Motivasi : Mengintip Job Description Atasan



Catatan Kepala: ”Seseorang yang memfokuskan diri kepada standar kinerja tinggi, berpeluang untuk melampaui tuntutan-tuntutan kolektif. Sehingga, dia bisa dengan mudah mengungguli orang lain di dalam kelompoknya.”


Mengintip itu adalah perbuatan tidak terpuji, kan ya? Tetapi kali ini saya memang ingin mengajak Anda untuk mengintip. Tetapi, yang kita intip bukanlah aurat atau kegiatan orang lain. Saya mengajak Anda untuk mengintip Job Description atasan Anda. Tujuannya, bukan untuk menelisik apakah atasan kita sudah bekerja sesuai dengan jobdesknya atau belum. Bukan tugas kita untuk melakukan hal itu. Melainkan menggunakan pengetahuan kita terhadap jobdesc atasan untuk meningkatkan kualitas diri kita hingga benar-benar bisa sesuai dengan jobdesc itu. ‘Halah, ini mah nambah kerjaan kita saja dong!’ Mungkin ada yang berpikiran demikian. ‘Ngurusin kerjaan sendiri aja udah pontang panting,’ tambahnya. Lha, ngapain Anda ngurusin kerjaan Anda? Justru seharusnya kita ‘nggemukin’ pekerjaan kita biar hasilnya bisa lebih baik dan lebih banyak dari biasanya. Untungnya bukan untuk orang lain loh. Untuk diri kita sendiri. Mau?
Dalam sebuah wawancara televisi beberapa hari lalu seorang Jenderal bintang 4 ditanya: “Apa kiat sukses Anda sehingga bisa meraih prestasi cemerlang dan sedemikian menonjolnya dibandingkan dengan rekan-rekan Anda?” Sejauh yang diketahui khalayak, beliau memang dikenal dengan segudang prestasi dan reputasinya. Beliau menjawab: ”Saya selalu berusaha untuk memahami Job description atasan saya. Sehingga saya bisa berupaya sekuat tenaga agar atasan saya benar-benar terbantu oleh keberadaan saya.” Jika Anda pernah membaca buku saya “Belajar Sukses Kepada Alam” mungkin Anda masih ingat disana tertulis begini: “Seseorang yang memfokuskan diri kepada standar kinerja tinggi yang ditetapkannya sendiri, berpeluang untuk melampaui tuntutan-tuntutan kolektif. Sehingga, dia bisa dengan mudah mengungguli orang lain di dalam kelompoknya.” Itulah yang terjadi pada diri sang Jenderal. Karena Job Desc atasannya, menuntutnya untuk menguras seluruh kemampuan melampaui tuntutan kerjanya sendiri. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menerapkan standar kerja tinggi melalui pemahaman terhadap Jobdesc atasan, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:


1.  Kapasitas Anda melampaui pekerjaan Anda. Mari tengok pekerjaan yang Anda tangani sekarang. Apakah kemampuan diri Anda hanya sebatas melakukan pekerjaan itu? Saya yakin tidak. Kemampuan Anda jauh diatas tuntutan kerja yang selama ini Anda pikul. Hanya saja, Anda jarang tertarik untuk mengerjakan lebih dari itu. Tugas gue kan cuman gini doang, ya gue kerjain yang gini. Lah, emangnya gua dibayar berapa sih?. Dan beribu kalimat serupa lainnya. Perhatikanlah bahwa kita sudah sedemikian lama tidak mendayagunakan kapasitas diri kita yang sesungguhnya hanya karena kita terkungkung oleh penugasan yang kita terima. Oleh pendapatan yang kita bawa pulang. Oleh kondisi lingkungan yang membuat kita mengerut. Mengecil. Dan mengerdil. Padahal, kapasitas diri Anda melampaui pekerjaan yang saat ini Anda emban. Atau, apakah saya salah menilai Anda?


2.  Energi keluar sesuai dengan tuntutan.  Ingat lagi ketika seseorang mengatakan kepada Anda;”Waktu kamu tinggal 4 jam lagi. Selesaikan tugas itu, atau…...” Anda langsung terpacu untuk menyelesaikannya. Dan berhasil. Aneh. Padahal dua minggu lalu tugas itu sudah kita terima. Tapi mengapa energy kita baru muncul disaat-saat terakhir seperti ini? Itu karena kita tidak menuntut diri kita dengan sepatutnya. Kita, sering memanjakan diri dengan kalimat penghiburan keliru, “Ntar dulu. Ntar dulu.” Tahukah dimana letak ke anehannya? Kata ‘ntar’ berkaitan dengan ‘masa depan’. Sedangkan kata ‘dulu’ berhubungan dengan masa lalu. Lha, kalau ‘Ntar Dulu’? Berarti kita membuat system regulasi didalam tubuh kita menjadi kacau balau. Maka tantanglah selalu diri Anda untuk melakukan yang sepatutnya Anda lakukan ‘saat ini’ juga. Harus semuanya dikerjakan sekarang? Bukan. Izinkan saya ulangi: tantanglah selalu diri Anda untuk melakukan YANG SEPATUTNYA dilakukan saat ini. Maka sekarang Anda bisa mengukur, apakah saat ini Anda tengah melakukan yang sepatutnya atau tidak? Bahkan ketika Anda ‘berdiam diri’ karena merasa pekerjaan sudah selesaipun tidak termasuk melakukan yang patut. Sebab, nilai kepatutan setiap orang adalah; mengerjakan sesuatu hingga kepasitas dirinya benar-benar dioptimalkan. Hanya dengan cara menuntut diri setinggi itulah, energy sebenarnya didalam diri kita bisa didayagunakan.


3.  Menerapkan standar yang tinggi. Untuk mendorong diri kita melakukan yang terbaik dari yang kita bisa, sebaiknya kita tidak terpaku kepada tuntutan kolektif seperti yang tertuang dalam job description jabatan kita. Jobdesc itu bukan untuk Anda. Melainkan untuk SEMUA orang dalam posisi yang sama dengan Anda. Faktanya, jobdesc Anda kan sama dengan kolega Anda. Padahal, kapasitas diri Anda bisa jadi lebih tinggi dari mereka. Ambisi Anda sudah jelas melampui ambisi mereka. Keinginan Anda jelas melebihi keinginan orang lain. Bukankah itu benar? Maka untuk mencapai semuanya, tidak mungkin jika kita hanya melakukan hal yang sama dengan yang orang lain lakukan. Jika Anda sama dengan mereka, maka bisa ditebak bila hasil yang Anda dapatkan pun akan sama juga. Apalagi dizaman yang serba kompetitif seperti saat ini. Kita bekerja lebih banyak pun belum tentu menghasilkan lebih banyak. Kita bekerja lebih cerdas? Iya, jika kita benar-benar lebih cerdas dari orang lain. Lha, kalau orang lain lebih cerdas? Makanya, cara ampuh yang bisa kita tempuh adalah dengan melatih diri kita melalui standar tinggi yang kita terapkan sendiri. Sebab, jika kita terbiasa untuk mencapai kualitas standar pribadi yang tinggi melampui tuntutan kolektif kebanyakan orang lainnya, maka tidak diragukan lagi jika kita bisa menampilkan diri sebagai pribadi unggul.


4.  Membantu menyelesaikan tugas atasan. Pertanyaannya: gimana caranya? Sederhana. Belajarlah  untuk membantu menyelesaikan tugas atasan. Jika Anda bisa melakukannya, dijamin; Anda memetik hasil yang lebih memuaskan. Kenapa? Karena jika Anda bisa mengerjakan tugas-tugas atasan Anda, maka itu berarti bahwa Anda memiliki kualitas ‘mendekati’ kualitas atasan Anda. Halah, kerja gini atau gitu juga duwwwitnya sama saja. Hey, jika demikian Anda lupa bahwa dalam bekerja kita tidak semata-mata mendapatkan DU-IT. Sungguh, duit kita akan segera habis dalam beberapa hari setelah kita terima. Tetapi, ada hal lain yang kita terima dan abadi menjadi milik kita. Tahukah Anda apa itu? Itu adalah ‘The knowledge and the ability to DO-IT’. Sekarang saya mau kasih Anda bonus. Jika Anda digaji dengan duit. Saya mau kasih Anda bonus berupa DO IT. Jika Anda hanya ingin duitnya saja, yo monggo. Namun jika kita bersedia untuk ‘melakukan’ atau membantu menyelesaikan tugas-tugas atasan, maka secara tidak langsung kita menaikan nilai diri sendiri untuk setara dengan kapasitas atasan kita. Jika suatu saat nanti ada peluang di kantor kita; siapa yang kira-kira paling berkesempatan untuk mendapatkannya? Anda.


5.  Memperlihatkan rasa terima kasih. Salah satu kegemaran anak-anak perempuan saya adalah mengoleksi tas-tas bergambar lucu. Kompak banget sama ibunya.  Sampai saya bingung sendiri, itu lemari dan kardus isinya tas melulu. Akhirnya saya tidak lagi mengijinkan mereka membeli tas lagi. “Pakai tas yang sudah kamu punya dulu. Baru kamu beli lagi yang baru.” Itulah keputusan akhir saya. Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mari renungkan lagi. Apakah kita sudah memakai semua daya diri yang sudah Tuhan berikan melalui kesempurnaan penciptaan diri kita? Hmmh…, jika kita belum melakukannya mungkin Tuhan kurang menyukai sikap kita. Sama seperti kita yang tidak suka pada anak-anak yang telah menyia-nyiakan pemberian kita. Boleh jadi, Tuhan menginginkan agar kita mengoptimalkan kemampuan diri kita sendiri terlebih dahulu. Nanti, setelah semua daya upaya dilakukan namun ternyata kita belum berhasil juga; barulah Tuhan menambahkan kemampuan lain yang lebih tinggi lagi. Pantaslah jika keterampilan tinggi, hanya dimiliki oleh mereka yang terus menerus mengasah diri. Melalui pekerjaan dan penugasan yang menantang. Serta standar tinggi yang diterapkannya sendiri. Sungguh sebuah hadiah yang pantas untuk diberikan kepada pribadi-pribadi yang tahu terimakasih atas pemberian Tuhannya selama ini.


Sekarang ijinkan saya untuk membeberkan nama Jenderal yang diwawancara itu. Beliau adalah Jenderal Wiranto. Terlepas dari bagaimana Anda menilai beliau, namun hari ini kita bisa belajar meniru strategi yang dipakainya untuk meraih keberhasilan dalam karir, yaitu; mengintip job description atasan Anda. Lalu bantulah atasan Anda untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaannya melalui pemahaman Anda terhadap job descnya. Dan kesediaan Anda untuk meningkatkan kualitas pribadi Anda. Agar menjadi setara dengan kualifikasi yang dibutuhkan untuk menduduki posisi setingkat atasan Anda. Maka, intiplah Job Desc atasan Anda. Lalu latihlah diri Anda sambil membantu atasan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Setelah itu, Anda temukan sendiri apa manfaatnya untuk diri Anda sendiri.


Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman –  16 Februari 2012
Trainer, & Public Speaker of Natural Intelligence


Catatan Kaki:
Kemampuan dan karir kita tidak akan berkembang, jika hanya mau mengerjakan tugas-tugas yang gampang.


Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.


Sudah baca buku Natural Intelligence Leadership saya? Cek Disini atau Di Toko Buku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar