelaparan kok. Bahkan Dia memberinya kelapangan. Bukan sekedar pemenuhan atas kebutuhan hidupnya. Melainkan juga ketenteraman didalam hatinya.
 
Perhatikan betapa Allah selama ini memberi kecukupan kepada kita. Butuh apa saja, terpenuhi tuch. Meski mungkin mesti sabar menunggu. Masya Allah, bahkan dengan kesabaran menunggu saja kita dapat pahala loh. Lihatlah orang yang punya banyak uang. Ingin ini itu, langsung membelinya. Enak. Tapi nggak ada ladang pahala melalui kesabaran menunggu itu kan. Kita, kalau mau beli apa-apa; mesti sabaaar banget. Doa khusyuk kepada Allah. Semakin rajin ibadah. Semakin dekat dengan-Nya. Bayangkan, betapa banyaknya pahala yang kita dapat sebelum mendapatkan apa yang kita butuhkan itu kan.
 
Iyya sih. Tapi, bagaimana kalau kita miskin? Kalau masih takut pada kemiskinan, maka ketahuilah bahwa kemiskinan itu takutnya kepada orang yang memiliki 2 sifat ini: (1) Gigih dalam berikhtiar dan  (2) Kokoh dalam bertawakkal. Tahu kenapa? Karena orang yang gigih berikhtiar pasti berhasil menyingkirkan kemiskinan. Sedangkan orang yang bertawakal, pasti mendapatkan kecukupan.
 
Oleh karenanya, kemiskinan takut kepada orang yang memiliki ke-2 sifat itu. Meskipun mungkin tidak kaya raya, namun dia tidak akan bisa disentuh oleh kemiskinan. Barangkali dia tidak punya banyak tabungan. Tapi dengan kegigihannya berjuang, bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Barangkali gaya hidupnya tidak serba mewah. Namun sikap tawakalnya membuat sekujur tubuhnya terbebas dari jejak-jejak nafkah yang tidak berkah. Jiwa dan raganya bersih. Hampir suci. Sehingga nanti, dia layak untuk mendapat tempat terbaik disisi Yang Maha Suci. 
 
Mari Berbagi Semangat!
 
Catatan kaki:
Sungguh beruntung orang yang tetap menjaga dirinya menempuh jalan yang benar. Kalau dia bisa kaya, maka kekayaannya akan menjadi penolong bagi dunia dan akhiratnya. Kalau dia tidak kaya, maka Allah memberinya kecukupan dan ketenteraman

Artikel yang tidak boleh dilewatkan di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar