Maafkan Aku, istriku...

Beberapa hari lalu, saat kita menyaksikan video dokumenatsi pernikahan kita, kau ingatkan, hampir 9 tahun kita menikah. Aku bukannya tidak ingat, tanggal berapa kita menikah, aku hanya merasa perih, ketika tanggal itu tiba, tidak ada yang bisa kuberikan untukmu sebagai ucapan rasa terima kasihku, telah mendampingiku selama ini.

Ketika bidadari kecil kita, tertawa-tawa riang sambil menyebutkan nama-nama orang yang tampil di video tersebut, pikiranku melayang, betapa cantiknya istriku saat itu. Ssst..jangan murah! Bukan berarti engkau tidak cantik lagi saat ini. Engkau bisa lebih cantik lagi, seandainya aku bisa memberimu cukup keleluasan untuk memilih perawatan yang tepat untuk menjaga kecantikanmu...

Berani Bertanggungjawab

Pic. Source: billofrightsinstitute.org
Sekali dalam sebulan, kami pergi ke supermarket untuk membeli perlengkapan kebutuhan rumah tangga. Kalau pas ada uang lebih, biasanya Ayah juga membeli sesuatu yang agak aneh. Misalnya, makanan-makanan khusus yang jarang sekali kami nikmati. Biasanya, harganya relatif tinggi. Tapi, kami tahu kalau Ayah selalu berusaha untuk membelinya sekali-sekali. “Biar kita tahu rasanya,” kata Ayah. “Kan yang penting sudah pernah mencicipi….” Begitu lanjutnya.

Mencari Imbalan Yang Lebih Besar

Pic. Source: www.derekleman.com
Anda sudah dibayar tinggi apa belum? Sejauh yang saya tahu, jarang tuch orang yang mengaku kalau dirinya sudah dibayar tinggi. Sekalipun sudah mendapat income bulanan puluhan juta juga tetep aja masih bilang ‘mestinya dibayar lebih tinggi dari ini…’. Anda masih merasa begitu kan? Atau Anda sudah dibayar ratusan juta sebulan? Dan Anda masih merasa mesti dibayar lebih dari itu ya? Meskipun Anda senang dengan bayaran itu, kemungkinan besar; Anda masih berharap dibayar lebih tinggi lagi. Sayangnya, angka puluhan atau ratusan juta itu pun baru sebatas ‘ngimpi’. Kenyataannya ya kita masih empot-empotan begini kan. Lha, terus gimana dong caranya supaya kita bisa mendapatkan bayaran yang lebih baik dari sekarang?

Memikirkan Anak Buah

Pic. Source: www.smeadvisor.com
Jika Anda seorang atasan, pasti Anda memikirkan anak buah kan? Beuh… yang namanya mikirin anak buah mah sudah santapan harian ya. Terus, apa yang Anda pikirkan soal mereka? Ya macam-macamlah. Sampai hampir rematik otak rasanya. Yang satu susah diatur. Yang satunya lagi lelet. Satunya lagi kerjaan salah melulu. Yang ini doyan cari alasan. Yang itu mesti diawasi terus. Rempong banget deh. Pusing, mikirin mereka.  Kalau yang saya maksudkan sih, bukan mikirin soal itu lho. Melainkan, soal kehidupan mereka. Lho, atasan kan dibayar untuk mikirin soal kerjaan. Ngapain mikirin soal kehidupan? Benar. Kinerja itu prioritas nomor satu bagi setiap atasan. Tetapi, tinggi atau rendahnya kinerja anak buah kita itu sangat dipengaruhi oleh kehidupan mereka juga. Maka memikirkan kehidupan mereka pun, bagian dari usaha perbaikan kinerja.

Jernih Di Lingkungan Yang Keruh

Pic. Source: www.superclean-brighton.com
Pernahkah Anda merasa jika lingkungan kerja Anda kurang kondusif? Setidaknya, Anda pernah mendengar orang lain mengatakannya. Misalnya saja, system yang sudah buruk sejak dulu sehingga tidak memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu yang lebih baik sekarang. Atau, kebijakan atasan yang otoriter itu sulit untuk dihindari. Atau, budaya kerja yang ada sudah sedemikian buruknya sehingga tidak mungkin lagi untuk berubah menjadi baik. Lantas, mau gimana lagi dong? Menyerah saja deh pada keadaan. Walhasil, keberadaan kita disana tidak memberikan dampak positif apa-apa. Kita, ikut larut dengan keadaan yang tidak kondusif itu. Padahal dulu sebelum masuk kesitu, kita punya idealisme yang tinggi. Dan kita, berniat untuk melakukan yang terbaik disana. Nyatanya? Hanya semangat sebentar. Setelah itu, ikut melempem juga.

Benih Kebaikan

Pic. Source: www.beaccessible.org.nz
Kehidupan ini ibarat ladang pertanian yang subur. Setiap benih yang disebarkan dalam kehidupan akan tumbuh dan memberikan hasilnya. Dan siapapun yang menaburkan benih, dialah yang akan memanennya.

Kalau Anda menaburkan benih-benih kebaikan, tentu Anda akan memanen hasil kebaikan. Kalau Anda memberikan yang terbaik dari dalam diri Anda untuk orang lain, maka Andapun akan mendapatkan yang terbaik dari orang lain. Kalau Anda menghargai orang lain, Andapun akan dihargai orang lain. Kalau Anda peduli dan memberikan perhatian terbaik dari dalam diri Anda, Andapun akan mendapatkan perhatian terbaik dari orang lain.

Etos terbaik dan mulia mengajarkan setiap orang untuk menaburkan benih-benih kebaikan dalam kehidupan. Untuk menaburkan kebaikan yang Anda butuhkan hanyalah hati yang penuh kasih sayang dan jiwa yang digerakkan oleh kasih sayang. Kebaikan itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tapi juga orang-orang disekitarnya. Lakukan dan perhatikan hasilnya.

www.ekojalusantoso.com

Keyakinan dan Ketekunan

Pic. Source: www.wisdomtimes.com
Sahabat yang baik,
Keyakinan menuntun kita pada keberanian.
Keberanian akan melahirkan tindakan,
Tindakan yang membawa kita pada kepastian pencapaian tujuan,

Sedangkan ketekunan menjadikan kita tidak mudah berputus asa,
Ketekunan membuat kita tidak mudah menyerah,
Ketekunan membuat kita mampu bangkit dari setiap kegagalan.
Inilah salah satu kunci dari keberhasilan.

Selama Anda memiliki keyakinan, tak ada yang tak mungkin diraih.
Selama Anda memiliki ketekunan, tidak ada tujuan yang tidak bisa diraih.
Karena belum ada yang mampu mengalahkan kekuatan keyakinan dan ketekunan.

Ingatlah, manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling baik.
Maka, melangkahlah dengan keyakinan dalam diri dan perjuangkan dengan ketekunan.

Selamat beraktivitas mengisi hari dengan kemanfaatan.

www.ekojalusantoso.com

Bukan Bunga Mawar Biasa

Pernah ada seorang gadis cilik penjual bunga, setelah berhasil menjual sebagian besar bunga mawarnya, dia memberikan sekuntum bunga mawar yang tersisa di tangannya kepada seorang pengemis di tepi jalan…

Pengemis tidak pernah menyangka akan ada seorang gadis cantik yang memberikan bunga kepada dirinya, mungkin pengemis ini tidak pernah sungguh² mencintai dirinya sendiri, juga tidak pernah menerima cinta kasih dari orang lain…

Office, I Am Back!

Pic. Source: www.ciiwa.com
“Jalanan mulai macet lagi, Bro!” begitulah pemandangan yang bisa kita lihat setelah libur lebaran kemarin. Wajarlah. Soalnya, orang kantoran yang cuti sudah pada kembali bekerja lagi kan. Emmh… maksud saya, sudah kembali lagi ke kantor. Emangnya, ‘kembali bekerja’ dengan ‘kembali ke kantor’ itu beda ya? Beda banget. Soalnya, berada di kantor tidak selalu berarti bekerja kan? Secara fisik sih emang kita sudah berada di kantor lagi. Tapi, mungkin saja mental kita masih tertinggal di tempat liburan. Kalau baru masuk ke kantor lagi setelah berhari-hari liburan, apakah Anda bisa langsung ‘on’ untuk bekerja? Dijamin tidak akan begitu, jika tidak memiliki rasa rindu kepada pekerjaan.

Bagaimana Cara Pulangmu Itikafer?

Pic. Source: www.uccgonline.org
Tidak usah diajari lagi. Setiap orang pasti tahu persis bagaimana caranya untuk pulang ke rumah masing-masing. Yang sering kali kita tidak ketahui adalah; cara pulang ke rumah semua umat manusia. Rumah abadi tempat kembalinya setiap insan. Meskipun begitu, sesungguhnya kita bisa memperkirakan. Bagaimana cara seseorang akan pulang. Ini bukan ramalan. Melainkan soal probabilitas saja. Orang yang sepanjang hidupnya dihiasi dengan ibadah, kemungkinan besar akan ‘pulang’ ketika sedang beribadah. Orang yang keseringan melakukan keburukan, ya terbuka peluang untuk pulang ketika sedang berbuat buruk kan? Pasti begitu? Tidak. Tapi kemungkinan besarnya ya begitu itu. Pesan pentingnya; bagaimana cara kita menjalani hidup, ya kira-kira bakal seperti itulah kita ketika dijemput maut. Kalau Anda, kira-kira bakal seperti apa situasinya ketika saat itu tiba?

Galau Itu Pertanda Bagus

Pic. Source: acupunctureandbeauty.com.au
Lah, galau kok dibilang pertanda bagus? Memang iyya. Soalnya, ketika mengalami galau sebenarnya kita menginginkan sebuah perubahan kan? Galau itu menunjukkan bahwa kita tidak nyaman dengan kondisi saat ini, dan menginginkan sesuatu yang lebih baik dari ini kan? Semua Nabi suci yang diutus Allah – sejauh yang saya pahami melalui kisah-kisahnya dari para guru dan kitab suci – menapaki seluruh perjalanan panjang kenabian mereka dengan kegelisahan didalam hati. Sama seperti kita. Bedanya, jika kita gelisah soal penghasilan, soal kenaikan jabatan, soal beratnya pengeluaran, atau pun soal sulitnya mencicil hutang-hutang; kalau pada Nabi itu gelisah oleh panggilan hati nuraninya yang menginginkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kita bukan nabi. Tapi, ada beberapa hal yang bisa kita tiru dan terapkan. Apa itu?

Sabar Terhadap Perilaku Buruk Atasan

Anda punya atasan? Kalau status Anda karyawan, tentu ya. Meskipun posisi Anda sudah tinggi sekali, Anda punya atasan yang lebih tinggi lagi. Lalu, atasan Anda itu memperlakukan Anda dengan cara yang baik atau tidak? Beruntung jika demikian. Karena sejauh yang saya ketahui; tidak semua atasan tahu bagaimana memperlakukan anak buahnya dengan patut. Misalnya, ada saja yang kata-katanya itu menyakiti anak buahnya. Ada juga atasan yang doyan banget mencari-cari kesalahan. Ada atasan yang suka mengadu kepada atasannya lagi. Ada atasan yang suka menjelek-jelekkan anak buahnya didepan anak buahnya yang lain. Dan bahkan, ada atasan yang tidak menganggap anak buahnya sebagai manusia yang layak diperlakukan secara manusiawi. Kalau Anda punya atasan seperti itu, bagaimana?
Di toilet atau diwarung kopi. Saya cukup sering mencuri-curi pendengaran. Nggak sengaja mencuri dengar sih. Karena pada dasarnya saya tidak begitu suka mencampuri urusan orang lain. Tapi kalau berada di suatu tempat kecil dan sekelompok orang membicarakan sesuatu ya mau tidak mau saya dengar juga kan. Topik pembicaraan paling banyak adalah soal perlakuan atasannya yang kelewatan. Melalui email dan pesan-pewan di gadget pun saya cukup sering mendapatkan pertanyaan soal atasan berperilaku buruk ini. Mungkin ada yang mengira jika saya bisa memberikan solusinya. Padahal, belum tentu juga kan.

Makin lama, makin banyak kasus serupa yang saya temui. Dari orang yang berbeda. Dari kota dan perusahaan yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa atasan yang perilakunya buruk itu banyak juga jumlahnya. Oleh karena itu, Anda pun berpeluang ketemu dengan atasan seperti itu. Meskipun mungkin atasan Anda yang sekarang baik-baik saja. Namun, tidak tertutup kemungkinan kelak Anda pun mengalami hal yang serupa. Oleh karenanya, semua orang yang bertatus sebagai bawahan perlu mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi atasan buruk itu.

Sebenarnya saya punya jawaban standar untuk pertanyaan seperti itu. Intinya sih  bersabar saja. Saya juga sadar bahwa jawaban itu tidak bisa memuaskan setiap orang. Masak sih jawabannya hanya ‘sabar’ doang? Begitu beberapa teman mempertanyakan. Yaa, jika ada solusi yang lainnya sih silakan saja. Namun, apapun solusinya tidak perlu membuat kita keluar dari koridor sabar itu. Dengan cara apa kita menghadapi interaksi yang tidak menyenangkan dengan orang lain jika bukan dengan sabar? Kata kuncinya memang ‘sabar’ itu kok.

Hanya saja, sebelum menerapkan ‘kesabaran’ itu, kita juga mesti memahami bahwa; “Sabar itu tidak berarti pasrah saja menerima keadaan itu. Sabar itu bukan pasif. Justru sabar, berarti mengambil tindakan yang sepatutnya untuk menyikapi situasi yang kita hadapi”.  Keliru, jika kita mengartikan sabar sebagai ketidakberdayaan. Orang yang sabar itu, dicirikan oleh ketenangannya dalam menghadapi situasi atau perlakuan yang tidak menyenangkan. Namun dalam tenang itu, dia mencari jalan terbaik untuk menyelesaikannya.

Boleh jadi, yang tidak Anda sukai dari atasan itu hanyalah soal ‘cara’ dia mengungkapkan kebenaran. Misalnya, kita ini memang tidak berdisiplin. Lalu atasan Anda marah-marah karena ketidakdisiplinan kita. Atau kita ini melakukan kesalahan, dan atasan kita marah besar karena kesalahan itu. Kita tidak suka cara marahnya, kan? Bukan tidak suka pada kebenaran yang dikatakannya. Maka orang sabar, berarti dia bersedia menerima kenyataan bahwa dirinya salah, dan dia memahami mengapa atasannya sampai marah besar begitu. Justru, kita mesti bersyukur punya atasan yang sangat tegas mengingatkan kita atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Mestinya kita berucap Alhamdulillah, dan berterimakasih kepada atasan itu.

Boleh jadi juga, atasan kita memang ngaco banget. Emang orangnya aja yang tidak puas kalau tidak memojokkan anak buahnya. Ada atasan yang seperti itu? Banyak. Menimpakan kesalahan kepada anak buahnya, juga bisa mereka lakukan. Kenapa rupanya? Masyalah buat eloh? Atasan seperti ini, mestinya tidak jadi masalah buat kita. Kenapa? Karena, jika memang itu sudah menjadi karakter buruk pribadinya; maka semua orang dikantor pun sudah pada tahu keburukan itu. Jadi, kalau dia ‘ember bocor’ dengan kekurangan-kekurangan anak buahnya sebenarnya semua orang juga sudah tahu kalau dia itu sedang mencoreng moreng wajahnya sendiri. Jadi, citra kita sebenarnya baik-baik saja kok. Alhamdulillah deh, kita tidak seperti apa yang dikatakannya. Anggap angin lalu saja kali omelannya.

“Tapi, sakit hati ini tauk!” Mungkin Anda kepingin sekali mengumpat begitu. Boleh. Tapi tolong jawab pertanyaan ini; yang mengijinkan hati Anda merasa sakit itu siapa? Atasan Anda, ataukah diri Anda sendiri?. Dan camkan ini; “Orang lain bisa melakukan apa saja pada kita. Namun jika kita tidak membiarkan hati ini tersakiti, maka kata-kata kasar, ataupun perlakuan buruk orang lain tidak akan sampai melukai hati kita.” Kita, akan tetap tenteram sentosa dan merasa lega didalam dada. Kita disini kan mencari nafkah. Itu juga paling cuman dapat beberapa juta rupiah saja. Kenapa mesti pake sakit hati segala? Jika kita sudah bekerja dengan baik. Berperilaku yang baik. Maka yakinlah, kita ini orang baik. Hanya saja, kita tidak punya atasan yang cukup baik.

“Iyya, tapi kenapa sih selaluuuu gue yang disalahin!” Anda juga boleh bilang begitu sama saya. Toh tidak ada resiko apa-apa. Aman. Karena saya paham benar, bahwa ada atasan yang hanya ‘buruk perilaku’ kepada orang-orang tertentu saja. Kepada orang lain baik. Tapi kepada orang tertentu kelakuannya nyebelin banget. Jangan terlampau kaget deh. Kenapa? Karena, ada sebuah rahasia yang perlu Anda pahami. Perhatikan ini; “Seorang atasan yang buruk perilakunya, akan kapok kalau perlakuan buruknya tidak mempan”. Artinya, perlakuan buruknya itu tidak akan diulangi kepada orang-orang yang tidak terpengaruh.

Yaa… anggap saja ini semacam respon alami psikologis. Kalau Anda cuek bebek dengan perlakuan buruk atasan Anda, maka dia tidak akan mau terus menerus memperlakukan Anda dengan buruk. Tapi. Kenapa dia terus melakukannya kepada Anda? Itu karena selama ini, Anda ‘kena’ sama perlakuan buruknya. Jadi, mulai sekarang; jangan memperlihatkan kepadanya jika Anda sakit hati karena pelakuannya. Tunjukkanlah kepadanya, bahwa apa yang dia katakan dan lakukan kepada Anda dengan buruk itu sama sekali GAK NGARUH pada Anda. Insya Allah, dia pun akan berhenti berbuat yang buruk pada Anda. Biarin dia tengsin sendirian. Ini lho, makna sabar yang lainnya dalam menghadapi atasan yang buruk itu.

Bagaimana, sudah cukup strategi untuk menghadapi atasan yang buruk? Belum? Oh, baiklah. Jika Anda merasa belum cukup. Saya berikan satu teknik lagi. Begini. Belajar untuk menjadikan diri Anda sebagai karyawan yang paling bagus dikantor itu ya. Lho, kok begini solusinya?. Iyya. Jadilah karyawan yang paling bagus di kantor Anda. Karena, jika Anda berhasil melakukannya; maka, langit dan bumi pun tahu persis bahwa Anda lebih baik dari atasan Anda yang buruk perilaku itu. Itu pertama.

Kedua, jika Anda benar-benar sudah menjadi karyawan yang punya kualifikasi tinggi sekali. Ngapain Anda mesti menghabiskan masa-masa produktif Anda dengan atasan seperti itu. Carilah peluang lain yang lebih baik bagi Anda. Mungkin di departemen lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan atasan Anda yang buruk itu. Atau… mungkin di perusahaan lain yang lebih baik kondisinya dari perusahaan Anda sekarang. Namun…., jika itu terjadi pada Anda; lakukanlah dengan cara yang elegan. Supaya Anda, tetap meninggalkan kesan yang menawan. Dan nama baik Anda tetap terjaga selamanya disana. Bukankah tidak ada yang tahu masa depan kita? Boleh jadi, 5 tahun kemudian Anda di rekrut kembali kesana, untuk posisi yang lebih tinggi dari atasan Anda yang buruk itu kan? Mana tahulah kita? Tapi, hal itu sangat mungkin sekali kan.
  
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman

Catatan Kaki:
Kalau Anda gundah oleh perkataan dan perlakuan buruk atasan, maka itu artinya Anda bisa dipermainkan. Tapi kalau Anda tenang saja. Dan tetap fokus pada kinerja. Serta terus meningkatkan kualitas diri Anda. Maka itu artinya Anda menjadi tuan bagi diri Anda sendiri. Dan atasan buruk Anda itu, tidak bisa menyentuh Anda lagi.

Berani Meminta Maaf

Mobil Ayah baru sebulan keluar dari bengkel. Bukan karena ada masalah dengan mesinnya. Tapi karena body-nya penyok dibeberapa bagian. Butuh lebih dari seminggu mobil itu diopname di bengkel. Soalnya, penyoknya ada dimana-mana. Memang sih, Ayah paling males banget kalau harus bolak-balik ke bengkel untuk memperbaiki perintilan-perintilan kecil. Itu juga, hampir saja perusahaan asuransi nggak mau mengcovernya gara-gara Ayah menunda-nunda perbaikan.

Tapi…. Bukan juga Ayah kalau sampai tidak bisa meyakinkan perusahaan asuransi itu untuk mengganti ongkos perbaikan. “Buat apa bayar premi dong kalau mereka tidak mau terima klaim…” Nggak ada matinya deh kalau Ayah sudah berargumen.

Memanusiakan Bawahan

Anak buah Anda tidak bergairah? Beruntung jika tidak punya anak buah seperti itu. Sebab, banyak atasan yang pusing tujuh keliling karena mandapati anak buahnya seperti itu. Padahal dulu ketika memulai pekerjaan itu, mereka adalah orang-orang yang sangat antusias. Namun, sekarang mereka kehilangan gairah itu. Asal datang ke kantor saja sih. Tapi hanya fisiknya saja yang datang. Jiwanya, mereka tinggalkan disuatu tempat lain entah dimana. Makanya, pekerjaan mereka juga asal jadi saja. Mau bekerja kalau disuruh. Itu pun tidak pada tingkatan kinerja tertingginya. Yakin anak buah Anda tidak ada yang seperti itu?

Landasan Untuk Setiap Tindakan

Pic. Source: blackgirlslim.com
Di tatar sunda ada peribahasa yang bunyinya begini; “Moro julang, ngaleupaskeun peusing”. Julang itu adalah sebutan untuk hewan sejenis burung yang jago terbang. Sedangkan Peusing itu adalah sebutan kami untuk trenggiling yang jalannya lamban. Moro julang, ngaleupaskeun peusing artinya melepaskan sesuatu yang sudah ada ditangan kita, untuk mengejar-ngejar hal lain yang belum jelas juntrungannya. Julang itu sebenarnya belum tentu lebih bernilai daripada Peusing. Namun, gengsinya jelas lebih tinggi. Sama seperti kita yang sebenarnya sudah punya segala sesuatu, namun masih mengejar hal-hal lain demi gengsi yang lebih tinggi. Meskipun, untuk itu kita mesti mengorbankan apa yang selama ini sudah kita miliki. Tapi, apa salahnya kita mengejar gengsi yang lebih tinggi. Iyya kan? Iyya sih. Tapi….

Tangga Yang Mana Yang Anda Panjat?

Pic. Source: www.turbosquid.com
Secara harfiah, tangga adalah alat untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Misalnya tangga rumah. Tangga bambu. Tangga tali. Tangga kayu. Dan sebagainya. Meskipun bahan dan bentuknya berbeda-beda, tetapi struktur dasar dan fungsinya sama, yaitu; memungkinkan seseorang untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi. Di kantor, urusan kenaikan karir pun berkaitan dengan tangga. Itulah sebabnya kenapa jenjang karir itu disebut sebagai career ladder alias tangga karir. Sangat sulit bagi Anda untuk naik keatap rumah, jika tidak menggunakan tangga bukan? Sangat sulit juga bagi Anda untuk sampai di puncak karir, tanpa adanya alat bantu berupa career ladder itu. Pertanyaannya adalah; apakah Anda sudah mempunyai tangga yang tepat untuk menapaki jenjang karir Anda?

Meraih Rezeki Yang Mulia

Pic. Source: www.myninjaplease.com
Anda tahu nggak, berapa harga sekilo gula pasir sekarang? Atau seikat bayam. Kalau tiga butir tomat? Jika Anda tidak tahu, coba saja tanyakan kepada istri Anda di rumah. Atau, boleh juga bertanya kepada pembantu rumah tangga Anda yang setiap pagi bertemu dengan tukang sayur keliling. Ini bukan untuk membuat Anda pusing. Tetapi, setidaknya kita bisa menyadari apa yang saat ini tengah terjadi. Sebab bagaimana pun juga, orang yang sadar bisanya lebih waspada daripada mereka yang tidak menyadari apa yang terjadi disekelilingnya, bukan?

Pagi itu, saya sedang asyik didepan komputer. Ide-ide beterbangan mengitari kepala saya. Dan jemari tangan ini terus menari diantara toots-toots keyboard. Tiba-tiba terdengar istri saya berbicara dengan asisten rumah tangga kami di rumah. “Bu, harganya jadi 70 ribu…,” katanya.

Mengejar Bayaran Berkali-kali Lipat

Pic. source: www.journeyherenow.com
Berapa Anda dibayar untuk pekerjaan itu? Ehm.., rahasia dong ya. Kalau bayarannya besar, Anda tentu tidak ingin kolega lain pada iri. Dan kalau bayarannya kecil, Anda tentu setuju jika mertua tidak perlu tahu. Rahasia pribadi deh pokoknya. Tapi, mari kita mengandaikan Anda sudah dibayar dengan angka yang layak. Lalu kepada Anda diberitahukan bahwa bayaran itu akan dilipatgandakan. Pertanyaan; apakah Anda akan semakin giat dalam bekerja? Ah. Tentu saja dong ya. Kalau soal bayaran yang dilipatgandakan, tidak jadi soal lagi berapa bayaran kita sekarang. Yang masih kecil pasti senang. Yang bayarannya sudah besar juga dijamin gembira. Betul demikian, kan?