Makanan Yang Membahayakan Keluarga Kita


Catatan Kepala: ”Makanan yang kita santap tidak hanya mempengaruhi kebugaran fisik saja, melainkan juga kesehatan mental kita.”

Saya tidak akan membahas tentang junk food, gulai otak, sop kaki kambing, atau jenis-jenis makanan semacamnya. Selain sudah banyak yang membahasnya, makanan-makanan seperti itu juga masih oke saja untuk dinikmati sekali-sekali. Saya lebih tertarik membahas tentang jenis makanan yang sangat berbahaya bagi keluarga kita, bahkan jika kita hanya memakannya sedikit saja. Makanan-makanan ini mungkin tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh kita, tetapi justru sangat merusak kesehatan mental seseorang. Mengapa bisa begitu? Karena ternyata, makanan yang kita santap tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik saja, melainkan juga kesehatan mental kita. Sudahkah Anda mengetahui makanan apa sajakah yang berbahaya itu?

Akar Rasa Hormat Bawahan


Catatan Kepala: ”Kemampuan seseorang tidak tercermin pada jabatan yang disandangnya, melainkan dalam tindakan aktualnya sehari-hari.”

Salah satu tantangan dalam kepemimpinan adalah bagaimana caranya membuat orang-orang menaruh rasa hormat kepada pemimpinnya. Memang, ada banyak pemimpin berwibawa yang benar-benar dihormati oleh bawahannya. Tetapi, lebih banyak lagi pemimpin yang diremehkan. Khususnya di lembaga-lembaga yang tidak terkungkung oleh senioritas.  Siapapun berhak dan bisa meraih jabatan tertentu tanpa harus ‘mengantri’ terlebih dahulu. Ada baiknya memang. Sehingga proses promosi bisa benar-benar mengandalkan kemampuan aktual. Sayangnya rasa hormat bawahan tidak bisa begitu saja muncul. Seorang pemimpin harus memiliki suatu standar kualitas pribadi yang memadai untuk menjadikan orang lain bersedia menghormatinya.

Memupuk Sifat Ksatria Dalam Diri Kita


Catatan Kepala: ”Mengakui kesalahan dimasa lalu adalah salah satu ciri pribadi terhormat. Sedangkan sikap ngeyel adalah cermin nihilnya sifat ksatria.”

Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang suka ngeyel? Sudah jelas dia melakukan kesalahan, eh ngotot saja mencari pembenaran atas tindakannya. Di TV, Koran, dan berbagai media lainnya, banyak sekali contoh orang seperti itu. Di kantor juga sama. Sampai-samapi kita heran sendiri;”Kenapa ya, kok ada orang yang ndablek seperti itu?” Hey jangan salah, kalau berada pada posisi yang sama; kita pun belum tentu tidak begitu lho. Apa lagi zaman serba keterbukaan seperti sekarang. Aib seseorang bisa menyebar sedemikian luasnya. Maka tak heran jika banyak orang yang memilih untuk berdusta saja. Apakah ngeyelnya seseorang merupakan respon terhadap buruknya cara kita menghakimi orang lain? Mungkin ya, mungkin tidak. Yang jelas, itu mencerminkan telah lunturnya sifat ksatria didalam dirinya.

Bergairah Di Kantor Yang Terasa Gerah


Catatan Kepala: ”Gairah kerja kita tidak terpengaruh oleh suasana kantor, selama memiliki keinginan untuk membuat pencapaian bernilai dalam hidup.”

Saya yakin Anda menghabiskan sebagian besar waktu bekerja di ruang ber-AC. Ya kalaupun sesekali keluar dari ruangan sejuk itu, kan masih ada AC alam yang menghembuskan sepoinya. Makanya, kita jarang berada di tempat yang membuat gerah. Tapi, kenapa ya kita masih suka merasa ‘gerah’. Sejauh yang saya ketahui, ada begitu banyak alasan bagi seorang karyawan untuk merasa gerah dengan suasana kantor. Seseorang bisa bilang atasannya begini dan begitu. Dia juga bilang jika teman-temannya begana-begono. Bahkan sebagai seorang atasanpun bisa mengatakan anak buahnya sangat sulit diatur. Mungkin kita juga bisa bilang jika produk ini susah sekali jualannya. Atau, mungkin juga kita mengatakan sebuah kata sederhana ini; bosan!