Sebuah Renungan : Kisah Si Pencuri Kue

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya. 


Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. 

Kisah Pohon Apel dan Seorang Anak


Suatu cerita yang bagus untuk mengenang dan mencintai orang tua kita. Pada waktu lampau tersebutlah sebuah pohon apel besar dan rindang sekali begitu juga buahnya. Seorang bocah kecil senang sekali datang dan bermain di sekitarnya setiap hari. Ia memanjat sampai ke puncak pohon tersebut, memakan buah apel nya, istirahat dan tertidur dibawah kerindangannya. Ia sangat mencintai pohon tersebut dan begitu juga pohon tersebut juga mencintai anak tersebut.
Waktupun berlalu..., sang anakpun mulai tumbuh dewasa dan ia mulai jarang bermain dengan pohon tersebut. Suatu hari anak itu datang kembali ke pohon apel itu dan tampak sedih.
"Datang dan bermainlah denganku.", pohon tersebut meminta sang anak.
"Saya bukan lagi seorang anak kecil, saya tidak lagi bermain disekitar pohon."
Sang anak menjawab:"Saya mau mainan. Saya perlu uang untuk membelinya."
"Maaf, saya tidak punya uang ...tapi kamu bisa mengambil buah apel dari pohon ini dan menjualnya.

Sang Penyelam


Ahli hikmah mengatakan bahwa perjalanan hidup manusia, tidak ubahnya bagaikan seorang penyelam mutiara. Seorang penyelam mutiara dalam melaksanakan tugasnya selalu berbekal tabung oksigen yang dibawa di punggungnya . Ketika ia hendak terjun menyelam, niatnya tiada lain hanya ingin mencari tiram mutiara sebanyak - banyaknya.
Tetapi begitu terjun ke laut, ketika saat itu pula ia mulai lupa pada tiram yang harus dicarinya. Pemandangan dilaut yang sangat mempesona dengan bunga karang dan ikan hias yang berwarna warni sangat indah membuatnya silau.Ia pun terlena bercanda ria mengejar-ngejar ikan yang berwarna warni dan melupakan tugas semula mencari tiram mutiara yang berada jauh didasar laut.Hingga pada saat akhirnya, diapun sadar bahwa oksigen di punggung tinggal sedikit lagi.

Sepuluh Tip Sukses Right Here, Right Now



Sepuluh tahun yang lalu, kalau saya ditanya apakah tip sukses saya, mungkin saya tidak bisa menjawab. Sekarang, sukses bagi saya bukanlah ketika buku saya menjadi best-seller atau ketika menerima  pujian untuk artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal terkemuka di Inggris Raya. Sukses bukan pula ketika saya dan suami berhasil juga  membeli rumah di San Francisco Bay Area dengan keringat sendiri  setelah hampir sepuluh tahun merantau di Negeri Paman Sam.
Sukses bagi saya adalah mindset. Sukses adalah saya; saya adalah sukses. Sukses bukan tujuan, bukan pula perjalanan. Success is about being dan becoming.
Berani dan overconfident kedengarannya? Mungkin, yang jelas ribuan bahkan jutaan manusia "sukses" di dunia alias manusia bermental juara mempunyai mindset seperti ini.
Apakah Anda perlu menjadi juara tenis tingkat Wimbledon atau juara golf profesional di PGA Pebble Beach untuk disebut "sukses"? Apakah Anda perlu mengendarai Corvette dan Lexus SUV hybrid? Jelas tidak.  Seorang bermental juara alias bermindset "orang sukses" bisa jadi hanyalah seorang salesman saja.

Inspirasi : Antara Tuntutan Dan Tanggungjawab


Catatan Kepala: ”Resolusi ketenagakerjaan lebih berpeluang untuk bisa dicapai ketika masing-masing bersedia membangun kesetaraan antara tuntutan dan tanggungjawab.”

Ketika para buruh berdemo, apa yang Anda rasakan? Mungkin ada yang merasa prihatin. Kasihan. Merasa terwakili. Terganggu. Atau ada juga mengharapkan buruh di tempat lain ikut melakukan demo seperti itu. Undang-undang perburuhan menjelaskan bahwa yang disebut sebagai buruh itu adalah ‘setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain’. Maka tidak peduli setinggi apapun gaji atau jabatan Anda, jika menerima upah atau imbalan atas pekerjaan yang Anda lakukan maka Anda adalah buruh. Saya juga buruh. Baik dulu ketika bekerja sebagai eksekutif profesional, maupun sekarang sebagai trainer dan pembicara publik. Saya bekerja untuk perusahaan yang menugaskan saya memberikan pelatihan, dan saya mendapatkan upah dari pekerjaan yang saya lakukan. Kita, sama buruhnya seperti mereka. Maka sebagai sesama buruh kita perlu saling menguatkan dan saling mengajak kepada kebaikan. Termasuk menemukan cara yang lebih baik untuk meningkatkan tarap hidupnya selain melalui demo.  Adakah cara lain itu? Ada.

Motivasi : Euforia Coaching & Counseling


Catatan Kepala: 
”Semangat dan tindakan yang didasari dengan ilmu jauh lebih berdampak  daripada sekedar melakukan sesuatu karena euforia belaka.”

Akhir-akhir ini kita sering mendengar orang berbicara tentang Coaching & Counseling. Ada bagusnya juga sih. Namun, kadang agak janggal juga ketika pembicaraan itu berlangsung pada pada konteks yang tidak tepat. Bahkan, banyak juga orang yang ternyata tidak benar-benar memahami kosa kata yang digunakannya. Misalnya, ketika ditanya: “APA SIH BEDANYA COACHING DENGAN COUNSELING?” Masih banyak yang bingung. Padahal, keliru memahaminya bisa menyebabkan keliru juga melakukannya. Tidak heran jika proses Coaching & Counseling sering tidak berhasil mencapai tujuannya masing-masing. Karena tanpa ilmu, sesuatu yang kita lakukan tidak bisa memberikan hasil optimal. Apakah Anda pernah melakukan Coaching dan atau Counseling?
Salah satu resiko kekeliruan dalam menerapkan prinsip Coaching & Counseling adalah ketika kita tidak bisa mengenali batas-batasnya. Sesuatu yang seharusnya kita tangani dengan teknik Counseling – misalnya – secara keliru kita hadapi dengan teknik Coaching. Maka hal itu bisa menimbulkan kebergantungan bawahan kepada kita. Bukan hanya itu, kita bisa terbawa kedalam arus pusaran masalahnya. Apa lagi jika antara kita dengan bawahan itu berjenis kelamin berbeda.

Inspirasi : Nahkoda Kapal Kepemimpinan Anda


Catatan Kepala: 
”Seorang pemimpin mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya sebelum memenuhi tuntutan pribadinya sendiri.”

Kenapa yah begitu banyak orang yang ingin menjadi pemimpin? Pertanyaan itu jelas sekali naifnya. Semua orang juga tahu kalau jabatan tinggi sama artinya dengan penghasilan tinggi. Fasilitas kelas atas. Dan tentu saja, privilege alias keistimewaan yang tidak bisa diperoleh mereka yang tidak memiliki kedudukan. Kita memang dikendalikan oleh cara pandang seperti itu. Makanya, ketika berhasil naik tingkat menjadi ‘pemimpin’, kita menuntut orang-orang untuk melayani kita. Padahal, kualitas kepemimpinan kita diukur dari seberapa banyak hal yang bisa kita lakukan untuk orang-orang yang kita pimpin. Bukan malah sebaliknya. Anda sendiri bagaimana? Apakah lebih banyak berbuat untuk orang-orang yang Anda pimpin? Atau justru merekalah yang melayani Anda?
Pada tanggal 14 Januari 2012, kapal pesiar Costa Concordia tenggelam. Dalam peristiwa tenggelamnya kapal mewah berpenumpang 4,000 orang itu  perhatian khalayak tertuju pada sebuah fakta yang sangat menarik, yaitu; Kapten kapal menyelamatkan dirinya sendiri sambil membiarkan para penumpang kalang kabut berjuang sendirian dalam kepanikan. Berbeda sekali dengan Kapten kapal Titanic yang tenggelam tanggal 14 April 1912. 

Inspirasi : Seratus Jam Mendidik Diri Sendiri


Catatan Kepala: 
”This is my career, then I must take all the responsibilities of the development processes on my own.”

Sudah berapa lamakah Anda bekerja di perusahaan tempat Anda bekerja sekarang? Dari masa kerja itu, berapa jam-kah Anda mendapatkan pelatihan yang difasilitasi oleh perusahaan untuk mengembangkan potensi diri Anda? Sampai 100 jam dalam setahun? Setahu saya, sangat jarang sekali perusahaan yang menyediakan waktu hingga 100 jam pelatihan kepada karyawannya, kecuali pada tahun pertama rekrutmen. Apakah hal itu menunjukkan jika perusahaan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bawahan? Tidak juga. Budget dan kemampuan perusahaan tidaklah tanpa batas. Sedangkan kapasitas diri kita ‘mungkin’ nyaris tidak terbatas. Maka menunggu perusahaan untuk selalu menyediakan kesempatan mengembangkan diri menjadi terlalu beresiko. Bukan berarti kita berhenti berharap. Tetapi, kitalah yang mesti lebih proaktif untuk mendidik diri sendiri. Minimal, 100 jam dalam setahun. Mungkinkah?

Inspirasi : Memimpin Dengan Keteladanan


Catatan Kepala:
”Setiap pemimpin bisa memerintahkan bawahannya melakukan sesuatu. Namun kata-kata yang paling ampuh datang dari mereka yang mengucapkannya dengan perbuatan.”

Bayangkan jika suatu ketika Anda diminta oleh seseorang untuk bekerja dengan disiplin tinggi. Tapi orang itu sendiri tidak berdisiplin. Bayangkan juga ketika Anda diperintahkan untuk bekerja secara efektif dan efisien. Namun orang yang menyuruhnya terlihat santai-santai saja. Saya tidak perlu bertanya bagaimana perasaan Anda. Karena normalnya, tidak ada orang yang suka dengan tuntutan standar kerja tinggi dari orang-orang yang standar kinerja pribadinya sendiri rendah. Sekalipun demikian, saya tidak akan mengajak Anda untuk menggunjingkan orang lain. Saya lebih tertarik untuk mengajak Anda membayangkan  seandainya yang menuntut itu adalah kita. Namun, kita sendiri tidak melakukan apa yang kita tuntut kepada orang lain. Bisa dibayangkan betapa tidak berharganya kata-kata kita. Hal ini tidak hanya berlaku dalam kepemimpinan formal ketika kita berurusan dengan anak buah. Melainkan juga dalam aspek kehidupan lainnya. Karena apa yang kita lakukan suaranya lebih nyaring daripada apa yang kita katakan, bukan? Maka menuntut orang lain dengan standar tinggi itu sebaiknya didahului oleh kesungguhan kita untuk menerapkan standar tinggi kepada diri sendiri.

Inspirasi : Penyakit Akibat Sikap Negatif Terhadap Pekerjaan


Catatan Kepala: 

”Sikap negatif kita terhadap pekerjaan tidak hanya merugikan perusahaan, melainkan justru lebih banyak merugikan 

diri kita sendiri.”

Apakah Anda sering merasakan ‘tidak enak badan’? Hati-hati lho. Boleh jadi dokter pun tidak bisa menemukan penyebab utamanya. Ini bukan karena dokternya kurang canggih. Tetapi, ada jenis-jenis penyakit tertentu yang tidak berkaitan dengan kerusakan atau gangguan pada organ-organ tubuh kita. Jika diperiksa, fungsi tubuh kita berjalan normal kok. Tapi, mengapa kita ‘merasa’ sakit juga? Kondisi seperti itu disebut sebagai penyakit psikosomatis. Meskipun secara fisik kita merasakan sakitnya, namun sesungguhnya hal itu disebabkan oleh kondisi mental kita. Sekalipun mekanismennya belum bisa betul-betul dipahami, namun para ahli occupational health meyakini bahwa hal itu sangat erat kaitannya dengan sikap seseorang terhadap pekerjaannya. Premisnya adalah; orang-orang yang bersikap positif terhadap pekerjaan lebih berpeluang untuk tetap sehat dan segar bugar dalam lingkungan kerja yang dijalaninya setiap hari. Anda, ingin tetap sehat bukan? Maka mulailah dengan bersikap secara positif terhadap pekerjaan.

Inspirasi : Apakah Anda Diizinkan Masuk Kantor Hari Ini?


Catatan Kepala: ”Fakta bahwa kita diizinkan masuk ke kantor merupakan sebuah anugerah tak ternilai. Sedangkan bagaimana kita menjalani aktivitas kerja merupakan gambaran rasa syukur kita atas anugerah itu.”

Bisakah Anda membayangkan bagaimana seandainya pagi ini satpam kantor menghentikan Anda didepan pintu kantor. Lalu mengatakan; “Maaf, Anda sudah tidak punya akses lagi ke kantor ini….” Pertanyaannya serem banget ya? Bergantung bagaimana Anda menilianya sih. Jika mau fokus pada seramnya, ya bikin seram. Tapi jika berfokus pada awareness alias kesadaran, maka bukan keseraman yang kita dapatkan. Melain rasa syukur tentang betapa besarnya anugerah bisa masuk kantor yang hari ini kita dapatkan. Bukankah tidak semua orang diizinkan masuk kedalam kantor Anda?

Inspirasi : Kisah 4 Lilin Kehidupan


Ada 4 lilin yang menyala. Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.


Yang pertama berkata: 
“Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku, maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.


Yang kedua berkata: 
“Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.


Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:
”Aku adalah Cinta. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.”
Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Motivasi : Bukan optimis, bukan pula pesimis


Kacamata optimis memandang kue donat dan mengabaikan lubangnya. Sedangkan kacamata pesimis hanya melihat lubang dan menyingkirkan donatnya. Padahal, kenyataannya adalah, sebuah kue donat tersaji di
depan anda, lengkap dengan lubangnya. Optimis atau pesimis hanya sebuah alat bantu dalam memandang dunia ini. Apa pun yang anda pilih, bukanlah realita yang sedang terpampang.
Bahkan, ia takkan mengubah realita itu. Pandangan anda mengubah diri anda
sendiri. Ia mempengaruhi langkah anda. Ia memberikan pilihan-pilihan bagi
anda: dunia yang terang, ataukah buram.
 Adakalanya kita perlu meluruhkan kacamata itu dan memandang begitu saja
tanpa setitik pemikiran;  memandang apa adanya; memandang sepolos mungkin. Maka akan anda temukan suatu dunia yang benar-benar
baru lahir. Sebuah dunia yang tak memberati pilihan anda dengan kecemasan dan harapan. Bahkan ia tak perlu memberikan pilihan apa-apa.

Inspirasi : Sayembara Raja


Seorang Raja mengadakan sayembara dan akan memberi hadiah yang
melimpah kepada siapa saja yang bisa melukis tentang kedamaian.
Ada banyak seniman dan pelukis berusaha keras untuk memenangkan lomba
tersebut. Sang Raja berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka.
Hanya ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukainya. Tapi,
sang Raja harus memilih satu di antara keduanya.
Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang. Permukaan telaga itu bagaikan cermin sempurna yang memantulkan kedamaian gunung-gunung yang menjulang mengitarinya. Di atasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arak. Semua yang memandang lukisan ini akan berpendapat, inilah lukisan terbaik mengenai kedamaian. Lukisan kedua menggambarkan pegunungan juga. Namun tampak kasar dan gundul. 

Motivasi : Tetap Baik Dalam Lingkungan Buruk

Catatan Kepala: ”Sulit sekali untuk menjadi pribadi yang baik jika kita tinggal di lingkungan yang buruk. Namun, jika keadaan tidak memungkinkan untuk keluar dari lingkungan itu, kita masih memiliki kesempatan untuk menjadi pribadi yang baik.”

Menyingkir merupakan salah satu solusi ampuh untuk menghindari pengaruh buruk lingkungan. Sayangnya, hal itu tidak selalu praktis untuk dilakukan. Jika rumah kita berada di lingkungan yang kurang harmonis, misalnya. Pindah rumah tidaklah selalu murah. Jika suasana kerja dikantor kita tidak lagi kondusif, pindah kerja juga bukan perkara mudah. Mungkinkah kita bisa tetap memiliki sikap dan perilaku baik jika tetap tinggal di lingkungan sedemikian buruk?

Motivasi : Berat Banget Euy...

Saya tidak membicarakan berat badan ataupun angkat berat kok. :) Saya hanya ingin share tentang betapa beratnya menggapai sesuatu. 


Punya impian dong? Apa yang ingin diraih/dicapai oleh kita dalam waktu dekat ataupun jangka panjang. Bagaimana? Sudah mewujudkannya belum? 


Beberapa hari belakangan saya memulai 'puasa' makan sejak jam setengah 7 malam hingga setengah 7 pagi. Tidak makan makanan yang berat. Bahkan kalau bisa hanya minum air putih. 


And... Ternyata berat banget. Karena sudah terbiasa untuk makan malam, sekarang, merasa sangat lapar kalau tidak makan. Sekarang memasuki hari ke-10 dan masih saja perut terasa keroncongan menjelang malam. Bagi yang berpuasa mungkin hal ini biasa tapi di awal-awal puasa, rasanya lebih berat.

Inspirasi : Pentingnya Keikhlasan Dan Bersyukur

Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.


Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"


Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala

Motivasi : Agar Layak Dibayar Mahal

Catatan Kepala: ”Ternyata, kecerdasan kita tidak semata-mata dibangun oleh IQ, EQ, atau SQ belaka lho. Faktanya, setiap individu memiliki bentuk kecerdasan yang terintegarasi. Itulah Natural Intelligence.”

Sekarang sudah mulai banyak orang yang bertanya; apa sih Natural Intelligence (NatIn™) itu? Sungguh sebuah kabar yang bagus. Saya beruntung karena telah berkesempatan untuk mempelajari teori-teori tentang kecerdasan. Meskipun tidak menjadikan saya ahli di bidang itu, namun cukuplah untuk menjadi bekal dalam kehidupan dan profesi saya. Ada sebuah ciri yang dimiliki nyaris oleh semua teori kecerdasan yang kita kenal selama ini, yaitu; pengkotak-kotakan. Yang paling terasa sekali misalnya pengkotak-kotakan antara IQ, EQ, dan SQ. Berbeda sekali dengan Natural Intelligence (NatIn™) dimana kita, bisa menemukan system kecerdasan yang terintegrasi. Disini saya tidak akan membahas teorinya, namun fokus saja kepada aplikasinya. Misalnya, bagaimana kita menggunakan  NatIn™ untuk membangun sudut pandang pribadi dalam menjadikan diri kita layak untuk dibayar mahal sebagai seorang profesional.

Motivasi : Apa Yang Menyebabkan Karir Seseorang Cemerlang?


Catatan Kepala: ”Ditengah bejibunnya orang yang pusing dengan bayaran rendah, ada sejumlah orang yang terus membangun kecemerlangan karirnya sehingga tidak lagi pusing soal angka yang tertera dalam slip gajinya.”

Kita tidak bisa mengetahui masa depan secara pasti. Tetapi urusan karir, dari dulu saya percaya bahwa kita bisa memperkirakan masa depan. Misalnya, kita bisa melihat orang-orang yang bekerja di sekitar kita. Dan kita, bisa memperkirakan siapa yang akan menjadi manager lalu terus menanjak menjadi senior manager, direktur bahkan presiden direktur. Kita juga bisa memperkirakan siapa yang akan mentok, atau yang hanya akan begitu-begitu saja sepanjang karirnya. Saya pernah melakukan uji coba sendiri, dengan mengamati orang-orang yang bekerja sebagai profesional. Meski tidak 100% akurat, tetapi boleh dibilang ‘hampir 100%” perkiraan saya benar. Tidak butuh menjadi paranormal untuk ‘meramalkan’ masa depan karir seseorang. Cukup melihat sikap, perilaku, dan tindakannya selama bekerja sehari-hari, maka kita bisa ‘meramalkan’ masa depan karirnya. Anda pun bisa menjadi peramal karir. Minimal meramalkan masa depan karir Anda sendiri. Mau?

Inspirasi : Kenapa Gaji Tak Pernah Cukup?

Gaji. Cuma 4 huruf memang. Tapi kenyataannya, yang namanya gaji selalu saja ditunggu-tunggu oleh mereka yang bekerja sebagai karyawan. Dimanapun itu.
Betul. Jika Anda - atau suami Anda - bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan, seringkali Anda selalu menunggu agar tanggal gajian itu datang -
kalau bisa - sepuluh hari lebih cepat. Benar kan?
Menariknya, berapa pun gaji yang terima, seringkali kita merasa tidak pernah
cukup. Besar sih besar. Itu sebabnya, kadang kita merasa kesal, kenapa sudah capek-cepek kerja sebulan, tetapi gaji tak pernah cukup. Bapak ibu, tenang.
Kalau Anda bingung karena merasa gaji Anda tidak pernah cukup, maka kali ini saya akan memberitahu 5 hal kenapa gaji Anda dirasa tidak pernah cukup. Mau tahu apa saja?