Meningkatkan Nilai Diri Sendiri

Di kantor, Anda dihargai tinggi atau tidak? Bagaimana ya cara mengetahuinya? Gampang ya. Tinggal dilihat saja angka yang tertulis dalam slip gaji kita. Makin tinggi angkanya, makin dihargai kita disana. Kalau sebaliknya, ya tinggal disimpulkan sendiri saja. Betul begitu kan ya? Kayaknya sih betul. Tapi sebenarnya tidak. Gaji, sama sekali tidak mencerminkan nilai diri kita. Ada orang yang nilainya tinggi, tapi digaji rendah. Dan ada pula yang nilainya rendah tapi digaji tinggi. Emangnya salah kalau nilai diri kita diukur dengan uang? Tidak sih. Tapi, mungkin itu bukan alat ukur yang akurat.

WHY Anak Buah Melakukan Kesalahan?

Salah satu penyebab rendahnya kinerja atasan adalah terjadinya kesalahan anak buah. Logis, karena anak buah yang melakukan kesalahan menimbulkan masalah yang akhirnya mempengaruhi aspek atau fungsi-fungsi lain dalam unit kerja itu. Kinerja atasan pun jadi terganggu. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Salahin saja anak buah.
"Nggak salah sih kalau menyalahkan yang salah. Kalau anak buah yang salah, ya salahin aja dia. Kan dia yang salah."

Menuding Orang Lain

Untuk setiap kejadian yang kita alami. Pasti ada yang bertanggungjawab kan? Kita boleh menuntut pertanggungjawaban darinya. Sayangnya, kita sering mengira bahwa orang lain atau pihak lain lebih bertanggungjawab atas kekacauan hidup kita dibanding diri kita sendiri. Sehingga kita, gampang menuding orang lain.
Contoh aktualnya nih. Orang yang sehari-hari hidup di Jakarta tentu tahu bahwa tahun ini, curah hujan tidak separah tahun-tahun sebelumnya. Ketinggian air di berbagai bendungan pengontrol juga normal. Tapi kenape Jakarta bisa banjir?

Menandai Hasil Karya Kita

Kalau ada orang yang mengklaim hasil kerja keras Anda, kesal nggak? Iya dong. Hampir di setiap kantor ada tukang klaim begitu. Memang bisa sabar sih. Tapi kalo begitu terus, nggak ada gunanya kerja keras kan? Toh si tukang klaim itu yang bakal dapat kreditnya.
Kebayang kan ruginya kita kalau begitu. Padahal kita ini rajin, pinter, dan terampil. Tapi hasil karya kita suka diembat orang lain. Lebih rugi lagi ketika kita memutuskan untuk berhenti. Memang, orang itu nggak dapat apa-apa lagi. Tapi kita menjadi seperti mati suri. Terkubur dalam-dalam semua talenta yang kita miliki.

Punya Jabatan Itu Enak

Anda tahu nggak, kalau mempunyai jabatan itu enak banget. Kalau Anda nggak tahu, mungkin belum merasakannya saja. Tapi bener kok, enak banget. Dihormati. Digaji tinggi. Dikasih fasilitas kelas atas. Plus bonus dan bermacam tunjangan. Faktanya, orang berpangkat selalu mendapat lebih banyak. Makin tinggi jabatan, makin banyak bagian.
Makanya kita ngebet banget sama jabatan. Nggak soal mau pimpinan lembaga pemerintah kek. Mau swasta kek. Pokoknya kalau punya jabatan mah enak. Yang penting naek pangkat deh.

Pekerjaan Dengan Imbalan Memuaskan

Anda, sudah puas belum dengan imbalan yang Anda dapatkan? Kalau gajinya dinaikin 2x lipat puas kali ya? Iya dong. Tapi puasnya cuman sebentar. Nanti juga bakal nggak puas lagi. Cobain aja. Jadi gimana dong biar kita puas dengan imbalan pekerjaan yang kita dapatkan?
Selagi asyik bekerja pagi ini, tiba-tiba lampu mati. Padahal sedang banyak tugas yang mesti diselesaikan. Batere laptop pas habis pula. Kalau listrik mati, tivi flat di rumah Anda bisa hidup nggak? Mesin canggih di kantor Anda bisa beroperasi? Nggak bisa ya. Karena listrik; laksana nyawa bagi benda-benda.

Asyik, Hari Ini Gajian!

Hari ini, sudah gajian kan? Alhamdulillah. Lumayanlah, rekening tabungan sudah ada isinya lagi. Bukan rekening tabungan kalee. Kan cuman buat numpang lewat doang. Toh pas jam makan siang nanti kita pada soan ke ATM. Mentransfer kesana kemari. Dan baru berhenti, kalau saldonya sudah menipis lagi.

Ga apa-apalah. Tetep alhamdulillah saja. Toh masih jauh lebih baik daripada nggak punya penghasilan kan. Minimal setiap tanggal segini kita merasa lega meski hanya untuk beberapa saat.

Sumber Ketenteraman

Ketenteraman. Itulah salah satu hal yang kita dambakan. Meskipun banyak uang misalnya, tapi hati gundah. Kita tidak merasa nyaman. Walau uang hanya punya secukupnya saja, tapi hati tenteram; maka kita bisa menikmati hidup. Lantas bagaimana cara mendapatkan ketenteraman itu?

Bayangkan kejadian ditengah malam. Hujan deras turun dengan lebatnya. Petir menyambar bersama dentumnya yang membuat hati bergetar. Ternyata genteng rumah bocor sehingga air merembesi langit-langit. Rasa tenteram kita mulai terusik.

Tapi kalau atap berfungsi baik – diguyur hujan badai sekalipun – kita tenang-tenang saja. Itu menunjukkan bahwa, keberadaan pelindung diatas kita itu loh

Mencapai Level Mengagumkan

Di antara sekitar 7 milyar penduduk bumi, ada nggak seseorang yang Anda kagumi? Kayaknya ada ya. Banyak malah. Pertanyaannya adalah; dari 7 milyar orang itu, ada nggak yang mengagumi Anda? Jangan-jangan, kita kagum kepada banyak orang tapi tak seorang pun yang kagum kepada kita ya. Emangnya penting banget gitu kekaguman orang itu? Iyya. Karena, hal itu berhubungan dengan peran yang kita mainkan dalam interaksi dengan orang lain. Bukankah hidup kita sangat bergantung pada interaksi itu? Nggak ada yang bisa hidup sendirian kan?

Belasan tahun lalu, saya punya teman sekantor yang pernah menjadi salesman mobil. Dia bercerita tentang mobil

Anugerah Tak Terduga Dalam Karir

Orang bilang, segala sesuatu harus diperjuangkan. Betul ya? Tapi kenapa kok ada orang yang selalu beruntung dalam hidupnya? Nggak berjuang keras, namun apa yang diperebutkan kebanyakan orang malah dengan gampangnya menclok dipundak seseorang yang adem ayem.

Salah satu contoh menarik soal ini baru saja terjadi. Anda tentu tahu bahwa calon tunggal Kapolri yang diajukan Presiden sudah disetujui DPR. Namun, KPK punya keputusan yang berbeda. Sehingga Presiden menunda pengangkatannya.

Saat Berangkat Ke Tempat Kerja

Pagi ini, Anda berangkat ke kantor dengan antusias nggak? Jika merasa males banget, berarti Anda nggak suka tuch kerja disitu. Jika merasa biasa-biasa aja, maka Anda hanya menjalani rutinitas.

Kalau Anda antusias, apakah itu menandakan bahwa Anda menyukai pekerjaan itu? Belum tentu ya. Lagi seneng sama seseorang juga bisa membuat Anda semangat. Mau ketemu gebetan gitu loh.

Karyawan Yang Disia-siakan

Banyak karyawan yang merasa disia-siakan oleh perusahaan. "Kami tidak dihargai," katanya.

Pertanyaannya adalah; Jika kantor tidak menghargai kita; apakah masih butuh bersikap baik dan membangun loyalitas, menjaga reputasi, plus kompetensi?

Saya bilang 'iya'. Kualitas pribadi kita, tidak boleh luntur hanya gara-gara perusahaan menyia-nyiakan kita. Kalau kita jadi buruk, maka ya memang seperti itulah aslinya kita kan?

Hal Menyebalkan Di Kantor

Kantor, kadang menjadi tempat yang sangat mengesalkan. Meski nggak kepengen, ada saja kejadian yang membuat hati jadi dongkol. Mulai dari teman yang menimpakan beban pekerjaan. Atasan yang nyari-nyari kesalahan. Pelanggan yang ngomel-ngomel tanpa alasan.

Normal, jika hal-hal semacam itu terjadi dikantor Anda. Soalnya, kantor bukanlah tempat dimana segala sesuatunya berada dibawah kendali kita. Yang penting, jangan sampai kekesalan itu tinggal terlalu lama didalam hati. Sebentar saja keselnya. Habis itu, plong lagi.

Does Size Truly Not Matter?

Alhamdulillah, liburan sudah berakhir. Lho, kok alhamdulillah sih? Bukankah makin lama libur makin asyik? You tell me deh; apakah memang demikian.

Bagi kebanyakan orang, libur kepanjangan itu sudah nggak mengasyikan lagi. Memang, kita sering merindukan waktu untuk libur. Berhenti sejenak dari rutinitas kerja. Tapi, nggak mesti panjang-panjang kalee. Size doesn't mater kok ternyata. Or does mater?

Ketika Semua Orang Pada Males

Apa yang Anda lakukan ketika semua orang dikantor Anda pada males? Ya ikutan males juga ya. Ngapain juga semangat sendirian? Bisa babak belur kita. Kerja lebih banyak dari orang lain. Padahal bayarannya belum tentu lebih gede. Jadi, kalau teman-teman pada males. Kita kompakan males juga dong. Kalau teman-temannya pada semangat; Anda ikut semangat apa nggak? Ya tergantung. Bayaran kita bagus nggak. Kalau bayaran mereka lebih gede, ya wajar dong mereka lebih rajin. Glek!

Jejak Eksistensi Kita

Saya dan Anda, ada. Lalu, apa ya dampak dari keberadaan kita ini? Apakah kita hanya sekedar lewat begitu saja dimuka bumi ini? Ataukah ada misi yang mesti kita emban?

Jika eksistensi kita tidak berdampak apa-apa, maka nilai diri kita; jauh lebih rendah dari angin. Kita tidak tahu wujud angin itu seperti apa. Tapi dampak dari keberadaannya kerasa sekali.

Saya sedang berada di pedalaman hutan Kalimantan ketika tiba-tiba angin puting beliung mengamuk. Banyak pohon yang tumbang. Dan atap mess karyawan beterbangan.

Menabrak Tembok

Bukan makna sebenarnya. Melainkan kiasan. Tapi intinya sih sama. Yaitu: bonyok. Jadi kalau ada yang maksa nabrak tembok, berarti kecerdasan orang itu agak gimana...gitu.

Dikantor kita, banyak banget temboknya. Biasanya berwujud birokrasi, atau orang-orang yang punya jabatan tinggi. Sering kesal kita dibuatnya. Dan karena tidak sanggup bersabar, maka kita tergoda untuk melabraknya. Runtuhkah tembok itu? Tidak. Justru kitalah yang benjot.

Biar Seneng Rasanya Kerja Di Situ

Anda seneng nggak, kerja disitu? Kalau saya boleh sok tahu, pada dasarnya kita nggak suka bekerja ditempat kita kerja sekarang. Namun karena butuh, ya mau tidak mau dijalani saja.

Normal? Normal banget. Karena, kebanyakan orang tidak bekerja di 'the best place to work for'. Kantor kita, belum masuk kategori 'tempat kerja terbaik'. Di dunia ini, hanya beberapa gelintir perusahaan saja yang menyandang gelar itu. Selebihnya, merupakan tempat kerja yang tidak ideal.

Menyiapkan Kenangan Buat Masa Pensiun

Anda bekerja di perusahaan sendiri atau milik orang lain? Kalau Anda seorang pekerja, berarti Anda akan pensiun kan? Lalu, kebanggaan atau kepuasan batin apa sih yang bisa Anda dapatkan setelah pensiun? Dana pensiun yang Anda terima, belum tentu membuat Anda bangga. Apa yang bisa dibanggakan dari uang pensiun kan? Jumlahnya juga nggak sampai hitungan triliun. Jadi, mesti ada hal lain yang bisa membuat kita bangga selepas pensiun. Apa?

Mari bercita-cita bahwa pada saat pensiun kita semua telah menjadi atasan.

Kepengen Dibayar Mahal

Kalau tahu penghasilan orang lain, Anda suka kepengen nggak? Ya nggak dong ya, jika penghasilan mereka lebih kecil. Tapi kalau penghasilan mereka besar banget, mungkin kepengen juga kali.

Memang, namanya mahal itu relatif. Mungkin 5juta, 10juta, 20juta, 40juta, 50juta, berapa? Intinya sih lebih tinggi dari bayaran yang diterima orang pada umumnya. Dan faktanya, ada orang-orang yang dibayar jauh diatas rata-rata kan?

Wajar, kalau kita ingin dibayar tinggi seperti mereka. Soalnya, berapapun Anda dibayar hari ini, ada loh orang lain yang seprofesi dengan Anda dapat dapat bayaran lebih tinggi dari Anda. Percaya deh.

Menghindari Kemunduran

Hanya ada satu kemunduran yang kita anggap baik dimuka bumi ini. Anda ingat apa itu? Kemunduran ketika kita hendak memarkir mobil. Kemunduran lainnya, tidak kita sukai sama sekali. Kemunduran, tidak selalu terjadi karena kita berjalan mundur. Kita diam pun bisa berarti kemunduran, jika pesaing-pesaing kita bergerak kedepan. Kita bergerak kedepan pun masih bisa mengalami kemunduran, jika para pesaing bergerak lebih cepat dari kita. Jadi, apa sebenarnya penyebab terjadinya kemunduran yang kita alami? Ada dua.

Kemampuan Yang Berguna

Sekalipun Anda orang yang serba bisa misalnya, pasti ada sesuatu yang tidak bisa Anda lakukan kan? Benar. Karena, ada banyak hal diluar jangkauan kemampuan kita.

Sebenarnya tidak masalah sih. Toh, kita tidak harus mampu melakukan segala hal untuk mendapatkan kehidupan yang baik. Cukup bisa melakukan apa yang kita butuhkan saja kan sudah memadai.

Dekat Dengan Boss Besar

Seberapa dekat Anda dengan boss besar? Kalau jabatan Anda belum tinggi tentu tidak terlampau dekat dong ya. Kecuali jika Anda sekretarisnya. Tapi, tahukah Anda bahwa untuk bisa dekat dengan boss Anda nggak mesti jadi boss dulu?

Justru dengan dekat pada boss besar, maka peluang Anda untuk punya karir bagus menjadi terbuka lebih lebar.

"Halah, itu namanya carmuk dong Dang!"

Perlukah Menjadi Yang Terbaik?

Menurut pendapat Anda, perlu nggak menjadi yang terbaik itu? Simpan jawaban Anda.  Kemudian, coba ingat lagi tentang seseorang yang Anda kenal yang lebih sukses atau dibayar lebih mahal dari Anda; padahal Anda merasa bahwa orang itu tidak lebih baik dari Anda. Bahkan, Anda mungkin lebih baik dari pada orang itu. Tapi, pencapaian dia bisa melampaui Anda. Jawaban Anda tadi, masih berlaku nggak?

Di kampus dulu, Anda tahu mahasiswa-mahasiswa jeniusnya siapa. IPK mereka tinggi-tinggi tanpa harus mencontek ketika ujian. Setelah beberapa puluh tahun berlalu; apakah mereka yang paling sukses dalam perjalanan karirnya? Saya yakin Anda tahu jawabannya. Tidak selalu demikian kan?